Bab. 8

458 83 23
                                    


*****

"Bagi dunia, kamu mungkin satu orang, tetapi bagi satu orang kamu adalah dunia."

*****

"Baik Rama, Theo kesana habis selesai ngecek produksi dipusat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Baik Rama, Theo kesana habis selesai ngecek produksi dipusat."

Tit.

Panggilan terputus, baru saja Theo dihubungi oleh Rama nya ____panggilan ayah____beliau mengabari jika eyang kakungnya ingin bertemu dengan Theo. Benar saja setelah selesai mengecek ia langsung meminta managernya untuk terus mengontrol disana dan dirinya pulang.

"Nanda belum balik?" Tanya Theo kepada managernya untuk yang ke sepuluh kalinya. Nanda sudah tiga hari absen kerja tanpa ada kabar apapun. Bahkan Theo sebagai kakak juga tidak tau dimana keberadaan sang adik karena Nanda tidak pernah membalas pesan Theo, bahkan sepertinya ponsel Nanda dimatikan.

"Belum, saya sudah menghubungi manager pak Nanda tapi juga sama saja tidak ada kejelasan." Jelas manager Theo, Jefri.

"Baik, saya pamit pulang dulu. Tolong bantu saya kontrol pabrik sementara."

"Siap, pak Theo."

Setelahnya Theo langsung melajukan mobilnya menuju kediaman sang kakek. Jika diingat sudah lama sekali dirinya tidak menengok kakeknya. Setelah Sania pulang ke Semarang ia juga belum ada waktu untuk bermain atau bahkan menengok sebentar rumah eyangnya. Jika boleh bercerita, sebenarnya ibu dan juga Rama nya Theo tinggal satu atap dengan sang kakek. Semua anak-anak kakeknya tinggal dalam satu rumah, justru cucu-cucunya lah yang tinggal dirumah masing-masing.

Theo mencoba menghubungi Nanda lagi, berharap adeknya itu menerima panggilannya. "Kamu kemana to, dek?" Gumam Theo sambil mengarahkan setir mobilnya belok kedaerah perumahan elit milik eyangnya.

Mobil theo berhenti tepat diparkiran besar rumah itu dan langsung disambut oleh abdi dalem yang ada disana. Theo ikut membungkuk sopan saat abdi dalem disana menyambut kedatangan Theo.

"Seperti banyak tamu." Tanya Theo ke salah satu abdi dalem yang ada disana, dia menjawab dengan sopan.

"Tamu dari solo den Theo."

Theo mengangguk paham dan langsung salam kemudian memasuki rumah itu.

"Theoo." Seru sang eyang dan langsung berdiri menyambut kedatangan Theo, tongkat kayu yang ada ditangannya membantu sang eyang untuk berjalan mendekati Theo.

"Eyang jangan kesini eyang, eyang duduk aja." Ujar Theo dengan cepat sambil membantu eyangnya duduk. Semua mata orang yang ada disana mengarah pada Theo, terpesona dengan kepekaan dan wajah tampan Theo.

SATU GARIS TIGA TITIKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang