Pertemuan pertama

24 2 0
                                    

Satu bulan kemudian.

Hari ini adalah Hari Raya 'Idul Adha. Salah satu hari yang sangat aku nantikan setelah Hari Raya 'Idul Fitri.

Suara gema takbir sudah pasti menggetarkan jiwaku. Terkadang air mata ini selalu meluncur setiap gema takbir bersahut-sahutan dimana-mana. Menangis bahagia. Mungkin itu istilah yang tepat untuk menyebutnya.

Aku sudah berdiri di teras depan menunggu orang tuaku juga kakakku. Kami akan mengikuti sholat 'Idul Adha yang  dilaksanakan di lapangan. Tak jauh dari rumahku.

Seperangkat alat sholat dibayar tunai. Eh salah.. maksudnya seperangkat alat sholat sudah kubawa.

Kuperhatikan penampilanku di cermin.

Lihatlah diriku sekarang. Aku bahkan tak pernah berfikir ataupun terlintas sedikit saja,  akan sangat menyukai bahkan terasa sangat nyaman dengan penampilanku ini.

Lihatlah diriku dari ujung kaki sampai kepala!! Lihatlah Mumtaz yang sekarang !!
Sangat bertolak belakang dengan Mumtaz yang dahulu. Bandingkan!!  minimal  dengan Mumtaz tiga tahun yang lalu.

Jeans ketat, kaos ketat, hijab standart, tak pernah terlepas dari diri seorang Mumtaz.

Lihat kembali di cermin!!
Apa yang terlihat??

Seorang gadis desa dengan gamis syar'i warna hitam. Berbalut khimar berwarna armi. Warna favorit ku. Dengan kaos kaki menyelimuti kedua kaki.

Rasanya...sulit untuk membagikannya dengan kata-kata. Semua penampilan ini tak terjadi begitu saja. Tidak instan. Banyak cerita masa lalu. Bahkan hal yang kupikir sepele ternyata menjadi awal perubahan hidupku.

Perlahan tapi pasti. Allah menunjukkan jalanNya padaku. Dan seperti aku sekarang.

Syifa' Zaimah Mumtazah. Yang masih berjuang mencari jati dirinya. Belajar memperbaiki dirinya. Berusaha mencari ridhoNya.

"Yuk berangkat,Za!".

Ucapan ibuk menghentikan lamunanku.

"Iya buk".

Kakak, kakak ipar juga anaknya mengikuti ibuk dari belakang.

Seperti biasa. Kami berjalan kaki. Menyapa,menunggu teman, tetangga untuk berangkat bersama-sama.

Bahagia. Itu pasti. Bertemu saudara. Itu juga. Memasuki area sholat. Para jamaah sudah banyak yang menempati shaf. Baik laki-laki maupun perempuan. Banyak yang sudah hadir. Tapi aku sangat yakin masih banyak yang belum hadir.

Semua nampak indah. Rapi. Kompak. Dengan balutan pakaian muslim.

Aku berjalan disamping ibuk.  Qodarullah aku dapat tempat, shaf perempuan paling depan.

Gema takbir terus dikumandangkan. Terdegar juga pemberitahuan jika beberapa saat lagi sholat 'Idul Adha akan segera dilaksanakan.

Waktu pun tiba. Imam telah mamasuki mimbar.

Allahu akbar

Suara takbiratul ihram terdengar.

Mulai membaca surah Al Fatihah.

Suara ini...aku seperti mengenali suara ini. Tapi suara siapa??

Imam membaca surah Al A'la

Suara yang tegas. Merdu. Bacaan yang fasih menandakan bahwa pemilik suara ini bukanlah orang sembarangan.

Syahdu. Sepoi angin menerbangkan pelan mukena-mukena. Lagit biru seolah ikut meyambut hari raya ini pula. Suara anak-anak kecil juga terdengar bahagia.

Tanpa terasa rokaat kedua sudah sampai surah Al Gasyiyah. Rasanya begitu singkat.

Tanpa menunggu lama, imam mengucapkan salam. Pertanda sholat 'Id selesai dilaksanakan. Selanjutnya khotib akan berkhutbah.

Diawali dengan bertakbir tentu saja.

Aku masih sempat memperhatikan keadaan sekelilingku. Dihadapanku , kurang lebih lima belas langkah didepanku adalah shaf laki-laki.

Tanpa sengaja mataku menemukan seseorang yang selama bertahun-tahun mengisi hatiku. Mengingatkanku pada cerita masa lalu.

Dia. Seseorang yang tanpa aku sadari telah menyakiti hatinya. Seseorang yang membuatku dihantui rasa bersalah selama ini. Bahkan sampai detik ini.

Penyesalan yang membuatku kehilangan dia. Aku tahu dia sudah bahagia dengan hidupnya. Ya. Tanpa aku. Mungkin sudah tak ada lagi sedikit tempat  saja untukku. Dia sudah menemukan pilihan hatinya.

Aku sadar ini bukan kesalahannya. Aku yang memintanya pergi. Hanya saja...hatiku mengingkarinya. Aku yang selalu gagal untuk melupakannya. Bahkan aku tidak yakin, apa aku benar-benar bisa melepaskannya.

Kubuang fikiranku tentangnya. Aku harus bisa. MELUPAKANNYA. Walaupun rasanya itu mustahil. Mungkin benar kata orang. Jika yang pertama itu istimewa.

Kuambil ponsel dari saku gamisku. Ku rekam khotib yang sedang berkhutbah. Tidak jelas wajahnya. Ya karena jarak kami yang terlalu jauh. Tapi tak apa. Gak masalah.

Satu yang aku tahu. Khotib yang berdiri tersebut adalah ustadz pengasuh Adz Dzikra. Orang yang sama yang membuatku penasaran beberapa minggu lalu.

Waktu itu Allah memperkenalkan suaranya padaku. Hari ini. Di mimbar sholat 'id ini, Allah mempertemukanku dengannya. Walaupun masih belum banyak kemajuan. Wajahnya belum jelas. Dan namanya masih juga belum aku ketahui.

Sabar...semua ada waktunya.

Apapun yang menjadi takdir kita akan menemukan jalannya untuk mencari kita.

Dalam khutbahnya beliau menyampaikan " ketika kita mungkin tanpa sengaja hadir di tempat sholat 'id, melewatinya, mendengarkan ceramahnya, itu berarti Allah ingin kita menjadi orang yang baik".

Beliau juga membacakan beberapa ayat- ayat dalam Al Qur'an. Tentang sejarah berqurban. Juga gerombolan orang-orang yang dimasukkan ke dalam surga dan gerombolan orang-orang yang dimasukkan ke dalam neraka.

Hatiku seakan ada yang mengetuk. Pikiranku seolah mendapatkan sebuah cahaya.

"Lah..yang seperti ini ya Allah yang aku impikan untuk menjadi imamku. Ya Allah kasi aku satu yang seperti ini. Yang akan membimbingku. Satu saja ya Allah...aamiin".

Ungkapan hati mengutarakan keinginannya. Aku tak bisa mencegahnya. Sebuah kejujuran yang hati ini harapkan.
Allah Maha Membolak balikkan hati.

Bila dihitung, belum sampai satu jam aku masih sangat mengharapkan masa lalu itu kembali. Tapi saat ini. Aku seperti menemukan jawaban. Bahwa dia bukanlah yang aku cari.

Ini adalah pertemuan pertamaku dengannya. Dengan dia. Laki-laki yang menghipnotisku dengan  ayat-ayat Al Qur'an yang dilantunkannya. Yang membuatku candu akan suaranya.

Seorang laki-laki  berkemeja putih dan berjas hitam ala santri dan lengkap dengan peci hitamnya , yang berdiri nan jauh disana. Didepan mataku. Yang bayangannya masih belum jelas untukku. Yang diam-diam masuk dalam ruang-ruang sempit hatiku. Mencari tempatnya sendiri. Meluluhkan ku walau tak ada rayuannya.

Rasa apa ini??? Ada apa dengan fikiranku?? Ada apa dengan hatiku?? Kenapa mata ini ingin selalu memandangnya??? Menyaksikan setiap geraknya. Aku ingin terus mendengar suaranya. Suara yang sudah sangat dikenali oleh indra pendengaranku.

Dia.
Siapakah dia sebenarnya???
Siapa namanya??

Oh... jiwa kekepoanku meronta-ronta.

****02Ramadhan1441H****
#23.03.2023

Kutemukan CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang