YMD. 31

10 2 0
                                    

Gavin membuka seragam sekolahnya yang terlihat begitu basah. Akibat air hujan yang turun beberapa menit yang lalu. Hingga hanya menyisahkan kaos putih polos dengan celana abu-abunya. Kemudian menaruh baju seragam tersebut di atas tumpukan kayu di mana tempat ia duduk. Gavin memutar perlahan pundak kanannya ke belakang.

Sambil sesekali meringis kesakitan ketika merasakan sakit di bagian yang baru saja mendapatkan beberapa jahitan itu. Sebenarnya saat sedang dalam perjalanan menuju SMA Tribuana. la sudah menahan rasa sakit dan juga perih pada pundaknya saat terkena air hujan. Terlebih lagi Reyna sempat menyandarkan kepalanya sangat dekat dengan luka itu.

"Enak banget hidup lo. Datang ke sekolah cuma buat nongkrong di sini," celetuk seseorang membuat Gavin langsung menoleh.

Melihat Raka, Farhan, dan Juga Marcel yang baru saja membuka pintu rooftop yang berada tidak jauh dari tempatnya. Sepertinya ia tadi lupa untuk mengunci pintu besi itu setelah membukanya.

"Tadi pagi kenapa lo nggak masuk kelas?" tanya Raka menyandarkan tubuhnya pada dinding pembatas. Dengan pandangan yang menatap lurus ke arah teman-temannya.

"Gue telat," jawab Gavin pagi tadi ia memang sempat pergi ke kelasnya untuk memastikan sudah ada guru atau belum di sana. Tapi setelah melihat jika ada guru yang mengajar ia langsung pergi menuju rooftop. Tanpa berniat untuk mengikuti pembelajaran yang sedang berlangsung.

"Bukannya sebelum bel masuk lo udah ada di sekolah?" tanya Farhan memastikan.

Karena tadi pagi ia, Marcel, dan juga Raka memang sempat melihat motor Gavin sudah terparkir rapih di depan gedung sekolah mereka.

"Gue emang udah sampai di sekolah pagi tadi. Tapi gue balik lagi buat jemput Reyna di halte. Lo liat aja baju gue basah gara-gara hujan-hujanan sama dia," sahut Gavin. Marcel, Raka, dan Farhan yang mendengar itu seketika mengalihkan pandangan mereka ke arah baju seragam Gavin yang sedang di letakkan tidak jauh dari mereka.

"Sekarang Reynanya di mana?" tanya Marcel mencari-cari keberadaan perempuan itu di sekitar rooftop.

"Dia ada di kelasnya. Kalo bukan karena dia takut di marahin sama Tara sama Fatma. Nggak mungkin gue sekarang ada di sini," tutur Gavin

"Di marahin gimana maksud lo?" tanya Farhan sedikit bingung dengan ucapan yang baru saja Gavin lontarkan kepada mereka. Gavin mengangkat kedua pundaknya singkat. Kemudian
mengeluarkan ponsel miliknya dari dalam saku celana. Memainkannya tanpa mempedulikan ketiga temannya yang ada di sana.

"Kemarin kenapa Elisa tiba-tiba telepon lo?"

"Biasa urusan om gue," jawab Gavin tanpa mengalihkan pandangannya sedikit pun dari layar ponselnya.

"Kenapa lagi sama om lo? Dia mabuk-mabukkan?" sela Marcel yang di angguki Gavin

"Lo balikan sama dia, gimana ceritanya lo bisa balikan sama dia?." Raka.

Kemudian Gavin menceritakan semuanya saat dirinya mengirim pesan untuk nya, pergi untuk menemani nya jalan-jalan ke Mall, serta perjanjian untuk dirahasiakan selama sehari. Ia tak menceritakan adegan gila nya kepada Reyna, bisa-bisa para sahabat nya akan bertanya sampai kemana-mana.

"Terus gimana sama calon tunangan lo?."

Deg!

"Gue kok lupa ya." gumam Alvaro.

"Udahlah gue juga belum ketemu sama dia, biarin gue pikirin nanti. Yang penting gue udah dapetin Reyna."

"Yee dasar lo."

"Nanti pas ngantin pokoknya traktir." minta Farhan, yang diangguki Gavin tanda menyetujuinya.

🦋🦋🦋

Your My Destiny (Proses Penerbitan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang