21. Pembalasan dan kenyataan

46.5K 3.5K 118
                                    

“JADI, lo cewek yang Reygan tolongin satu tahun lalu?" tanya Arhezi, laki-laki itu menatap Azura yang kemudian mengangguk pelan.

Sesaat, kesunyian melanda kedua remaja tersebut. Tak ada yang bersuara sama sekali, hanya deru nafas mereka yang terdengar saling bersahutan. Keduanya sama-sama terdiam dengan pikiran yang berkecamuk akan hal-hal yang berbeda.

Arhezi, laki-laki itu memandangi Azura dengan rumit. Dia benar-benar tidak menyangka, gadis yang pernah ia tolong satu bulan lalu, ternyata juga hampir di lecehkan.

Laki-laki itu menghembuskan napas pelan, lalu kembali menatap hamparan bintang yang begitu indah jika di lihat dengan posisi berbaring seperti ini.

Azura memandangi langit malam dengan tatapan yang tertuju pada salah satu bintang yang memiliki cahaya paling terang di antara lainnya. Saat ini, ia dan Arhezi sedang berada di sebuah taman yang ada di samping markas Galestar gang.

“Bintangnya cantik banget” tutur Azura membuat Arhezi mengalihkan pandangan ke arahnya.

“Lebih cantikkan cewek yang ada di samping gue, sih”

Azura spontan menoleh, gadis itu menatap Arhezi singkat kemudian kembali menatap bintang. “Gue rasa lo gak sejago itu buat ngegombal”

Entah sejak kapan Azura mulai mengenal Arhezi. Tapi yang jelas, ia merasa nyaman saat berada di samping laki-laki itu. Sudah 20 menit keduanya berada di tempat ini, dan mungkin itu adalah waktu yang sangat cukup untuk menghilangkan rasa canggung di antara mereka berdua.

Kening Arhezi mengerut, “Siapa coba yang ngegombal. Emang benar, kan, cantikkan lo. Kan lo manusia, kecantikannya bisa di lihat secara langsung. Gak kayak bintang”

Azura menghela napasnya, “Terserah lo aja”

“Ck, serius Zur. Lo cantik”

“Ya trus gue harus apa?”

“Ya lo harus makasih”

Hah?

Azura benar-benar tidak habis pikir dengan Arhezi. Jujur saja, sejak dia mengenal laki-laki itu, dia kira Arhezi adalah tipe laki-laki cuek yang terkesan tidak asik, tapi ternyata dia salah besar. Azura menatap Arhezi rumit. Entah kenapa, untuk suatu alasan yang tidak dia ketahui, bertemu dengan laki-laki itu malam ini adalah hal yang membahagiakan.

Arhezi yang menyadari tatapan Azura ikut menoleh, laki-laki itu menatap manik hitam Azura dengan begitu dalam. “Kenapa, hmm?”

Sial!.

Suara serak Arhezi seolah mampu menyadarkan Azura saat itu juga. Gadis itu tersentak kaget, buru-buru dia memalingkan wajahnya. Sial sekali.

“Lo ngapain natap gue kayak gitu? Dalam banget tatapannya”

“Siapa coba yang natap lo” elak Azura kemudian mendudukkan dirinya.

“Oh, jadi tadi lo gak natap gue?”

“Enggak” sarkas Azura singkat.

Arhezi hanya mengangguk, lalu ikut mendudukkan dirinya.

“Zura”

“Kenapa?”

Arhezi terdiam sesaat, dalam benak laki-laki itu tersimpan satu pertanyaan yang cukup membuat nya ragu untuk bertanya.

“Lo mau balas dendam sama mereka?”

Azura jelas tau siapa yang Arhezi maksud. Empat laki-laki yang menjadi pelaku kejadian satu tahun lalu itu harus bisa mendapatkan balasan. Dan karna itulah, Azura mengangguk dengan yakin. Dia tidak perlu berfikir panjang untuk pembalasan yang satu ini.

Perubahan Sang AntagonisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang