22. Azain dan malam kelam itu

48.1K 3.4K 184
                                    

AZURA menatap datar plafon kamarnya, waktu telah menunjukkan pukul 02.16 pagi, tapi ia belum merasakan kantuk sama sekali. Begitu banyak beban pikiran yang sedang mengganggunya, hingga rasanya tidur pun tidak akan nyenyak.

Perasaan sesak kembali menjalar, membuat Azura memejamkan mata dengan erat. Sampai saat ini, dia berusaha untuk menguatkan hatinya agar percaya bahwa dalang dari kejadian itu adalah Azaid.

Azaid dan Azain, mereka adalah akar di balik kejadian yang hampir merenggut kehormatannya sebagai perempuan.

Kekehan hambar keluar dari bibirnya. Ingatan gadis itu mulai memutar pada kejadian saat dia baru berumur 15 tahun.

*

"Kak, hari ini Zura ulang tahun, kakak gak mau ngasih kado ke Zura?" Azura bertanya dengan antusias, gadis itu masuk ke dalam kamar Azain dengan begitu gembira. Pergerakan Azain yang sedang memerhatikan foto seorang gadis langsung terhenti ketika suara Azura masuk ke pendengarannya.

Dia dengan segera mematikan handphone-nya dan menatap Azura rumit. Laki-laki itu menatap penampilan Azura dari atas hingga bawah. Senyum miring perlahan terbit di bibirnya.

“Mau hadiah apa?” tanyanya lembut.

Senyum Azura langsung mengembang, dia menatap Azain dengan pandangan berbinar “Terserah mau ngasih Zura apa, yang penting itu dari kakak”

Senyum miring lagi-lagi terbit di bibir Azain, dia dengan segera menyuruh Azura mengganti pakaiannya dengan dress selutut, membuat gadis itu mengerutkan kening bingung, tanpa bertanya lebih lanjut lagi, dia langsung mengikuti perintah Azain.

Azura terlalu antusias, gadis itu bahkan buru-buru dalam mengganti pakaiannya. Dress Azura yang mencapai bawah lututnya seketika membuat Azain berdecak malas, laki-laki itu dengan kasar merobek dress Azura membuatnya memekik tertahan.

“K-kak?”

“Ikuti gue sekarang” Azain dengan kasar menarik Azura, membawa gadis itu ke halaman dan memaksa sang adik masuk ke dalam mobilnya.

Azura menatap jalanan yang di laluinya dengan perasaan kalut, gadis itu tidak henti-hentinya menurunkan dress-nya, Azain terlalu merobek dress-nya hingga membuat pahanya terekspos sempurna.

*

Pikiran Azura semakin kalut saat itu, sekuat apapun dia berusaha untuk menepis segala pikiran buruk yang terlintas di benaknya, tapi hal itu seolah sia-sia. Pikiran buruk melintas tak ada hentinya, seolah tak ingin pergi dari sisi kepalanya.

Tempat ini tidak pernah Azura datangi, sekalipun. Tempat ini terlalu berbahaya untuknya yang masih berumur remaja. Azura menatap Azain, kemudian tempat yang mereka tuju saat ini.

Azura baru saja ingin bertanya, saat Azain menarik lengannya kasar, membawa langkahnya terpatri masuk ke dalam club. Aroma khas alkohol terasa mengganggu penciuman Azura, saat gadis itu tidak sengaja menabrak segerombolan laki-laki.

Azura takut, benar-benar takut. Suara musik yang terdengar menggelar di tempat ini sangat membuat pikiran Azura tidak bisa tenang. Ini bukan tempatnya, tempat ini penuh dengan orang-orang dewasa yang berjoget riang. Tempat ini berbahaya, sejauh mata Azura memandang, yang dia lihat hanyalah orang-orang yang meminum alkohol.

“Kak?”

“Kak, kita ngapain di sini?” tanya Azura pelan, seraya menatap kakaknya yang masih terus mematri langkah tak tahu arah.

“Kak, kita pulang aja, ya, Azura gak suka di tempat ini” dan kali itu, langkah Azain yang tadinya terpatri buru-buru, langsung terhenti saat itu juga. Dia menoleh, menatap Azura.

Perubahan Sang AntagonisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang