Chapter X
---
"Jadi, kau mengatakan bahwa kau lebih memilih melahirkan anak itu dibanding diriku?" Tanya Leandra dingin.Lazschra hanya diam tak menjawab menundukkan kepalanya. Matanya sembab sebab ia menangis cukup lama. Seorang dokter memberikan berita yang menyakitkan bagi keduanya. Lazschra tak kuasa menahan air matanya. Ia menyentuh perutnya yang sudah sedikit membesar dengan tangan yang bergetar.
Lean beranjak dari duduknya dan berlutut dihadapan Lazschra yang menangis. Ekspresinya sudah berganti menjadi ekspresi yang sedih dan khawatir. Ia mengambil dan menggenggam kedua tangan Lazschra dan menundukkan kepalanya menempel pada tangan istrinya.
"Mungkin kata-kataku terdengar menyakitkan, tetapi Lazschra, kalau kita memilih untuk merelakan anak ini, kita bisa memiliki yang lainnya nanti. Namun jika kau yang kurelakan, semua akan usai.." Tutur lean dengan suara yang sedikit bergetar. Ia mencoba menahan tangisannya di hadapan Lazschra.
"Karena itu, aku mohon padamu pilihlah aku, jangan anak yang menggerogotimu dari dalam itu.." Lanjut Lean.
Matanya telah merah berkaca-kaca. Ia memohon dengan tulus pada Lazschra untuk memilihnya. Lazschra semakin menangis dalam diam mendengar permohonan Lean. Ia sudah terlanjur sayang pada janin yang berada di dalam rahimnya. Tubuhnya bergetar menahan suara tangisannya.
"Bahkan, jika kau memilih anak itu, kemungkinan untuknya selamat sangat kecil, aku juga menginginkan anak ini, namun ia tak akan bertahan nantinya, Lazschra.." Ucap Leandra sembari mengusap punggung tangan Lazschra dengan ibu jarinya.
Meski pun Leandra telah memohon dan bahkan dokter pun memintanya untuk menggugurkan janinnya, Lazschra tetap memilih mempertahankan anaknya. Ia tak peduli dengan ucapan atau pun permintaan mereka semua. Lazschra tak peduli jika ia akan mati nantinya, ia tetap pada pendiriannya mempertahankan kehamilan yang mengancam nyawanya.
---
Karena keputusan yang Lazschra buat, Leandra memilih untuk mulai menjauh darinya. Ia tak ingin berada di dekat Lazschra. Tampaknya Leandra begitu marah dengan keputusan istrinya. Sejak awal, Leandra memang tak pernah mengharapkan kehadiran buah hati untuk dirinya. Namun tak dielakkan, ia bahagia saat mendengar kabar bahwa Lazschra tengah mengandung anak mereka. Ia sangat menantikan anaknya tersebut untuk lahir kedunia. Sampai pada saat dokter memberitahunya berita yang begitu menyayat hati."Janin anda memiliki Mana yang terlalu kuat, tubuh Duchess tidak akan kuat menahannya. Istri anda berkemungkinan besar tidak akan bertahan lama setelah melahirkan nanti, begitu juga bayinya" Ucap dokter tersebut menjelaskan pada Leandra dengan berat hati.
Mendengar berita yang menyakitkan itu, membuat dunia Leandra seakan langsung runtuh. Ia tak pernah membayangkan bahwa anaknya akan menjadi penyebab Lazschra mati. Ia juga tak pernah membayangkan Lazschra akan meninggalkannya. Mendengar hal tersebut Leandra tak bisa menahan posisinya berdiri. Ia hampir terjatuh kalau saja Eleanor dan Jaren tak menahan tubuhnya.
Ia dibawa duduk menuju sofa yang tak jauh dari tempatnya berdiri. Disana ia menyandarkan tubuhnya dan memijat pelipisnya sembari menutup mata. Tangannya meremas sandaran sisi kiri sofa. Ia menghela napasnya beberapa kali.
"Apakah benar-benar tak ada cara menyelamatkan mereka?" Tanya Leandra frustasi pada Eleanor.
Eleanor yang mendengar hal itu mencoba berpikir keras untuk menjawab pertanyaan Lean.
"Saya menyarankan untuk anda menggugurkan janin Duchess" Ungkap Elanor hati-hati dengan ekspresi serius menatap langsung netra Lean.
Bagai petir yang menyambar di siang hari, Leandra membulatkan matanya. Ia tak percaya dengan perkataan Eleanor. Menggugurkan janin Duchess sama saja seperti membunuh anaknya sendiri. Namun Leandra tak dapat berbicara, bibirnya kelu.
"Seperti yang saya katakan tadi, meski pun Duchess melahirkan bayinya, bayi itu akan sulit untuk bertahan. Lebih baik ia tak dilahirkan dan kita menyelamatkan Duchess" Tutur Eleanor.
"Benar tak ada cara selain itu?" Tanya Leandra sekali lagi memastikan.
Eleanor menggelengkan kepalanya sebagai respon. Ia meminta maaf pada Leandra. Mendengar hal itu Leandra semakin frustasi dibuatnya. Ia menutup mata dan menyenderkan tubuh lalu meminta mereka untuk meninggalkannya sendiri.
Seperti yang diminta, Leandra ditinggalkan sendiri diruang kerjanya. Di dalam sana Leandra merasa begitu frustasi tak tahu apa yang mesti ia lakukan. Bagaimana cara dirinya memberitahukan pada Lazschra berita yang menyakitkan ini. Leandra menyendiri di ruangannya hingga matahari tenggelam ditelan langit malam digantikan sang rembulan ditemani ribuan bintang.
---
Selama beberapa waktu Leandra mau pun Lazschra tidak melakukan interaksi apa pun pada satu sama lain. Mereka menyibukkan diri pada urusan masing-masing. Berusaha melupakan percakapan mau pun berita menyakitkan yang tak lama ini mereka dapatkan.Saat malam hari, Leandra bergadang di ruang kerjanya menyibukkan diri dengan tumpukan dokumen laporan dukedom. Lazschra tak mempedulikan sang suami dan memilih untuk langsung melelapkan diri dari pada menunggu Lean.
Biasanya sebelum tidur, Lazschra pasti tak lupa untuk mengajak janinnya berbicara. Entah itu nyanyian atau pun cerita tentang apa yang dialaminya hari itu.
"Hari ini ibu dan ayahmu tidak ada interaksi lagi, sama seperti kemarin" Ujar Lazschra lembut sembaru mengelus perutnya.
Usia kandungannya sudah memasuki minggu ke-26. Eleanor mengatakan bahwa janinnya berkemungkinan berkelamin perempuan. Biasanya jika kelamin dari bayi sudah diketahui, sang ayah sudah mempersiapkan nama untuknya. Namun tampaknya ia enggan melakukan hal tersebut. Tak ada pilihan lain, Lazschra sendiri yang menamai anak mereka.
"Dokter mengatakan mungkin kau adalah perempuan dan ayahmu enggan memberimu nama, maka ibu sendiri yang akan memberi nama untukmu sayang" Tutur Lazschra lembut.
Bayinya merespon dengan gerakan meskipun tak terlalu terasa olehnya. Lazschra tersenyum sendu saat merasakan gerakan lambat anaknya. Ingatan tentang berita menyakitkan itu kembali terlintas dibenaknya. Ia membelai perutnya dengan lembut sembari menyenandungkan nada yang indah.
"Kekuatan begitu besar sehingga sulit bagiku ataupun dirimu untuk bertahan" Ucap Lazschra sedih.
"Namun masih ada kemungkinan untukmu bertahan nantinya." Lanjut Lazschra berbicara.
"Jadi, aku akan melindungi dan Mempertahakannu hingga kau siap untuk keluar melihat dunia yang kejam namun indah ini sayangku." Lanjut Lazschra lagi, suaranya terdengar sedikit bergetar.
"Ibu akan selalu mencintaimu meski pun nanti ibu tak bisa melihatmu tumbuh, putriku." Tutur Lazschra lembut.
Setetes air mata jatuh dari matanya. Malam itu, Lazschra memutuskan untuk tidur setelah berbicara dan mengatakan nama untuk putrinya.
---Jangan lupa komen dan vote ya, terima kasih^^~
KAMU SEDANG MEMBACA
Grand Duke & Grand Duchess [HIATUS]
Romance--- Perang antara Kekaisaran Allagi dan Kekaisaran Lykos terus berlanjut dan menyebabkan kerugian yang sangat besar. Guna menghentikan perang yang tak berujung, Kaisarina Lykos saat itu Letricia Dil Lykos dan Kaisar Allagi, yaitu Maximillian De Law...