Sedangkan Reyna yang berada di dalam kamar, menangis kembali, la kembali mengingat sosok Gavin. Jujur saja, gadis itu masih tak bisa melupakan laki-laki itu. Laki-laki yang telah mengisi hatinya dan pergi dari hidupnya.
"Argggghhh... Kenapa ma? Kenapa mama ngungkit semuanya lagi? Hiks..hiks. Kenapa sulit buat gue ngelupain lo, Gav Kenapa? Dimana lo sekarang? Hiks..."
"Dimana Gav? Kenapa lo pergi tanpa kabar? Udah hampir satu tahun gue nunggu lo? Tapi apa? Lo kemana? Hati gue masih ada buat lo Gav, nggak berubah sama sekali. Dan mungkin nggak akan pernah berubah Gav."
"Lo kemana Gav? Kemana? Apa lo udah punya wanita lain? Apa lo udah punya pacar disana? Apa lo udah lupain gue? hiks..hiks.. Dimana lo?."
"Arggggggghhhh."
Prang
Gadis itu kembali pada masa pertama nya, saat mengetahui Gavin pergi. Luka itu kembali lagi?
Pranggg Bugggh
"Reynaa." teriak Fatma dari luar pintu kamar Reyna.
"Reyna, Reyna. Dek jangan gila." teriak nya yang tak dihiraukan oleh Reyna.
"RENAAA... Jangan sakitin diri kamu sendiri." teriak mama nya, dia menangis, mendengar semua rancauan Reyna didalam kamarnya.
Prangg
Fatma dan mama Mira dengan tak sabaran pun mencari kunci duplikat kamar Reyna, mama nya sangat panik dengan kondisi Reyna. Dia sangat merasa bersalah dengan menyebutkan nama Gavin lagi.
"Arggghhh.... Lo kemana Gaav? Lo kemana?" rancau Reyna lagi.
"Dek... Jangan nglakuin hal gila lo." teriak Fatma sambil membuka kuncinya,
"Reynaa." teriak mama dan Fatma bersamaan. Mereka melihat Reyna sudah tergeletak di lantai kamarnya dengan lumuran darah.
"Rena, kak, Kak. Ayo kita bawa kerumah sakit sekarang," ucap mama nya.
Rumah sakit
"Reyna kenapa bun? Kok bisa kayak gini?." tanya Tara ia tak mengerti apa yang sebenarnya terjadi. Karna tadi la pergi ke kampus.
"Tadi-." ucap mama nya terpotong.
"Udah Bunda, tenang în diri dulu yah." ucap Tara. Lelaki itu beranjak dan duduk di samping kekasihnya.
"Sayang. Apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Tara
"Tadi mama ngingetin Rena tentang Gavin bla bla bla." ucap Fatma menceritakan panjang lebar. Tara hanya mengangguk paham. Sudah hampir satu jam Reyna ditangani oleh dokter, tapi dokter tersebut masih belum keluar. Hingga datanglah seseorang.
"Reyna kenapa Kak kok bisa masuk rumah sakit?" tanya Erzan ke Fatma.
"Jujur atau nggak?" batin Fatma.
"Mama ngingetin Rena sama Gavin," ucap Fatma. Laki-laki itu pun sudah mengepalkan tangannya menahan semua emosinya.
"Awas aja kalo lo sampai lampiasin emosi lo itu." ucap Fatma. Erzan pun hanya mengatur nafasnya agar emosi nya reda. la pun duduk di samping Tara. Tiba-tiba datanglah seseorang lagi.
"Kak." panggil seseorang
"Gavin." gumam Fatma.
Laki-laki didepannya ini Gavin kan? Tapi? Kenapa dia terlihat lebih kurus dibandingkan satu tahun yang lalu.
Bugghh
Erzan dengan tak sabaran langsung memukul wajah Gavin.
"Ngapain lo kesini? Ngapain? Udah cukup lo nyiksa Reyna selama ini. Pergi lo, pergi." teriak Erzan
KAMU SEDANG MEMBACA
Your My Destiny (Proses Penerbitan)
Genç KurguGavin Kalandra, pria dengan aura sedingin kulkas 35 pintu, selalu menampilkan wajah datar yang tak beranjak, seperti meja yang baru saja disapu. Selama 18 tahun, ia melangkah di jalan kehidupan yang lurus dan datar, tanpa berkelok, seolah tak pernah...