14 • Ketua OSIS

879 95 3
                                    

"Jadi gue ngumpulin kalian di jam istirahat ini bukan buat rapatin kegiatan selama satu semester ke depan tapi.." Junhui menghela napasnya panjang, menatap seluruh anggota OSIS yang ada di ruang OSIS tersebut. "Buat bilang kalo satu bulan sebelum ujian kenaikan kelas, bakal ada pemilihan ketua dan wakil OSIS buat next periode. Jadi waktu gue ya, tinggal sekitar empat bulanan lah." lanjutnya.

Ia tersenyum tipis. "Kenapa gue omongin dari sekarang? Karena gue pengen calon ketua sama wakilnya bisa persiapan dengan baik. Karena emang tanggung jawabnya cukup besar dan nggak bisa orang sembarangan yang mimpin."

"Terus, pemilihan calonnya gimana kak?" tanya salah satu anggota setelah mengangkat tangannya.

"Yang pertama secara sukarela, yang kedua ditunjuk, ada voting juga. Dan gue udah ada satu nama buat calon ketua. Gue pikir, dia ini orang yang gampang berbaur sama semua divisi, dia nggak cuma bantuin divisinya tapi juga divisi yang lain, bahkan termasuk bendahara sama sekretaris, dia juga punya jiwa pemimpin yang menurut gue bisa jadi ketua OSIS gantiin gue." Junhui mengalihkan pandangannya terhadap Wonwoo. "Arkana." ucapnya.

Mata Wonwoo membulat, anggota yang lain menatapnya. Ia menatap Junhui dengan bingung, kenapa bisa sang kakak kelasnya itu memilih dirinya sedangkan selama ini ia hanya menjalankan tugasnya sebagai anggota. Ia hanya terdiam, tak bisa membalas Junhui.

"Ini gue saran nama ya guys, kalo semisal Arka nggak mau juga nggak papa. Tapi gue harap mau sih. Dan juga, yang lain bisa nyalon kok, ntar kalo ada mau yang sukarela, bisa langsung bilang ke gue. Dan gue kasih waktu selama satu minggu, kalo sampe minggu depan belum ada calon, kita bisa gunain cara voting." jelas Junhui.

Setelah itu, ia membubarkan pertemuan singkat tersebut dan meminta yang lain untuk kembali ke aktivitas masing-masing, tapi ia menahan Wonwoo untuk pergi. "Gimana Ka? Lo mau?" tanya Junhui, menatap Wonwoo yang berdiri di hadapannya.

"Gue.." dahi Wonwoo mengernyit. "Gue belum tahu kak, gue nggak pernah ngira kalo gue bakal disebut sama kakak. Gue butuh waktu." jawabnya.

Junhui mengangguk paham. "Iya gue ngerti kok, lo bisa pikir-pikir dulu, tapi.. gue yakin sama lo Ka, lo bisa gantiin gue, bahkan mungkin lebih baik dari gue."

Pemuda rubah itu terkekeh dengan canggung. "Kalo gitu, gue duluan kak." ucapnya dan diberi anggukan oleh Junhui. Wonwoo berjalan keluar dari ruangan OSIS dan ia berjalan lewat samping untuk menuju ke kantin, sembari memikirkan apakah bisa dirinya maju untuk menjadi ketua OSIS menggantikan Junhui.

Dari tempatnya duduk, Mingyu melihat Wonwoo yang melangkah tapi dengan melamun, wajahnya terlihat murung. Ia kemudian mendekat ke pembatas kantin. "Hai cantik.." sapanya kepada Wonwoo saat pemuda itu tepat berada di depannya.

"Apaan si--" Wonwoo menoleh dan berniat untuk memarahi yang memanggilnya seperti itu, tapi ternyata kekasihnya sendiri. Ia menghela napasnya. "Nggak jelas banget." gumam Wonwoo lalu ia mengambil posisi duduk di samping Mingyu setelah berbelok.

Mingyu menatap Wonwoo dengan bingung. "Lo tau yang nggak jelas, ngapain ngelamun kaya tadi. Untung aja nggak nabrak orang." balasnya. Wonwoo tak menjawab, malah menarik es teh Mingyu dan meneguknya. "Kenapa Ka?" tanya Mingyu dengan nada membujuk.

Wonwoo menggeleng kecil. "Nggak papa, masalah OSIS doang." balasnya, ia belum ingin bercerita kepada Mingyu jika ia disebut namanya oleh Junhui untuk menjadi pengganti Junhui. Wonwoo harus memutuskan terlebih dahulu apakah ia harus maju atau tidak.

Mingyu yang mendapat jawaban seperti itu hanya bisa mengangguk, ia kemudian mengajak Wonwoo berbincang selama beberapa saat sampai bel masuk berbunyi dan mereka kembali ke kelas masing-masing.

Kama KarsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang