Bab. 5

472 95 15
                                    


*****

"Hubungan yang benar adalah dua orang yang tidak sempurna yang menolak untuk menyerah satu sama lain."

*****

Jam sudah menunjukkan pukul 08

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Jam sudah menunjukkan pukul 08.00 pagi. Semua staff dan karyawan yang hari ini diajak oleh Theo dan Nanda baru saja bangun dari tidur panjang mereka begitupun dengan Nanda. Laki-laki tampan itu baru bisa membuka mata setelah sinar matahari menerobos masuk melewati jendela fentilasi penginapannya.

Nanda terbangun dan mendapati ranjang kakaknya sudah kosong. Ia acuh saja mungkin kakaknya sudah keluar untuk bermain di pantai. Ia bangkit dan langsung keluar tanpa mencuci muka.

"Hooaamm..." Ia menguap selebar samudra sembari merenggangkan otot-ototnya yang kaku. "Anjir seger banget udaranya." Ucapnya sambil melihat kearah ombak pantai yang menjulang tinggi.

Banyak karyawan yang keluar kamar dan menyapa Nanda saat melewati dengan sopan. Nanda membalas itu dengan senyum ramah juga, entahlah bagaimana menceritakan tentang Nanda ini. Laki-laki tampan itu seperti memiliki ribuan karakter didalam dirinya sehingga kadang membingungkan.

Semakin siang suasana dipantai semakin ramai, lucunya adalah Laura. Gadis kecil itu tadi meminta izin kepada gigi akan mengajak Nana bermain di pantai tapi dia malah lupa dengan Nana karena keasikan bermain dengan ayah dan mamanya.

Nana tertawa dengan riang saat tubuhnya dibawa Theo dan diterbangkan diudara. Nana seperti merasakan hal baru yang selama ini tidak pernah ia rasakan. Gigi hanya tersenyum melihat kedua orang itu. Tidak hanya Nana bahkan Theo seperti ikut terhibur melihat tawa Nana yang tidak ada habisnya dan ia sangat memaklumi itu.

"Uuuaaa.. haha..." Tawa riang itu tidak luntur-luntur.

"Pak Theo.. udah pak, nanti bapak capek. Badan Nana berat banget soalnya." Kata gigi dengan senyum merekah.

"Namira kayak menikmati banget, gi. Sayang kalau diudahin." Jawab Theo, ia sendiri juga senang melakukan itu untuk Nana.

"Ayo mamiii.." seru Namira dengan melambaikan tangan ke maminya. Gigi dan Theo bingung sendiri, ayo bagaimana?

"Mami ikut berlari sama Nana?" Tanya gigi.

Nana menggeleng sambil menepuk tangan kiri Theo, "ciniii.." celotehnya.

"Haaaa?" Gigi tak bisa berkata-kata.

Theo bisa paham apa maksud gadis kecil itu, Theo menoleh kearah gigi dan tersenyum. "Nana minta saya buat gendong kamu, gi." Kekehnya.

Gigi langsung tertawa dan menggeleng kuat, "jangan pak.. ya ampun Nana jangan minta begitu yaa.. nanti om Theo keberatan." Gigi menolak dengan lembut kepada anaknya agar mengerti

"Ayoo mami.." Nana nya tidak terima jika keinginannya tertolak.

Greb..

"Aaaaaaa...." Gigi berteriak kencang saat tubuhnya tiba-tiba terangkat dan masuk kedalam gendongan Theo. "Pak Theo." Pekiknya.

SATU GARIS TIGA TITIKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang