|| C H A P T E R 12 ||

18 19 18
                                    

✧✧ Happy Reading ✧✧

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

✧✧ Happy Reading ✧✧

Lima orang remaja kini tengah berada didepan ruangan yang bertuliskan UGD. Raut wajah kelima remaja itu terlihat panik. Bulir bening  sebiji jagung juga menghiasi jidat mereka masing-masing. Tangan mereka yang dingin juga degup jantung yang berdetak dengan cepat, membuat suasana menjadi tegang.


Amora, Freya, Attena dan Aga kini mereka tengah duduk di kursi bandara rumah sakit. Deon, cowok itu sejak tadi tak pernah berhenti mondar-mandir didepan pintu UGD. Sementara Hans dan Jessie, kini mereka memutuskan untuk pergi ke kantin rumah sakit untuk membeli minum. Tubuh mereka juga butuh nutrisi, karena sejak tadi mereka belum minum sama sekali. Rasa lelah mereka terlupakan dengan rasa panik. Mereka kini tengah menghawatirkan keadaan Luka didalam. Apa dia baik-baik aja?

"Lo bisa diem ngga si?!" Freya yang muak dengan Deon yang sejak tadi tak berhenti mondar-mandir.

"Lo pikir gue bisa diem gitu?! Temen gue didalam sedang kenapa-napa dan lo nyuruh gue diem?! Hah?!" ucap Deon yang sedikit meninggi karena merasa tidak terima dengan perkataan Freya.

Aga yang paham dengan sikap Deon kini beralih menghampiri Deon yang mulai terpancing emosi. "Percuma lo kaya gini, lo ngga bakal bisa tenang. Mending lo duduk dulu!" ucap Aga yang kini menarik Deon untuk duduk ketempat dia sebelumnya.

"Brengsek!" maki Freya sambil menatap tajam Deon yang duduk diujung kursi.

"Freya udah!" Amora yang duduk disamping Freya kini mencekal erat bahu cewek itu. Sementara Attena yang duduk disamping Amora beralih memegang lutut Deon yang duduk disampingnya.

Beruntung dokter yang menangani Luka keluar ketika situasi sedang memanas, sehingga perhatian mereka beralih kepada dokter yang kini berdiri ditengah-tengah pintu UGD. Kelima remaja itu berdiri dan menghampiri dokter tersebut untuk menanyakan kondisi Luka.

"Gimana keadaan teman kita, Dok?" tanya Amora cepat kepada dokter tersebut.

"Eumm... Teman kalian baik-baik aja. Silahkan kalau mau menjenguk pasien." jawab dokter itu sedikit ragu. Selepas mengizinkan mereka masuk, dokter itu beralih meninggalkan tempat.

Disisi lain Hans dan Jessie yang melihat itu segera menyusul kelima temannya kedalam ruangan tersebut. Mereka kembali dengan membawa beberapa botol mineral dan roti sachet yang mereka beli dari kantin rumah sakit.

*****

Tujuh remaja kini mengelilingi brankar yang dimana terdapat Luka yang tengah terbaring diatasnya. Sementara Luka, cowok itu menatap satu persatu temannya dengan tatapan sayu. Bibirnya sedikit dia tarik ketika menatap raut wajah teman-temannya yang khawatir akan keadaannya saat ini.

[𝐖𝐎𝐔𝐧𝐝 𝐎𝐖𝐍𝐄𝐑] ; 𝐋𝐔𝐊𝐀Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang