8 • Kamu Cantik, Aku yang Punya

1.4K 99 6
                                    

"Tante.. Alvaro-nya ada?" Wonwoo menatap sang ibu kekasih. Ia baru memasuki rumah Mingyu, menghampiri pemuda itu karena tiba-tiba sikap Mingyu berubah, bahkan tadi ia di tinggal di sekolah begitu saja. Padahal ia tahu jelas, selama apapun dirinya rapat atau ada kepentingan lain, Mingyu akan menunggu, tapi hari ini tidak.

Nyonya besar keluarga Hendra menganggukkan kepalanya. "Ada di kamar, naik aja.." balasnya dan Wonwoo langsung mengangguk, pamit kepada wanita paruh baya yang berada di ruang keluarga itu.

Kedua kakinya melangkah menaiki tangga, berjalan menuju kamar Mingyu berada. Ia berdiri di depan pintu, meraih ganggang pintunya dan mencobanya, tapi tak bisa. Dahinya mengernyit bingung, tidak biasanya Mingyu mengunci kamarnya.

Ia mengetuk. "Al.. ini gue.." ucapnya sedikit seru, berharap pintunya agar segera di buka tapi tidak. Tak terdengar suara sedikit pun dari dalam kamar Mingyu. "Al, lo marah sama gue apa gimana sih? Jangan diemin gue gini dong.. chat gue nggak di bales, telfon nggak di angkat.." ujarnya dengan wajah yang murung.

Namun sama sekali tak ada tanggapan dari dalam sana, Wonwoo berdecak dan menggedor pintu kamar Mingyu, tidak peduli akan rusak atau apa. "Al, buka pintunya!" serunya, tapi tak ada respons sama sekali.

Wonwoo kemudian berbalik, bergegas menuruni tangga dan menghampiri ibunya Mingyu. "Tante, ada kunci cadangan kamar Al nggak?" tanyanya.

Sang nyonya besar mengernyit bingung. "Kamarnya di kunci?" tanyanya balik dan Wonwoo mengangguk untuk menanggapi, ia kemudian berdiri dari duduknya. "Nggak biasanya kamar Varo di kunci." gumamnya lalu membuka laci di meja televisi, ia keluarkan sebuah kunci dan diberikan pada Wonwoo.

Wonwoo mengucapkan terima kasih dan bergegas kembali menaiki tangga, kembali pada kamar Mingyu dan ia membuka pintu tersebut dengan kunci yang ada di kamarnya. Dahinya mengernyit saat tak melihat Mingyu di kamar tersebut, ia berjalan ke arah kamar mandi dan membukanya, tak ada Mingyu di sana.

Dengan panik, Wonwoo mencoba menghubungi Mingyu dengan ponselnya, tapi malah terdengar deringan ponsel Mingyu yang berada di dalam tas sekolah Mingyu. Wonwoo segera keluar dari kamar tersebut dan kembali pada ibunya Mingyu. "Mingyu nggak ada tan.." ucapnya.

Wanita paruh baya itu menoleh. "Nggak ada gimana? Dia udah pulang dan tadi nggak keluar lagi, motornya ada kan di depan?" tanyanya dan Wonwoo mengangguk, ia memang melihat motor Mingyu terparkir di garasi. "Udah coba di telfon?"

"Handphonenya ada di tas sekolahnya.." jawab Wonwoo.

"Ya udah, sekarang kamu pulang dulu, tante mau telfon papanya. Nanti kalo dia udah balik, tante kabarin." ucap nyonya Hendra.

Wonwoo mengangguk untuk menanggapi, ia lalu pamit dan keluar dari rumah tersebut, berjalan menuju rumahnya dan langsung memasuki kamarnya. Pastinya, dengan wajah yang kelewat murung.

Di sisi lain, nyonya Hendra menghela napasnya panjang, ia menoleh ke arah pintu dapur dan putra semata wayangnya keluar dari sana. "Seneng ngerjain Arka huh?" tanyanya dengan wajah yang jengkel.

Mingyu mendudukkan diri di samping sang ibu. "Biar ngerasa aja kalo aku cemburu sama dia.." balas Mingyu dengan wajah datar.

"Tapi nggak boleh kaya gitu Varo, kalo jadi boomerang buat kamu gimana? Ntar beneran Arka marah, terus mutusin kamu?"

"Jangan gitu dong ma.." Mingyu mengerucutkan bibirnya, menatap sang ibu yang hanya menggeleng dan dirinya terdiam, memikirkan apa yang sudah ia perbuat pada Wonwoo.

💧💫💫💫💧

Bel istirahat pertama berbunyi, Mingyu menatap pintu ruang kelas Wonwoo yang kemudian memunculkan guru yang tadi mengajar di kelas tersebut. Ia bergegas mendekat, berpapasan dengan beberapa siswa yang keluar, termasuk Wonwoo.

Kama KarsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang