Keesokan harinya
"Sudah siap kan?"
"Udah Pa." Jawab Reyna.
Saat ini semua keluarga akan datang ke pernikahan saudara yang diadakan di sebuah hotel ternama di Malang. Dengan pakaian adat yang memiliki corak yang sama. Cantik, ganteng dan juga menawan.
"Gav, aku tuh nggak pede pakai baju kayak gini. Apa lagi ini nih, make up nya tebel banget. Dasar bencong sialan ya." Adu Reyna, memang para wanita di make up oleh dua orang utusan Oma nya. Dan kebetulan sekali Reyna mendapatkan tukang make up yang agak-agak rempong.
"Udah lah sayang, kamu cantik kok." Puji Gavin.
Memang benar, sebenarnya Reyna terlihat cantik dan juga feminim mengenakan kebaya bewarna abu-abu dan juga rambut yang di sanggul modern. Yang membuatnya sangat sangat menawan.
Sedangkan Fatma? Sama saja seperti saudaranya, sama-sama tidak pede dan juga tidak nyaman dengan baju seperti ini.
"Pengen gue hapus nih make up, terus gue ganti baju dah." gerutu Fatma.
"Udah, jangan bawel sayang. Cuma bentar doang." Jawab Tara.
"Awas aja ntar kalo lama, gue hapus nih make up di gedung." Tara sama sekali tak menanggapi gerutuan Fatma, daripada ia harus berdebat hal yang tidak penting lebih baik ia fokus menyetir.
HARRIS Hotel & Conventions Malang.
Megah dan mewah, resepsi pernikahan nya sangat luar biasa. Dekorasi-dekorasi yang begitu indah serta para tamu undangan yang begitu luar biasa banyaknya. Entah siapa saja yang diundang oleh keluarga Arditya, mungkin rekan kerja dari Arditya Company.
"Eh, Mira. Lama banget ya nggak ketemu, betah banget di Jakarta."
"Iya Win, mau gimana lagi. Kan tuntunan ikut suami."
"Selamat malam Tuan Adhitama, senang bertemu dengan Anda. Terimakasih telah datang." Ucap Arditya.
Arditya adalah seorang CEO di perusahaannya sendiri dan merupakan keluarga terkaya se Malang yang beberapa bulan lalu bekerja sama dengan perusahaan Adhitama. Entah dari mana asalnya istrinya adalah saudara dari keluarga Reinhard- mertuanya. Dan istri Arditya bernama Winda. Dan kali ini yang menikah adalah anak sulung keluarga Arditya, Ammar.
"Senang bertemu dengan anda Tuan Arditya." Jawab Andrian menerima uluran tangan dari lawan bicaranya.
"Ah, apakah ini anak-anak mu? Saya tak pernah melihat mereka. Kecuali anak mu Reyna."
"Iya ini anak-anak saya."
"Ini yang nikah siapa yang di samperin siapa." batin Fatma.
"Baiklah Tuan, silahkan menikmati hidangannya." Kata Arditya.
🦋🦋🦋
"Capek, pegel, gerah. Astaga lengkap sudah. Papa ih lama banget." gerutu Fatma sekali lagi.
Bagaimana tidak capek? Gerah? Dan pegal? Sudah satu jam lamanya mereka berada di hotel ini karna Andrian yang asik mengobrol dengan rekan-rekan kerjanya. Astaga? Kenapa tidak dikantor saja sih-fikir Fatma.
"Sabar dong sayang, bentar aku ambil minum dulu." kata Tara beranjak dari duduknya.
"Eitss... Jangan lama-lama." kata Fatma. Tara hanya menganggukkan kepalanya saja.
"Ini pada kemana sih, Reyna pergi sama Gavin, Papa sama temennya, mama juga, apalagi oma sama opa." gerutu nya lagi. Sudah berapa kali Fatma menggerutu? Sampai seseorang mengulurkan sebuah minuman yang pasti itu adalah Tara suaminya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Your My Destiny (Proses Penerbitan)
Novela JuvenilGavin Kalandra, pria dengan aura sedingin kulkas 35 pintu, selalu menampilkan wajah datar yang tak beranjak, seperti meja yang baru saja disapu. Selama 18 tahun, ia melangkah di jalan kehidupan yang lurus dan datar, tanpa berkelok, seolah tak pernah...