Bab. 21

266 40 29
                                    

*****

"kami sebenarnya orang yang berbeda..bagai pinang dibelah dua."

*****

Terimakasih buat yang selalu nunggu ✨

Vote dan komen kalian bener-bener buat Semangat aku full✨

Thanks you ✨

Pagi ini mendung masih menyapa daerah istimewa Yogyakarta

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi ini mendung masih menyapa daerah istimewa Yogyakarta. Jika kita tau bulan Juli memang suka sekali turun hujan, entahlah mungkin memang sudah musimnya. Syukurlah tidak hujan namun mendung benar-benar terlihat sangat gelap.

Hawa dingin nan terasa haru seperti sangat mendominasi dengan perasaan gigi pagi ini. Gigi diam duduk dengan pandangan kosong di atas kursi kayu yang ada didepan rumahnya. Ia menanti putrinya, Nana.

"Gi, makan yuk. Saya sudah selesai masak.." Theo yang baru selesai memasak masih menggunakan perlengkapan memasak gigi datang dengan wajah ceria mencoba mengajak gigi untuk sarapan.

Gigi tak bergeming.

"Pak Theo, saya gak lapar."

Theo kembali tersenyum paksa sambil melepaskan apron warna pink yang melekat di badannya.

"Hei, makanlah dikit aja." Bujuknya lagi.

"Gimana saya bisa makan kalau Nana gak tau udah makan atau belum.." jawab gigi dengan getaran ingin menangis, ia sedih sekali.

"Biasanya Nana setiap pagi selalu minta susu ke saya. Pagi ini apa dia dapat susu juga?"

Theo mendengarkan semua cerita gigi dengan seksama, ia ingin menjadi tempat gigi mencurahkan semuanya.

"Pak Theo berangkat kerjaa saja, maaf sudah merepotkan pak.."

Theo duduk disamping gigi dan menyandingkan bahunya dengan bahu gigi, "saya mau disini jaga kamu."

"Pekerjaan bapak gimana?" Tanya gigi dengan suara seraknya. Ia juga tak enak hati jika Theo terus dirumahnya menjaganya sampai Nana kembali.

"Saya coba ngehubungi Nanda dari semalam tapi belum dibalas sama dia. Gak tau kemana anak itu..." Theo mendengus juga. Dalam situasi seperti ini kenapa nanda justru tidak tahu kemana?

"Gi, jangan mikirin kerjaan saya."

Baiklah, karena dilarang akhirnya gigi juga berhenti memikirkan nasib pekerjaan Theo. Nana, sekarang harusnya ia memikirkan Nana. Ini sudah hampir 24 jam dari Nana hilang.

"Gi, ayo kita ke kantor polisi." Ajak Theo dengan menggenggam pergelangan tangan Gisella.

"Serius, pak?" Tanyanya tak percaya.

"Iya, kita bisa lakukan apapun asal Namira ketemu. " Seperti mendapat kekuatan penuh dari Theo, gigi langsung tersenyum haru dan bahagia. Sudah lama ia membutuhkan seseorang untuk memberikan kekuatan dan keyakinan kala dirinya ada dalam masalah.

SATU GARIS TIGA TITIKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang