Chapter IX
---
Bukannya ekspresi marah, justru mimik khawatir yang ia lihat dari wajah suaminya. Lean tampak memperhatikan Lazschra secara seksama. Setelahnya Lean bertanya memastikan keadaan Lazschra."Kau tidak apa?" Tanya Lean khawatir pada Lazschra.
Lazschra menjawab dengan anggukan kaku. Setelahnya Lean menghela nafasnya. Heran dengan perlakuan tersebut, Lazschra pun bertanya.
"Kau kenapa?" Tanya Lazschra pada Lean.
"Kenapa? Apanya kenapa?" Lean bertanya balik tak mengerti dengan pertanyaan tersebut.
"Kenapa kau tampaknya khawatir sekali?" Tanya Lazschra dengan sebelah alis yang dinaikkan.
Mendengar pertanyaan tersebut, Lean mengerutkan dahinya. Tak suka akan ucapan Lazschra. Tentu saja ia khawatir. Jika terjadi sesuatu yang buruk pada istrinya, ia akan menyalahkan dirinya.
"Tampaknya kau mencariku tadi? Apa kau butuh sesuatu?" Tanya Lean meredakan rasa kesalnya.
"Kau" Tukas Lazschra singkat.
Leandra terkejut akan ucapannya. Hening selama beberapa saat diantara mereka. Tak tahu harus berkata apa.
"Aku?" Tanya Lean memastikan.
Lazschra menjawab dengan anggukan kecil sembari tangannya saling bertaut cemas. Entah apa yang sedang ia cemaskan
"Kalau seperti itu, mari kitaa kembali ke mansion saja." Ujar Lean memutuskan.
Lean menggandeng tangan istrinya dan mengajakanya pulang. Namun, Lazschra justru menolak.
"Kenapa?" Tanya Lean heran.
"Aku belum mau pulang, Lean" Pinta Lazschra dengan wajah yang tertunduk.
"Kau masih mau disini, bersamaku?" Tanya Lean pada Lazschra. Lazschra mengangguk pelan sebagai jawaban.
"Ayo, mari kita berkumpul bersama keluargaku, maaf jika aku mengabaikanmu tadi." Cetus Lean mengajak disertai permintaan maaf.
Lazschra mengangkat wajahnya dan melihat Lean yang memalingkan wajahnya. Walau tipis tampak telinga panjangnya yang sedikit memerah.
---
Bersama-sama mereka berdua kembali ke tengah ruangan sembaru bergandeng tangan. Di sana terdapat Ayah dari Leandra dan dua saudara laki-lakinya beserta pasangan mereka masing-masing."Ah, disitu rupanya kau, Lean" Ujar Athanasius, ayah dari Leandra.
Kakak laki-laki dari Leandra, Landro menatap keduanya datar. Ia sedikit lebih pendek dari Leandra, memiliki surai putih panjang yang diikat bawah. Disampingnya, berdiri seorang wanita bersurai biru muda yang tersenyum lembut ke arah Lean serta Lazschra. Wanita itu bernama Yuria, Yuria Lavandra. Istri dari Landro sekaligus kakak ipar bagi Leandra. Saat ini Yuria tengah mengandung anak pertama Landro, usia dari kandungannya sudah memasuki bulan keenam.
"Apa dirimu baik, Lazschra?" Tanya Yuria ramah pada Lazschra.
"Saya baik berkat perhatian anda" Balas Lazschra dengan senyuman.
"Tidak sopan sekali kalian ini. Pergi tanpa berucap sepatah kalimat pun pada kami." Ketus Landro malas.
Setelah ucapan dari Landro tersebut, tak ada satu pun dari mereka yang berbicara. Hening tanpa suara. Athanasius memalingkan wajahnya sembari menegak sampanye dari gelasnya. Yuria hanya tersenyum tak tahu mesti berkata apa atas ucapan suaminya tersebut.
"Maafkan atas ketidaksopanan kami, Kakak. Aku harus memastikan sesuatu bersama istriku tadi, terburu-buru hingga tak sempat berucap apa pun pada kalian." Ucap Leandra memecah keheningan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Grand Duke & Grand Duchess [HIATUS]
Romansa--- Perang antara Kekaisaran Allagi dan Kekaisaran Lykos terus berlanjut dan menyebabkan kerugian yang sangat besar. Guna menghentikan perang yang tak berujung, Kaisarina Lykos saat itu Letricia Dil Lykos dan Kaisar Allagi, yaitu Maximillian De Law...