side story: Emma

122 16 2
                                    

Maaf kalo kalian ngak berharap ada lanjutan book ini... Tapi thor ngerasa ada yg harus dilurusin aja. Dan maaf penulisannya agak berantakan

.
.
.
.
.

"Sampaikan padanya bahwa aku akan datang lagi!!" Tegas izana tak menyerah, ia kemudian bangkit berdiri dan meninggalkan ruangan tersebut, sesekali membungkuk pada polisi yang berjaga. Berjalan meninggalkan lembaga Pemasyarakatan tempat ibunya kini berada

Sudah 2 tahun... Sudah 2 tahun sejak kasus keluarga nya selesai, secara rutin tiap bulan izana datang menjenguk ibunya walaupun ia tak pernah mau keluar untuk sekedar menatapnya, yang izana bisa lakukan hanya menitipkan makanan ataupun surat untuk diberikan pada ibunya dan itupun tak pernah dibalas.

Dari kaca jendela lantai 3 emma menatap kepergian izana yang berjalan menjauh, tak menyadari ibunya melihatnya dari kejauhan. Seorang sipir wanita berjalan mendekat kearahnya

"Sampai kapan anda mau kucing kucingan begini?? Selalu menolak untuk bertemu... Saat tahanan lain mengeluh karena keluarga nya tak datang menjenguk anakmu tetap datang tiap bulan tanpa absen walau dia tahu kau pasti menolak" Ceramah sipir tersebut memberikan sebuah surat padanya

"Dia tak punya hak untuk menemui ku... " Jawab emma dingin

"Hak bagaimana?? Dia anakmu dan begitu berjuang untukmu... Dia anak baik"

"Justru karena dia anak baik... Dia tak boleh menemuiku" Gumam emma beranjak pergi menuju selnya saat izana sudah hilang dari pandangan. Diintipnya amplop surat yang izana titipkan untuknya membuatnya berhenti berjalan dan mematung di lorong sel tahanan

Sebuah surat undangan
.
.
.

Terlahir sebagai perempuan itu....














































... Sebuah dosa.




























Emma POV
Semua orang bilang aku beruntung... Lahir sebagai anak pertama dari keluarga anggota dewan, mereka bilang hidupku akan jaya hingga masa tua tak perlu memikirkan uang, hanya saja ada 1 yang cacat... Aku terlahir sebagai seorang perempuan...

Kenapa menjadi perempuan itu adalah kecacatan?? Karena sehebat apapun seorang perempuan... Kastanya selalu lebih rendah dari pada laki-laki. Seluar biasa apapun titel 'perempuan' selalu jadi kambing hitam dan pelampiasan kesalahan...

"Yang namanya perempuan itu harus cerdas agar tak ditipu laki-laki!"

Tegas mereka memaksaku untuk belajar, menjejalkan segala rupa materi pembelajaran hingga otakku terasa mau meledak... Tapi itu tak sia-sia... Aku menjadi ranking pararel tertinggi diantara mereka semua

"Perempuan itu tak cukup hanya pintar!! Tapi harus cantik agar enak dipandang"

Ucap mereka memaksaku melakukan banyak perawatan semejak dini... Memaksaku memakai pakaian yang tak nyaman bagiku... Yang penting... 'Tampak cantik'

"Jika hanya pintar pelajaran dan cantik saja percuma jika tak ber etika... Harus beradab agar semua orang tersanjung"

Seolah tak pernah puas dengan pencapaian ku mereka memotong waktu bermainku yang bisa dihitung menit hanya untuk kelas tatakrama... Memaksaku ini.. Itu... Cara berbicara... Cara berjalan... Cara tertawa didepan orang... Cara menjawab pertanyaan... Cara makan... Cara duduk....

Aku tidak mengerti cara pikir dunia... Harus sesempurna apa aku agar 'mereka' tak meminta lebih padaku? Kenapa hanya perempuan?? Kenapa tidak pada sisi lain yakni laki-laki??

à contre-courantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang