Sayangku

78 6 1
                                    

Chapter XIII
---
Kembali ke-dua bulan kedepan..

Seperti biasa, Lazschra bangun lebih awal. Beranjak dari kasurnya menuju jendela balkon yang tertutup tirai, lalu ia menyingkapnya dan tampaklah pemandangan salju putih menutupi halaman rumah di depannya sejauh mata memandang.

Pintu diketuk dari luar.

"Yang Mulia, anda sudah bangun?" Tanya Roa dari luar.

"Masuklah, Roa" Ucap Lazschra tanpa menoleh.

Pintu dibuka, Roa masuk membawa troli makanan. Lazschra menoleh dan menatap Roa yang menyiapkan meja untuk sarapan.

"Silahkan sarapan Anda, Yang Mulia" Ucap Roa.

Lazschra tersenyum dan duduk dikursi. Ia mulai memakan sarapan yang disiapkan, semangkuk sup krim hangat dan beberapa potong roti. Ia makan dengan tenang dan pelan.

"Apakah ada kabar terbaru dari kakak?" Tanya Lazschra mengelap mulutnya dengan serbet.

"Dari pengamatan dan perhitungan mereka seharusnya sampai tak lama lagi, Yang Mulia" Ujar Roa menjelaskan.

Lazschra mengangguk dan berjalan menuju kamar mandi. Ia membuka pintu, berhenti dan menoleh ke arah Roa.

"Tolong bantu aku bersiap untuk menyambut mereka, Roa" Ucap Lazschra tersenyum.

"Baik, Yang Mulia" Ucap Roa.
---
Gerbang depan mansion dibuka, masuk dua kereta kuda dicat hitam legam dengan nuansa emas. Terdapat Lambang Kekaisaran Allagi di bagian pintu kanan kirinya serta bendera hitam yang berkibar. Dua kereta itu masuk ke halaman mansion dan berhenti di depan pintu utama.

Lazschra berdiri di depan pintu utama bersama Roa dan Noah di belakanganya, pengawal pribadinya. Tersenyum melihat kedatangan keluarganya. Pintu kereta dibuka dan turunlah seorang wanita dengan gaun hitamnya dibantu seorang kesatria.

Surai hitam malam yang bergelombang sama seperti Lazschra dengan netra emas permata yang bersinar terkena cahaya mentari. Ia menoleh ke arah Lazschra dengan wajah datar, sedetik kemudian menjadi ekspresi terkejut.

"Salam kepada Permaisuri Allagi, Sang Dewi akan selalu memberkatimu" Ucap Lazschra dengan mengangkat ujung gaunnya dan sedikit menunduk memberi hormat.

"Bangunlah, Grand Duchess" Ujar Regina pada putrinya.

Lazschra menegakkan kembali tubuhnya, menatap sang ibu dengan senyuman lembut. Regina berjalan ke arahnya dan berhenti beberapa senti darinya. Menatapa wajahnya lekat-lekat selama beberapa saat, lalu memeluknya dengan erat. Lazschra sedikit terkejut, namun ia membalas pelukan ibunya. Lazschra merindukan kehangatan ini.

Setelahnya Regina melepaskan pelukan dan menangkup wajah putrinya, ia tersenyum lembut pada Lazschra. Kembali menatap lekat-lekat putri tersayangnya.

Di belakang, dari kereta satunya turunlah seorang pria dewasa. Ia adalah Raizriel, kakak dari Lazschra. Ia memiliki surai hitam malam bergelombang sama seperti Lazschra dan dua adiknya yang lain, didapatkannya dari sang ibu. Netranya berwarna merah darah yang dalam, tatapannya tegas namun lembut. Ia memiliki tubuh yang tinggi dan tegap. Adiknya, Lascreia turun setelahnya.

Mereka segera berjalan menuju Lazschra dan memeluknya dengan erat. Sungguh mereka begitu merindukannya. Seorang saudara perempuan yang penuh kasih sayang dan hangat kepada keluarganya. Lazschra terkekeh saat Lascreia memeluknya. Tanpa menunggu Lascreia melepas pelukannya, Raizriel bergabung memeluk keduanya, setelah itu baru ia lepaskan saat adik terkecil mengeluh tak bisa bernapas karenanya. Dada Regina menghangat melihat momen yang sudah lama tak ia lihat, sejak Lazschra dijodohkan dengan sang Grand Duke.

"Mari kita masuk ke dalam, aku sudah menyiapkan tempatnya." Ujar Lazschra lembut.

"Kau tidak bekerja terlalu keras bukan?" Tanya Regina.

Grand Duke & Grand Duchess [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang