Chapter XV
---
"Mana yang berlimpah sebelum lahir?" Tanya pria itu pada Leandra memastikan, alisnya terangkat sebab ia tak menduga pertanyaan tersebut."Benar. Mana yang berlimpah sejak di dalam kandungan, apakah ada kasus seperti sebelumnya, Paman?" Leandra mengulang pertanyaannya.
Pria tersebut menggosok dagunya dan melihat kesamping berpikir untuk menjawab pertanyaan Leandra, selama beberapa menit ia seperti itu sebelum akhirnya ia melihat ke arah Leandra lagi, ekspresinya menjadi lebih serius.
"Entah kau lupa atau karena kau belum lahir, nyatanya memang ada kasus seperti itu sebelumnya di sekitarmu." Jawabnya dengan nada serius sembari menatap mata Leandra.
"Di...sekitarku...?" Leandra mengernyitkan dahinya, ia tampak berpikir dan mencoba mengingat informasi tersebut.
Pria tersebut menghela napasnya, ia tampak sedikit lebih santai.
"Ribuan tahun lalu, sekitar 3.965 tahun, ada kasus seperti itu. Kau belum lahir, karena itu terjadi pada adik bungsuku sendiri." Ucapnya tenang, terdapat sedikit nada kesedihan didalamnya.
"Adik bungsu? Ku pikir adikmu hanya ibuku?" Leandra bertanya, sebelah alisnya terangkat.
Pria tersebut tertawa singkat.
"Lyra sudah meninggal jauh sebelum kau lahir, sebelum Letricia menjadi kaisarina." Ucapnya diikuti dengan helaan napas ringan.
"Sejak sebelum lahir, Lyra sudah memiliki Mana yang berlimpah, dan itu dapat membunuh ibuku. Hal tersebut cukup membuat ibu kesulitan, di satu sisi ayah ingin ibu menyerah atas anak yang bahkan belum lahir itu, namun ibu menolak dengan keras. Ia berkata bahwa sampai kapan pun tak akan membunuh bayinya sendiri."
"Ayah yang marah pun meninggalkan ibu dan kembali ke kekaisarannya, namun ibu tak pernah merasa sedih atau pun berharap ia kembali, justru ibu merasa kecewa dan marah pada ayah karena hendak membunuh darah dagingnya sendiri."
"Saat itu aku masih belum dewasa, tak begitu mengerti apa yang terjadi. Namun, tampaknya Letricia dapat memproses keadaan dengan baik. Disaat aku marah dengan ibu yang membuat ayah pergi meninggalkan kami dan memilih bayinya yang bahkan belum lahir, Letricia selalu berada disampingnya dan terus mendukungnya hingga Lyra lahir."
"Selama masa kehamilan ibu dibantu banyak ahli sihir dan dokter profesional, agar setidaknya ibu tetap bertahan dan melahirkan Lyra. Meski pun aku marah dengannya, aku tak pernah tega melihatnya kesakitan selama masa penetralan mana tersebut."
"Lyra lahir lebih cepat dua bulan sebelum masa kehamilan ibu berakhir, untungnya ia lahir dengan selamat meski pun tubuhnya begitu kecil dan rapuh. Begitu juga dengan ibu, ia berhasil melahirkan selamat namun tubuhnya menjadi lemah dan ia sakit-sakitan."
"Seberapa parah sakitnya?" Leandra bertanya ditengah jeda.
"Cukup parah, lebih seperti kutukan daripada sakit menurutku." Tukas pria tersebut.
"Kutukan?" Tanya Leandra penasaran, alisnya berkerut dan dahinya mengernyit.
Pria tresebut menganggukan kepalanya pelan sebagai respon sebelum ia memutuskan untuk memperjelas ucapannya.
"Seperti kutukan yang menggerogoti dari dalam dan membunuh perlahan, memperlemah tubuhnya hingga ia tak mampu untuk bahkan sekedar berdiri sendiri." Ujarnya pelan, ia tampak tak nyaman membicarakannya.
Leandra terdiam dan tampak tenggelam dalam pikirannya sendiri, begitu juga dengan pria tersebut yang juga ikut diam menunggu Leandra untuk mengatakan sesuatu. Pada akhirnya, Leandra mengangkat kepalanya dan menatap pria tersebut dengan ekspresi lebih serius lagi.
"Selain dinetralkan, apakah tak ada cara lain?" Tanyanya serius, ia tampak benar-benar membutuhkan jawaban atas pertanyaannya yang satu ini.
Pria tersebut tampak sedang berpikir untuk menjawab pertanyaannya dengan tepat, ia terdiam selama beberapa saat sembari mengetuk-ngetukkan jarinya pada permukaan meja.
"Aku tak begitu yakin, satu-satunya kasus yang pernah kulihat langsung prosesnya hanya kasus Lyra..." Dia berkata dengan ragu. Tak lama kemudian ia mengangkat kepalanya dan menatap Lean, tampaknya ia teringat akan sesuatu.
"Kenapa kau tak coba tanya ibumu, Letricia? Tadi aku sempat mengatakan selain Lyra ada satu kasus lagi disekitarmu, namun tampaknya kau tak mengingatnya." Ujar pria tersebut.
"Disekitarku? Siapa?" Tanya Leandra mengangkat sebelah alisnya.
"Lacerta." Ucap pria tersebut.
Mendeangar nama adiknya disebut, wajah Lean menampilkan ekspresi terkejut. Ia benar-benar tak tahu atau ia benar-benar lupa dengan fakta bahwa adiknya mengalami hal yang sama.
"La...certa?" Tanya memastikan apa yang didengarnya.
"Benar, Lacerta. Anak itu juga memiliki kasus yang sama, bahkan sepertinya lebih baik sebab ibumu masih baik-baik saja hingga saat ini." Ucapnya pria tersebut dengan gerakan bahu ringan.
Ekspresi Leandra tampak tak percaya dengan apa yang didengarnya, ia masih ragu akan fakta tersebut.
Lacerta? Apakah ia benar-benar mengalami hal itu? Kenapa aku tak ingat? Atau apakah ibu menyembunyikannya?
Tanyanya pada dirinya sendiri dalam pikirannya. Pria tersebut perlahan berdiri dan berjalan ke arah dapurnya.
"Pergilah dan tanya pada ibumu, aku ingin memulai hariku." Ucapnya malas.
Leandra yang sedari tadi termenung dan tenggelam pada pikirannya kembali pada kenyataan karena ucapannya. Ia melihat pria yang tak lain adalah pamannya itu dengan ekspresi tak percaya dan sedikit kesal, setelahnya Lean menghela napas.
"Kalau begitu, aku pergi dulu, Paman." Ucapnya sembari berdiri dari kursinya, lalu ia berjalan ke arah pintu.
---
Ini episode terbaru hari ini, agak pendek dikit maaf juga karena telat ya. Nge block banget daku tuh..Jangan lupa komen dan vote ya, terima kasih^^~
KAMU SEDANG MEMBACA
Grand Duke & Grand Duchess [HIATUS]
Romance--- Perang antara Kekaisaran Allagi dan Kekaisaran Lykos terus berlanjut dan menyebabkan kerugian yang sangat besar. Guna menghentikan perang yang tak berujung, Kaisarina Lykos saat itu Letricia Dil Lykos dan Kaisar Allagi, yaitu Maximillian De Law...