Kerutan terlihat jelas di dahi Hanum, ketika Egbert datang padanya dengan wajah yang babak belur. Lebam ada di mana-mana, serta sudut bibir dan bagian mata yang terlihat merah seperti bekas darah yang mengering.
"Kau baik-baik saja, Egbert?"
Egbert tersenyum, meskipun sedikit nyeri karena sudut bibirnya terluka. "Tentu."
"Lalu ada apa kau menemuiku? Aku harus cepat, sebelum Meneer Meijer melihat kita," kata Hanum sedikit khawatir, apalagi setelah peringatan pada malam itu.
Ingatan tentang Meneer Loen yang datang menemuinya bersama Letjen Dedrick kembali berputar. Di mana saat itu, keduanya secara tegas meminta kepada Hanum untuk menjauhi Egbert. Sama halnya dengan Meneer Meijer yang turut mengancamnya.
Egbert lagi-lagi tersenyum. Tetapi, ada yang berbeda dalam senyum kali ini, dan Hanum melihat itu. Sebenarnya ada apa? Egbert datang kepadanya dengan keadaan yang tidak baik-baik saja, kemudian raut wajahnya terlihat sedih.
"Kau yakin baik-baik saja?" Hanum terlihat khawatir.
"Aku akan kembali ke Netherland, Hanum."
Hanum terkejut, tentu saja. Mendengar Egbert yang akan kembali ke negeri asalnya, apakah pria itu memiliki pekerjaan di sana? Ah, atau--
"Kau akan hidup bersama Helena di sana?"
Mendengar jawaban tak terduga dari Hanum membuat raut wajah Egbert berubah. Tawanya memudar.
"Jadi, kau juga mempercayai rumor itu, ya?" ucapnya sendu.
"Apa maksudmu?"
Hanum terlihat bingung. Jawaban Egbert terdengar rancu di telinganya.
"Aku terpaksa, Hanum. Aku tidak menyukai perjodohan itu. Tapi aku tidak mempunya kuasa untuk melawan ayahku sendiri."
Egbert menunduk, menyembunyikan raut sendunya. Jika ia mendongak, Hanum akan melihat bagaimana kacau dirinya hanya lewat tatapan matanya.
"Tidak. Lebih tepatnya, aku sudah berusaha menolak. Namun inilah yang aku dapatkan," lanjut Egbert.
Helaan napas Egbert begitu berat, Hanum bisa mendengar itu. Bahunya terlihat turun, tak setegap biasanya. Hatinya terus bertanya, sebenarnya apa yang terjadi pada Egbert? Apa penolakannya terhadap perjodohan itu yang membuat wajahnya menjadi seperti ini?
"Aku tidak menginginkan Helena, Hanum. Apakah aku berdosa hanya karena ini?"
Egbert mengangkat kepalanya, menatap Hanum tepat pada manik hitam itu. Kedua bibirnya yang terluka tertarik membentuk senyuman tipis.
Hanum tidak tahu harus memberikan jawaban seperti apa di saat dadanya sedang bergemuruh seperti ini. Namun diam-diam, ia tersenyum tipis.
"Lalu, apa yang membuatmu kembali ke Netherland? Apakah ada pekerjaan penting di sana? Lalu berapa lama kau akan pergi?"
Ya, Hanum memilih untuk membelokkan pembicaraan. Kembali pada topik awal.
Senyum Egbert semakin lebar, membuat matanya hanya terlihat segaris. Namun, itu bukanlah sebuah senyum bahagia. Di mata Hanum, senyum itu tampak suram. Sarat dengan luka. Tidak biasanya Egbert seperti ini. Apa mungkin ia merasa sedih dengan perjodohan yang tidak bisa ditolaknya ini?
"Besok, aku akan dikirim kembali ke Netherland, dan tidak akan kembali ke Hindia-Belanda."
"Kenapa?"
Dada Hanum bergemuruh. Ada makna yang berubah dalam suara dan sorot matanya. Menyiratkan sesuatu yang tidak disadari Egbert.
Tentu saja Hanum terkejut bukan main. Ada masalah apa sehingga Egbert akan dikirim kembali ke Netherlands dan tidak akan kembali ke sini? Perasaan Hanum menjadi tidak enak. Tetapi, Hanum mencoba untuk menepis jawaban yang menurutnya tidak masuk akal itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Egbert Van Loen, 1935. [LJN]
FanfictionTentang seorang tentara militer Kerajaan Belanda, yang jatuh pada seorang inlander. Di mana, mereka tak seharusnya memiliki hubungan dengan seorang inlander-pun.