Bab. 2

675 106 7
                                    

*****

"Kita bisa menulis seribu kata perpisahan. Tapi yang kita rasakan hanya satu, yaitu kehilangan."

*****

Menjadi seorang wanita mandiri adalah sesuatu yang harus dilakukan oleh Gisella. Wanita muda berusia 24 tahun itu pagi-pagi sekali sudah terbangun dari tidur nyenyak nya untuk segera mempersiapkan segala kebutuhan dan membereskan rumah.

Cup.

Ia bangkit setelah mencium pipi lembut seorang makhluk kecil di dekapannya, "good morning, Nana..." Bisiknya dengan lembut kearah telinga kecil sang putri.

"Bobok yang nyenyak dulu ya Namira. Mami mau beres-beres terus buat mamam namira." Tuturnya. Tubuh Nana menggeliat pelan seolah memberikan jawaban kepada sang mami, "oke mami. Nana mau bobok dulu yang lama."

Mulai dari memasak nasi kemudian lanjut menyapu kemudian setelah selesai menyapu langsung memasukkan pakaian kotornya dan Nana kedalam mesin cuci dan dilanjut dengan memasak.

"Nana suka banget kalau disuapin brokoli." Monolog gigi dengan senyum mengembang. Ia sedang merebus beberapa sayuran terutama brokoli.

Merawat Nana bukanlah sebuah hal yang sulit, ia takut awalnya dan ingin membuang anak itu namun.. niat itu tak ia laksanakan Lantaran tangisan Nana yang kala itu tak mau berhenti saat jauh darinya.

"Namira tidak salah. Aku yang harus berjuang buat dia."

Setelah kurang lebih 15 menitan akhirnya nasi yang ia masak matang. Gigi tersenyum dengan senang, "nasi udah, sayur udah.. tinggal nunggu princess Nana bangun." Riangnya.

Tok tok tok..

"Iya sebentar...." Teriak gigi dari dalam rumah.

Krek (pintu terbuka lebar)

"Eh mbak ugi." Sapa gigi.

"Nana udah bangun, gi?" Tanya mbak ugi dengan kepala celingukan kedalam rumah mencari Nana.

Gigi tertawa, "belum mbak. Masih nyenyak banget boboknya." Ungkapnya.

"Ohh.. seneng deh kalau gitu kamu jadi gak kerepotan."

"Nana itu kaya berkah mbak buat aku. Aku gak akan pernah ngerasa kerepotan selama itu Nana." Ujar gigi tulus, anaknya adalah permata hatinya, bahkan tangisan Nana adalah penghiburnya dikala sepi.

"Kamu so sweet banget sih, gi! Nana pasti bangga jadi anak kamu." Mbak ugi ikut terharu mendengar ungkapan hati dari Gisella.

"Ah sampe lupa aku. Ini gi mbak masakin sayur daun kelor buat kamu. Lumayan gi kelor bagus buat jaga stamina tubuh kamu." Mbak ugi menyerahkan dua tumpukan rantang kepada gigi. Satu berisi sayur kelor dan satu lagi berisi mendoan.

Gigi menerima itu dengan wajah haru, "ya ampun mbak kok repot-repot banget."

"Gak ada yang repot gi. Udah yaa aku pamit dulu soalnya mas Sena harus siap-siap berangkat kerja."

Gigi tersenyum lebar, "iya mbak. Makasih banyak ya mbak.. makasih banget."

" Sama-sama, gi.. duluan yaa.."

SATU GARIS TIGA TITIKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang