6. Perasaan yang tersembunyi

70.4K 5K 57
                                    

BELL istrahat yang telah berbunyi, membuat Jayden segera berlari ke arah kantin. Laki-laki itu membeli sebuah botol aqua, lalu kembali berlari ke arah lapangan tempat di mana Azura melaksanakan hukuman.

Jayden tersenyum tipis ketika melihat sosok Azura yang masih menjalani hukumannya, dia dengan segera berlari menghampiri gadis itu.

“Hai” sapa Jayden membuat Azura menoleh.

“Ngapain ke sini?”

“Bawain kamu minum, nih, pasti haus, kan?” Azura hanya merespon dengan senyum tipis, lalu mengambil aqua yang telah Jayden buka penutupnya.

Azura baru saja akan menuntaskan dahaganya, ketika Gara dengan entengnya merampas botol tersebut dan segera meminum airnya hingga tersisa setengah.

“Woy, anji*g lo!!” kesal Jayden yang langsung mendaratkan tendangan kuat di tetangganya itu.

Jayden dan Gara adalah tetangga se-kompleks. Rumah keduanya bersebelahan hingga membuat 2 laki-laki itu tampak dekat.

“Sakit Ajay” ringis Gara tak tertahan, seraya mengusap-usap tulang keringnya yang sakitnya minta ampun. Tendangan dari Jayden seolah bisa mematahkan tulang kakinya.

“Ajay, Ajay. Nama gue Jayden” decak Jayden tak suka karena Gara memanggil nama kecilnya.

“Iya, iya. Mas Jayden” ejek Gara seolah tidak kapok.

“Sialan lo”

“Wah, gue laporin Bunda, ya, lo ngomong kasar. Ntar kalau pulang gue mau bilangin sama Bunda, biar di marahin”

“Anji*g, tukang ngadu!!. Gak usah macam-macam, awas, gue tonjok lo”

“Nih, nih, pipi gue. Sini tonjok”

“Sini lo anji*g, ngapain lari, hah?!. SINI LO!!” hardik Jayden tak terkendali. Dari sekian banyaknya teman yang dia punya, hanya Gara yang selalu bisa menaikan emosinya sampai ubun-ubun. Laki-laki berandalan yang sok jagoan dengan menantangnya untuk memberikan satu bogeman mentah di pipinya itu, kini bersembunyi di belakang Azura.

“WOY!! SINI LO GARAM!”

“Kalian bisa berhenti gak, sih?!!” sumpah demi apapun, Azura sangat lelah. Menjalani hukuman selama satu jam penuh, dengan sinar matahari yang amat menyengat kulit, bukan hal yang mudah untuk Azura jalani. Jujur saja, ini adalah kali pertama dia di hukum seperti ini. Dia haus, sebagian seragamnya basah karena keringat, dan setelah masa hukumannya selesai, dia harus di suguhkan dengan pertengkaran 2 laki-laki ini.

“Kalau mau bertengkar, gak usah di sini.”

“Ya maaf, Zur”

Azura menghela napas, gadis itu menoleh ke belakang, menatap sosok Gara yang meminta maaf. Laki-laki berandalan itu menatap Azura dengan perasaan bersalah, menunduk, seperti anak kecil yang tengah membuat kesalahan besar.

“Minuman gue” pintar Azura pada Gara, namun di cegah oleh Jayden.

“Itu bekas dia, ngapain di minta. Mending sekarang kamu ke kelas, biar aku beliin air minum, oke?”

“Gak usah, gue minum air itu aja”

“Tapi Azura─”

Perubahan Sang AntagonisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang