Chapter XII
---
Ruang Makan
Saat ini Leandra dan Lazschra tengah makan malam bersama keluarganya setelah menghadiri jamuan terakhir perayaan. Mereka duduk dan makan dengan tenang, hanya terdengar suara dentingan piring dan alat makan. Sesekali mereka akan berbicara satu sama lain, namun percakapan tersebut akan berakhir dengan cepat. Kegiatan itu terus berulang hingga makanan habis.
Tidak seperti Lean yang tumbuh di keluarga yang begitu menjunjung tinggi formalitas, keluarga Lazschra adalah berisi orang-orang yang santai. Orang tuanya hangat dan penuh kasih sayang, terutama kakak laki-lakinya yang sangat memanjakan dan mencintainya. Karena itu ia tak begitu nyaman dengan suasana keluarga Leandra.
Lazschra hanya diam dan memakan makanannya dengan pelan, ia tak begitu berselera hari ini. Rasanya ia ingin memuntahkan isi perutnya, namun takut akan mengganggu yang lainnya. Leandra melihat istrinya hanya makan sedikit, ia segera bertanya khawatr.
"Apakah makanannya tidak enak?" Tanyanya berbisik di telinga Lazschra.
Mendengar itu, Lazschra memggelengkan kepalanya.
"Tidak, makanannya enak, namun aku tak begitu berselera hari ini." Jawabnya pelan, menatap Lean tersenyum.
Ditengah itu, seseorang yang sedari tadi memperhatikan mereka akhirnya angkat suara.
"Apakah ada masalah dengan makanannya, Duchess?" Tanya Athanasius tersenyum dari seberang meja.
"Tidak, tidak ada yang salah, Baginda" Jawab Lazschra sedikit menunduk menggelengkan kepala.
"Baguslah jika tak ada yang salah, takut tak sesuai dengan seleramu" Ucap Athanasius sedikit tersenyum.
Lazschra hanya membalas tersenyum tak nyaman. Leandra melihat interaksi tersebut, berbicara menjawab ucapan ayahnya.
"Akhir-akhir ini selera makan duchess sering sekali hilang secara tiba-tiba, sama seperti hari ini" Tukas Leandra meluruskan kondisi istrinya.
"Faktor hamil muda bukan?" Tanya Letricia tiba-tiba sembari minum.
Mendengar itu, semua yang ada ruangan menoleh ke arah Lean dan Lazschra, dan yang ditatap terdiam. Lean hanya diam menutup matanya sedangkan Lazschra bingung menjawab pertanyaan tersebut, ia hanya tersenyum malu sedikit tertekan.
"Itu benar" Tukas Leandra membuka mata menjawab pertanyaan ibunya.
"Wah! Selamat kalian berdua!" Ucap Rina memberi selamat bertepuk tangan.
"Terima kasih atas kemurahan hati anda, Baginda" Ucap Lazschra tersenyum lembut.
"Berapa usia kandunganmu saat ini, Duchess?" Tanya Yuria yang duduk di sebelah Leandra.
"Sudah memasuki minggu ke-18, Archduchess" Ujar Lazschra menjawab.
"Jangan terlalu banyak bergulat dengan tumpukan kertas di ruang kerjamu, agar kau tidak kelelahan nantinya" Cetus Letricia tersenyum tipis.
"Baik, akan saya ingat ucapan anda, Baginda" Balas Lazschra tersenyum manis.
---
Di kamar, Mansion Alsan
Leandra dan Lazschra sudah kembali dari acara makan malam keluarga. Saat ini Lean tengah membersihkan dirinya di kala Lazschra menikmati secangkir susu hangat sebelum tidur. Lazschra duduk disofa yang ada di kamarnya. Tak berapa lama Lean keluar dari ruang ganti baju dengan mantel tidurnya. Ia duduk di samping Lazschra, handuk terdapat di atas rambutnya yang basah.
"Mau kubantu mengeringkannya, Lean?" Tanya Lazschra lembut.
Mendengar itu Lean menoleh menatap Lazschra, lalu mengangguk dan mencondongkan kepalanya ke arah Lazschra. Lazschra terkekeh pelan karenanya, lalu ia pun membantu mengeringkan rambut basah lean.
"Apakah kau masih merasa tak nyaman?" Tanya Lean ditengah Lazschra yang sedang mengeringkan rambut putihnya.
"Sudah tidak lagi. Aku merasa nyaman setelah menelan secangkir susu hangat." Jawabnya dengan tenang.
Lean mendengar itu menganggukkan kepala tanda mengerti. Ia diam menikmati sentuhan Lazschra yang hati-hati, menutup matanya.
"Rambutmu sudah kering, Lean. Kau bisa mengangkat kepalamu." Ujar Lazschra.
Lean mengangkat kepalanya dan langsung menatap lurus wajah istrinya. Wajah pucat lembut nan anggun serta netra merah darah yang menatapnya dengan hangat, Lazschra tersenyum tipis kepada Lean. Selama beberapa saat mereka saling tatap menatap satu sama lain, mendekat secara perlahan mengikis jarak di antara mereka hingga tinggal beberapa senti saja.
"Bagaimana kalau kita melakukannya malam ini?" Tanya Lean dengan senyuman miring kepada Lazschra.
Lazschra yang mendengar hal tersebut merona, ia tahu dengan jelas apa artinya. Terdiam menatap manik biru Lean yang menatap lekat dirinya. Lean melihat ekspresi istrinya bangkit dari duduknya, dan ia langsung mengangkat Lazschra lalu membawanya menuju ranjang mereka. Tak menghiraukan suara terkejut Lazschra saat tiba-tiba diangkatnya.
Lean meletakkan Lazschra dengan hati-hati diatas ranjang. Ia menguncinya yang hendak kabur denga kedua tangannya menekan kasur disisi kanan dan kiri Lazschra. Lazschra menatap tegang suaminya yang melihatnya dengan tatapan lapar, sedikit takut.
"Tu-tunggu dulu, Lean!" Pekik Lazschra menahan dada telanjang suaminya.
Lean berhenti dan menunggu Lazschra untuk mengucapkan kalimatnya. Lazschra menatap Lean sedikit takut, ia takut akan menyinggung Lean yang mengira dirinya menolak untuk melakukan hubungan.
"Katakan saja, aku tak masalah." Ucap LEan lembut menatap Lazschra.
Lazschra meneguk kasar ludahnya mendengar ucapan Lean. Ia memalingkan pandangannya ke samping, menghindari kontak mata langsung dengan suaminya.
"Ma-malam ini aku lelah, ja-jadi aku sedang tidak ingin melakukannya" Ujar Lazschra terbata takut, ia menutup matanya.
Tak ada respon mau pun aksi dari Lean, Lazschra memberanikan diri membuka matanya dan melihat ke arah Lean. Yang ditatap menunjukkan ekspresi datar. Setelah itu Lean, Lean menjauh dan merebahkan dirinya di samping Lazschra. Lalu ia memeluk istrinya dari samping. Setelah itu mengecup bibirnya dan keningnya secara dsingkat, ia menutup matanya.
"Kalau itu maumu, tidak masalah. Aku tak akan memaksa." Ucap Lean lembut kepada Lazschra.
"Kau, tidak marah?" Tanya Lazschra.
"Kenapa aku harus marah?" Tanya Lean membuka mata menatap Lazschra.
Lazschra mendengar itu menggelengkan kepalanya pelan, lalu ia balik memeluk Lean. Lean tersenyum kecil dan mengeratkan pelukannya. Ia mencium pucuk kepala Lazschra dan menutup matanya. Malam itu mereka terlelap sambil saling berpelukan satu sama lain.
---
Jangan lupa komen dan vote ya, terima kasih^^~
KAMU SEDANG MEMBACA
Grand Duke & Grand Duchess [HIATUS]
Romance--- Perang antara Kekaisaran Allagi dan Kekaisaran Lykos terus berlanjut dan menyebabkan kerugian yang sangat besar. Guna menghentikan perang yang tak berujung, Kaisarina Lykos saat itu Letricia Dil Lykos dan Kaisar Allagi, yaitu Maximillian De Law...