Kakak

46 8 0
                                    

Chapter XI
---
Malam berhiaskan ribuan bintang bersinar menemani sang rembulan di langit. Cahaya bulan menembus gorden memasuki kamar. Angin berhembus kencang mengibarkan kain putih transparant yang tergantung. Jendela kayu terbuka lebar membiarkan angin dingin laut masuk.

Di tengah jendela kayu yang besar, seseorang berdiri. Surai langit malamnya menari-nari diterpa angin bersamaan dengan jas hitam yang tersangkut pada tubuh indahnya. Manik merah darahnya bersinar terang mengeluarkan cahaya bagai api membara. Netra tersebut menatap ranjang yang berada tak jauh dari tempatnya berdiri.

Di ranjang tersebut, terdapat wanita yang tengah terlelap nyenyak. Punggungnya berhadapan langsung dengan sosok yang berdiri di dekatnya. Sosok tersebut merupakan seorang pria dengan jas kasual elegan hitam bernuansa emas. Dengan ekspresi datar ia menatap punggung Lazschra yang tengah terlelap dibalik kelambu. Tak begitu lama setelahnya ia menghilang dengan cepat bagai angin.

---

Di pagi harinya, Lazschra terbangun mendengar suara ketukan pada pintu kamarnya. Ia bangun dan duduk menyandar pada kepala kasur. Ia termenung selama beberapa saat, hampir tertidur lagi jika Roa tidak mengetuk pintu untuk kedua kalinya. Lazschra pun mengizinkan Roa untuk masuk dari dalam sembari menggosok matanya.

"Selamat pagi, Yang Mulia" Ucap Roa saat membuka pintu.

"Selamat pagi juga, Roa. Apakah hari ini cerah?" Balas Lazschra lalu bertanya dari balik kelambu yang belum disingkap.

"Hari ini cerah, mentari bersinar terang menyinari kota" Ujar Roa sembari menyingkapkan kelambu ranjang, setelahnya ia lanjut membuka gorden dan jendela balkon membiarkan udara segar masuk.

Lazschra hanya diam melihat Roa melakukan tugas-tugasnya, lalu ia menghela napasnya. Netra miliknya menangkap kehadiran sepucuk amplop surat hitam bernuansa emas di atas meja. Ia mengenali warna dan ukiran yang ada di amplop tersebut. Wajahnya yang tadi sendu seketika berubah menjadi bahagia.

"Roa, surat dari siapa itu?" Tanya Lazschra menatap punggung Roa yang tengah menyusun beberapa makanan di atas meja.

"Bagaimana jika anda membacanya sembari sarapan? Anda akan mengetahui siapa yang mengirimkannya" Tutur Roa tersenyum menghadap Lazschra.

Lazschra turun dari kasurnya dibantu oleh Roa. Mereka berjalan dan Lazschra duduk di kursi yang disiapkan. Ia mulai membuka amplop hitam tersebut dengan hati-hati disaat Roa menuangkan susu hangat ke dalam cangkirnya.

'Salam kuucapkan untuk adikku yang kucintai.

Sudah 7 tahun sejak kita terakhir kali bertemu, Lazschra. Aku berharap kau selalu diberkati kebahagiaan dan kesehatan dari sang Dewa selama aku tak ada disampingmu.

Maaf baru menghubungimu sekarang. Selama 7 tahun terakhir diriku ini sibuk dengan berbagai hal. Ayah mulai menyuruhku untuk mencari wanita yang akan menjadi pendampingku di masa depan nantinya, dan ibu pun hanya mendukung keputusan ayah.

Adik-adik kita sudah tumbuh menjadi seorang pria yang berkarisma dan nona yang mandiri. Mereka mulai mengerjakan tugas-tugas yang memang harus mereka jalani. Sungguh bangga diriku melihat betapa cakapnya mereka dalam menunaikan tugas yang ayah berikan pada mereka.

Saat ini, saat aku menuliskan surat untukmu, diriku memutuskan untuk berkunjung ketempatmu setelah sekian lama. Rindu diriku dengan suara manismu yang bersemangat memanggilku. Kebetulan juga tak lama lagi adalah hari kelahiranmu.

Aku tak akan datang sendiri nantinya, Lascreia dan ibunda akan menemaniku ketempat tinggalmu. Adik perempuan bungsu kita berkata ia juga sangat merindukamnu, begitu juga dengan Raizel. Namun Raizel tak akan ikut, sebab harus ada salah satu dari kami yang tinggal bersama ayahanda.

Semoga kau tetap dalam keadaan yang baik hingga kami sampai disana. Aku berharap kaulah yang menyambutku dengan semangat dan suaramu yang manis tersebut.

Dari Raizriel, kakakmu yang mencintaimu.'

Lazschra meletakkan kertas surat kedua yang sudah usai ia baca. Ia menghela napas dengan pelan dan perlahan senyuman terukir di wajah indahnya. Lazschra menyandarkan tubuhnya pada kursi. Mengangkat cangkir yang berisi susu hangat dan menyesapnya perlahan.

"Tampaknya kita harus segera menyiapkan beberapa kamar, Roa" Cetus Lazschra menatap Roa.

Roa yang sedari tadi berdiri di sampingnya menatap Lazschra. Tak berapa lama kemudian ia tampak mengerti dengan ucapan tuannya.

"Akan segera saya siapkan, Yang Mulia" Ucap Roa dan ia pun langsung berbalik dan keluar dari kamar.

Lazschra kembali fokus menyantap hidangan yang sudah siapkan oleh Roa. Ia mengambil sepotong roti dan dicelupkannya roti tersebut ke dalam semangkuk sup hangat, lalu ia memakan roti tersebut.

Tak berapa lama ditengah kegiatannya menyantap sarapan, pintu kamar terbuka tanpa ada yang mengetuk. Lazschra spontan menoleh dan mendapati Leandra yang tengah berdiri menatapnya dengan tangan yang menggenggam knop pintu.

Selama beberapa saat keheningan terjadi. Lazschra dan Leandra hanya saling menatap satu sama lain. Leandra menatap Lazschra datar dan Lazschra menatap Leandra dengan mimik wajah terkejut. Tak berapa lama keheningan dipecahkan oleh kedatangan Roa. Ia mengetuk pintu yang terbuka dibelakang Lean. Saat tersadar, Leandra langsung saja pergi meninggalkan Lazschra.

Lazschra dan Roa saling menatap satu sama lain setelah Lean pergi. Roa menatap Lazschra dengan tatapan bertanya, dan Lazschra merespon dengan gelengan kepala. Ia tak tahu mengapa pria itu tiba-tiba datang tanpa mengetuk dan pergi tanpa kalimat.
---
2 bulan yang lalu..

Lazschra bangun lebih dulu dari pada Leandra. Ia berdiri di balkon terbuka menikmati udara pagi dengan menggunakan selendangnya. Angin sepoi-sepoi menerbangkan surai malamnya yang menari-nari dengan indah. Kelopak matanya yang pucat tertutup menikmati belaian angin sejuk.

Ditengah dirinya menikmati suasana yang tenang tersebut, sepasang tangan memeluk pinggangnya dari belakang. Tangan tersebut mendekapnya erat hingga punggung Lazschra bersentuhan dengan dada tanpa kain tersebut. Leandra menenggelamkan wajahnya pada ceruk leher istrinya, menghirup dan menikmati bau tubuh Lazschra. Mereka berdiam pada posisi sembari menikmati hembusan angin lembut yang membelai mereka.

Tiba-tiba, Leandra mengangkat tubuh Lazschra dan membawanya menuju ranjang. Lazschra terkejut dan sedikit memberontak di dalam gendongannya. Leandra naik ke atas kasur dan meletakkan Lazschra dibawahnya. Posisinya berada di atas Lazschra dengan mengunci sisi kanan kirinya dengan kedua tangan. Selanjutnya ia dan Lazschra melakukan hal yang tak berani di ganggu oleh siapa pun bahkan termasuk Roa dan Jaren.
---
Jangan lupa komen dan vote ya, terima kasih^^~

Grand Duke & Grand Duchess [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang