Adz Dzikra

44 2 0
                                    

"Mumtaz, ayo berangkat sudah ditunggu teman yang lain!". Ajak Ana memanggilku dari depan pintu rumahku.

"Tunggu bentar ,An. Dikit lagi selesai siap-siapnya". Teriakku dari dalam kamar.

Aku masih sibuk mengenakan hijabku didepan cermin. Sambil sesekali melihat polesan bedak tipis diwajah dan lipstik warna nude dibibirku. Memastikan tidak ada kesalahan yang akan mengurangi kepercayaan diriku nanti.

Kami akan pergi ke acara peresmian Pondok Pesantren di daerah kami.

Yang memanggilku tadi, namanya Ana. Selain dia temanku, dia juga anak bibiku. Kami sering menghadiri acara keagamaan seperti ini bersama-sama. Dan tiga orang teman kami yang lain. Salah satu diantaranya , El. Dia adiknya Ana.

Kami selalu menunggu satu sama lain ketika salah satu dari kami belum datang. Biasanya aku yang paling ontime. Tapi kali ini. Entahlah. Aku merasa gugup hari ini. Bukan. Bukan hari ini. Lebih tepatnya malam ini.

"Mumtaz, ayolah siap-siapnya sudah ditunggu dari tadi. Kamu ngapain aja..." kataku pada diriku sendiri karena tak selesai-selesai aku nyaman mengenakan hijabku.

"Alhamdulillah"
Setelah beberapa saat aku merasa puas dengan penampilanku. Kuhembuskan nafas pelan sebelum meninggalkan kamar untuk menghampiri Ana yang masih setia dengan ponsel ditanganya sembari menungguku.

Kami pun melangkahkan kaki dan bergabung dengan teman yang lain yang juga sudah menunggu.

Kami berjalan kaki melawati jalanan yang diterangi cahaya lampu dan disempurkan dengan cahaya bulan purnama yang begitu indah dan menawan.

Obrolan juga candaan mengisi perjalanan kami. Membicarakan hari ini. Dan yang tak pernah tertinggalkan adalah mengabadikan moment. Berfoto bersama sesekali. Dan mengambil foto bulan di langit yang tinggi dan tak ingin mata ini berpaling dari keindahanya. Mengagumi ciptaan Allah SWT.

Suara jangkrik dan hembusan angin kecil juga ikut mengiringi setiap ayunan langkah ini. Berharap semoga kelak setiap yang kita lewati menjadi saksi dihadapan Allah untuk menjadi jalan mencapai keridhaanNya.

Kami berbeda. Tapi kami tetap bersama. Berteman. Bersama-sama melangkah dalam kebaikan.

Bersama mereka aku bahagia. Entah sejak kapan aku mulai menyukai keberadaanku ditengah mereka. Berkumpul dengan orang-orang sholeh sholehah, seolah menjadi motivasi tersendiri untukku. Untuk menjadi lebih baik.

Seperti saat ini. Aku berada diantara masyarakat yang juga ikut memeriahkan peresmian Pondok Pesantren. Senandung tilawah sudah terdengar seusai sholat isya'.  Aku mulai nyaman dalam situasi ini. Ada kedamaian. Aku seperti menemukan sesuatu yang pernah hilang dariku.

Sesampainya di halaman Pondok Pesantren, aku begitu mengagumi bangunan Pondok ini. Berdiri kokoh. Pandanganku menyusuri bangunan yang luas dihadapanku. Pintu gerbang bercat warna hijau yang pertama kali menyambut kedatangan kami. Diatasnya tertulis nama pesantren tersebut yang dapat terbaca jelas dari kejauhan. PONDOK PESANTREN ADZ DZIKRA.

Kaki terus melangkah. Melewati jajaran para petugas yang berjaga didepan. Mempersilakan siapa saja yang datang dengan ramah. Mataku tak berhenti disitu. Aku melihat disekitarku. Ada banyak sekali yang hadir. Anak-anak, remaja, pemuda, bapak-bapak, juga kalangan ibu-ibu. Walaupun angin malam semakin terasa, namun tidak mengurangi kemeriahan dari acara tersebut. Semua nampak antusis.

Kuedarkan pandanganku kesisi lain. Ada bangunan bertingkat yang berdiri disisi kanan dan kiri dari tempatku berdiri.  Mungkin itu ruang-ruang kelas untuk para santri beserta pengajarnya. Untuk belajar, istirahat, tahfidz, muroja'ah dll. Ada juga bunga-bunga yang beberapa sedang mekar  yang ditanam dihalaman. Tiga buah gazebo.

Dan aku juga mendengar suara kuda dari kejauhan. Ya. Di ADZ DZIKRA memang memelihara kuda. Karena peraturan mewajibkan setiap santrinya untuk bisa berkuda. Juga sayup -sayup terdengar gemericik aliran air. Tak jauh dari sini ada sungai. Memang tak terlalu besar, tapi airnya bersih. Dan pemandangannya tak kalah elok. Menambah nuansa alam semakin kental terasa.

Pondok Pesantren ADZ DZIKRA.  Pondok Pesantren  yang akan menjadi kebanggaan bagi kami. Harapan besar. Mimpi besar masyarakat dilimpahkan disini. 

Setelah beberapa saat pikiranku melayang kemana-kemana. Aku dan teman-temanku sudah mendapatkan tempat duduk. Suara tilawah masih terus berlangsung. Sepertinya masih lama selesainya. Suaranya merdu. Menyejukkan. Aku terbuai dengan suaranya. Aku duduk terdiam. Menikmati setiap ayat demi ayatNya. 

"Itu yang tilawah ustadz yang akan mengajar disini". Kata El menyenggol lenganku. Membawaku kealam sadarku.

Aku tersenyum pada El. Tapi tunggu!! Hatiku juga ikut tersenyum. Ada perasaan aneh menelisik masuk dalam hatiku. Semakin aku mengahyati suara tilawah itu. Hatiku menghangat dibuatnya.

Aku merasa akan kecanduan dengan suara tilawah ini. Oh astaga.. hatiku, pikiranku ingin terus mendengarnya. Aku menyukai suara ini.

Pertama bagiku mengagumi suara seseorang yang aku sendiri belum tahu siapa pemiliknya. Wajahnya seperti apa. Bahkan sekedar nama pun aku tak tahu.

Ingin sekali aku bertanya pada teman-temanku. Siapa pemilik suara indah yang mencuri perhatianku? Tapi kuurungkan niatku. Aku enggan untuk menanyakannya. Cukup diam. Dan menunggu waktu menjawab setiap tanyaku.

Setengah jam berlalu.
Tilawah sudah selesai. Acara peresmian di buka. Dan juga acara pengenalan pengasuh PONDOK PESANTREN ADZ DZIKRA.

"Yang melantunkan tilawah tadi adalah ustadz Habibi, beliau sudah menikah dan insyaAllah akan memiliki seorang anak. Karena saat ini istri beliau sedang hamil. Dan yang satunya ustadz Aqlan, beliau masih singgle. Jadi bapak atau ibu yang ingin menjadikannya menantu...silakan menghubungi".

Terdegar candaan dari sumber suara di depan sana. Sedikit jauh dari posisiku. Suara itu mendapat respon dari pendengarnya. Kehebohan pun terjadi. Tak berbeda dengan teman-temannku dan juga aku. Kami ikut tertawa dan sedikit menambah guraunnya.

"Astaga, itu ustadz pasti malu-malu kucing". Kata Ana.

"Pastilah An, hari pertama disini lagi...", sahut Lania.

Sejenak ada jeda, kemudian acara berlanjut lagi. Ada do'a bersama. Sholawatan. Dan harapan-harapan tentang ADZ DZIKRA kedepannya. Lalu penutup.

Banyak tamu yang sudah meninggalkan kawasan pesantren. Meninggalkan perlengkapan yang berantakan, juga sampah disana sini. Kami pun membantu membersihkan juga merapikan kembali tempat ini. Agar rapi seperti semula.

Ditengah membersihkan sampah, aku sempat mencuri-curi pandang. Mencoba mencari  keberadaan ustadz yang namanya disebut tadi. Tapi hasilnya nihil.

Jarak yang agak jauh membuatku tak bisa melihat dengan jelas. Pandangan seolah buram.

Sekalipun terlihat, aku juga tidak tahu  mana yang ustadz Habibi, mana yang ustadz Aqlan. Ditambah lagi yang berdiri diatas panggung tidak hanya dua orang. Lima belas orang pun ada.

Ah..mungkin belum takdirku mengetahui. Seperti kubilang tadi. Tunggu waktu saja. Cepat atau lambat. Semua yang nampak buram saat ini akan terlihat jelas bila waktunya telah tiba.

Begitu selesai kami langsung bergegas pulang.

Waktu semakin larut. Udara semakin menusuk kulit. Lelah samakin menjalar pada tubuh ini. Kantuk pun semakin bergelayut manja.
Obat terbaik ketika lelah adalah istirahat.

Dan akhirnya. Kamarku sudah menantikanku. Tempat tidur dengan sprai warnai hitam bermotif mawar merah pun sudah memanggilku. Sebuah boneka beruang berukuran besar pun katanya juga sudah merindukanku. Dan juga selimutku sudah siap menghangatkanku dari dinginnya angin malam.

Selesai melakukan semua rutinitas. Aku tertidur begitu nyenyak.

________
070323_15 sya'ban 1444H

Kutemukan CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang