⚠️ tw // violence, harsh words
Erangan terdengar cukup jelas dalam ruangan hampa tersebut. Di dalam sana, Egbert dimaki habis-habisan oleh Letjen Dedrick. Oh, kalian harus melihat bagaimana sudut matanya yang membiru, serta sudut bibirnya yang telah mengeluarkan darah.
Merasa belum puas, Letjen Dedrick kembali menendang tubuh Egbert yang kini sudah tidak bertenaga. Sementara Egbert menerimanya tanpa perlawanan.
Amarah masih terlihat jelas di wajah Letjen Dedrick. Tangannya terus mengepal erat.
Di sudut ruangan, Meneer Loen hanya duduk sambil menyilang kan tangan di depan dada. Memperhatikan putranya yang dihajar habis-habisan tanpa rasa kasihan di matanya.
Ia tidak ingin ikut serta memberikan warna pada wajah Egbert, cukup Dedrick yang mewakilinya. Meneer Loen tidak ingin repot-repot membuat tangannya turut sakit. Memperhatikan dari sudut ruangan terasa lebih menarik.
"Terima ini, brengsek!"
Satu pukulan telak kembali mengenai rahang kirinya. Tubuh Egbert terasa remuk sekarang. Rahang wajahnya seperti akan patah. Benar-benar sakit. Tapi lagi-lagi, Egbert tidak melawan sedikitpun.
Melihat ke arah ayahnya yang memasang raut datar, tanpa memiliki keinginan untuk membelanya sedikitpun. Egbert menghela napas panjang. Apakah jatuh cinta adalah sebuah dosa yang tidak terampuni?
"Dasar bodoh! Aku sudah berbaik hati memberimu peringatan, tetapi kau malah melanggarnya."
Egbert meringis ketika Letjen Dedrick menginjak kaki kanannya dengan kuat.
"Seragam ini tidak pantas dikenakan oleh bajingan sepertimu."
Letjen Dedrick menarik kerah bajunya dengan kasar, kemudian melemparnya ke dinding dengan cukup keras. Kepalanya saja sampai terbentur.
"Sejak awal mengenakan seragam ini bahkan bukan keinginanku!"
Egbert mengangkat wajahnya yang sudah babak belur, menatap Letjen Dedrick nyalang. Pemuda pertama yang bersikap tidak sopan terhadap seorang Letnan Jenderal.
"Kau tidak diizinkan untuk berbicara, Egbert." Meneer Loen bersuara.
Perhatian Egbert beralih ke ayahnya yang terus terlihat datar.
"Atas dasar apa kau melarangku berbicara?" tanyanya sinis. Persetan dengan sopan santun, Egbert akan pura-pura tidak tahu.
"Di mana letak hormatmu terhadap ayahmu sendiri, Egbert?"
Meneer Loen menatap Egbert tak kalah tajam. Ia berdiri dan berjalan menuju Egbert yang tengah terduduk tak berdaya di lantai.
"Aku tidak peduli!"
"Ah, bahkan kondisi seperti ini tidak membuatmu jera, ya? Bahkan kau masih sanggup untuk melawan ucapanku."
Pria berusia hampir 60 tahun itu berjongkok, menatap Egbert dengan penuh amarah.
"Memalukan! Di mana letak kewarasan mu sehingga berani melanggar sumpahmu?"
"Kau pikir, apa yang sedang kau lakukan?"
Dagu Egbert dicengkeram kuat. Egbert mendesis, menahan rasa sakit yang kian bertambah.
"Apakah kau tidak memikirkan bagaimana namaku setelah ini? Betapa memalukannya putra dari seorang mantan Gubernur Jenderal Kemiliteran Hindia-Belanda memiliki hubungan dengan seorang inlander dan melanggar sumpah pengabdiannya. APA KAU TIDAK MEMIKIRKAN ITU SEBELUM MELAKUKANNYA?" bentak Meneer Loen yang sudah tidak bisa menahan amarahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Egbert Van Loen, 1935. [LJN]
FanfictionTentang seorang tentara militer Kerajaan Belanda, yang jatuh pada seorang inlander. Di mana, mereka tak seharusnya memiliki hubungan dengan seorang inlander-pun.