Mencintai Dalam Diam

19 2 0
                                    

Waktu terus berputar. Tak terasa hampir satu setengah jam terlalui. Rasanya begitu cepat. Andai waktu bisa sedikit saja diperlambat..

Semua lelahku hari ini serasa telah menghilang. Dan digantikan dengan sebuah kejutan. Terbayar lunas hanya dengan satu tatapan, senyuman. Satu kenyataan yang kini hadir dalam hidupku.

Kini kajian telah berada pada penghujung acara. Namun, sebelum ustadz mengakhiri materinya beliau memberikan kesempatan kepada jama'ah yang ingin bertanya.

Lalu salah seorang jama'ah laki-laki ada yang bertanya.

Satu pertanyaan yang mewakili pertanyaan banyak orang disini. Salah satunya adalah diriku. Satu pertanyaan yang membuat satu ruangan menjadi gaduh.

"Ustadz, mohon untuk memperkenalkan diri.  Dan status ustadz itu apa? Apa sudah berkeluarga atau belum?"

"Astaghfirullahhal'adzim. Mohon maaf saya lupa untuk memperkenalkan diri".

"Perkenalkan nama saya Aqlan Harith Ridauddin. Saya anak ke tiga dari enam bersaudara. Dan saya alhamdulillah masih menjadi anak dari umi dan abi saya".

Pernyataan beliau yang secara tidak langsung mengatakan bahwa beliau masih single membuat hatiku bersorak kegirangan.

Tapi tapi tapi ... ada banyak saingan disini. Karena pesonanya yang menurutku luar biasa ini, tak hanya dari kalangan anak muda yang menaruh hati padanya. Para ibu juga tak kalah hebohnya. Menginginkannya menjadikan beliau menantunya.

Tak hanya sebatas anak muda dan ibu-ibu. Remaja perempuan bahkan anak kecil juga mengaguminya. Sikapnya yang ramah membuatnya memiliki tempat tersendiri di hati masyarakat.

Harus berjuang ekstra bila ingin bersanding dengannya.

"Tuh buk..masih single jadikan dia menantu ibuk saja", ujar salah satu jama'ah perempuan kepada jama'ah yang lain yang berada tepat dibelakangku.

Ya Allah..hatiku tak menyukai itu. Telingaku tak ingin mendengarnya.

Astaghfirullahhal'adzim.

Bagaimana bisa aku begitu cemburu atas apa yang bukan menjadi milikku?. Ya Allah sebegitu dalamkah dia mengikat hatiku?? Bahkan belum genap sepuluh menit aku tahu namanya. Tapi rasa ini? Apa yang aku rasakan? Hati begitu tidak bisa menerima ada orang lain yang menginginkannya. Aku tak ingin ada orang lain yang menyebutkan namanya.

Hatiku ingin sekali memungkiri bahwa dia bukanlah hak ku. Rasa ini tak seharusnya aku miliki.

Siapalah aku?
Seorang wanita yang sedang berjuang untuk membenahi hidupku. Sedangkan dia, seorang laki-laki dengan banyak keistimewaannya. Laki-laki idaman. Calon suami dan menantu idaman.

Ya Allah sekalinya hatiku terbuka lagi, rasanya begitu berat untuk meraihnya.

****
"Aqlan Harith Ridauddin"

Nama itu selalu terlintas dalam ingatanku. Tatapan matanya, senyumnya , suaranya selalu saja mencari celah untuk memasuki duniaku.

Semenjak perkenalan itu. Aku tak bisa lepas dari bayang-bayangnya. Dimanapun kapanpun dan apapun yang aku lakukan selalu saja bayangannya hadir.

Hadirmu telah merubah hatiku ustadz Aqlan. Bagaimana aku bisa memberimu ruang dalam hatiku, bila nanti aku harus terluka karena harus mengikhlaskanmu.  Bagaimana  bisa aku menaruh harapan besar padamu? Impian besar untuk menghabiskan masa tua bersamamu?

Aku mencintamu
Tapi aku juga takut rasa ini juga yang akan menghancurkanku.

Mencintaimu dalam diam. Diam-diam mencintaimu. Diam-diam melangitkan namamu. Diam-diam ku memohon kepada sang pemilik hati untuk menjadikan hatimu untukku. Diam-diam aku merangkai masa depanku bersamamu. Di hadapanNya. Aku memohon agar namaku lah  yang tertulis di lauhulmahfudz yang bersanding dengan namamu.

Ketika mencintai dalam diam, maka ketika terlukapun tak boleh ku tampakkan. Mencintai dalam diam hingga hanya aku dan Allah saja yang tahu betapa hebat getaran-getaran cinta yang ditimbulkan.

Menahan setiap gejolak cinta agar tak nampak kepermukaan. Menutup kecemburuan dibalik senyuman. Walau kadang sesak nan perih kurasakan.

Aku tahu ini tak mudah. Tapi inilah jalanku. Aku. Dengan segala kekuranganku.
Yang mendambamu. Yang tak memiliki keberanian untuk menyatakannya padamu. Aku hanya berani memintamu dalam setiap sujudku.

Pagi terus berganti. Malam terus terlewati. Bintang-bintang memecah gelap malam. Bulan menebarkan cahaya ketenangan. Angin lembut menyapa kerinduan. Daun-daun bergesekan mencari ketenangan. Semesta berbisik. Bertasbih memuji Robbnya dengan bahasanya.

Segelintir manusia ada yang tengah bermesraan dengan Robbnya. Diwaktu mustajab, di waktu tahajjud.

Kurasakan hawa dingin menyentuh kulitku. Mataku mengerjab pelan. Dengan seksama kuperhatikan jam.

"Masih jam tiga. Beberapa menit lagi deh", kataku sembari tangan kanan menarik selimut yang entah sejak kapan menjauhiku.

Kulanjutkan mimpiku.

Tiga puluh lima menit kemudian suara alarm sholawat membangunkanku.

Kubuka mataku tapi masih terbaring diranjang. Aku harus bangun. Aku harus kalahkan rasa kantukku. Setelah beberapa saat, ku hempaskan selimut lalu beranjak bangun.

Dan yang gak boleh ketinggalan, berdo'a setelah bangun tidur. Setelah Allah mematikan kita sesaat, Allah izinkan kita untuk bangun dipagi hari.

Kuambil air wudhu. Airnya begitu sejuk. Dingin. Kantukku pun hilang seketika.

Suara ayam berkokok masih sesekali terdenger. Suara orang mengaji juga terdengar dari speaker masjid.

Segera kupakai mukena dan lekas melaksanakan tahajjud.

Kubisikkan namamu pada bumi. Namun aku tahu pasti bahwa langit akan mendengarnya. Setiap kutengadahkan tanganku, kulangitkan namamu, aku yakini Allah menjawab setiap do'aku.

Semua yang pergi tidak akan pernah kambali. Kecuali satu. Do'a. Dia pergi dan dia pasti kembali.

Tidak pernah ada didunia ini yang namanya kebetulan. Semua yang terjadi sudah Allah tuliskan dalam kitabNya. Pertemuan. Perpisahan. Cinta. Bahkan daun yang gugur pun terjatuh hanya atas izinNya.

Memohonlah padaNya. Dekatilah pemilik hatiNya. Tidak akan ada yang sia-sia ketika kita mengangkat tangan padaNya.

"Ya Allah, Engkau yang menganugerahkan rasa cinta ini untukku. Engkau pula yang  menumbuhkan cinta ini pada ustadz Aqlan. Aku tidak bisa memilih kepada siapa aku jatuh cinta. Tapi jadikan rasa cintaku ini semakin membuatku mencintaiMu juga ya Allah. Jika dia adalah pilihan terbaikMu untukku maka tunjukkan jalan pada kami agar rasa ini halal untuk aku miliki. Namun bila dia bukanlah untukku, jadikan hati  ini ikhlas melepaskannya. Dan gantilah dengan yang lebih baik daripadanya. Engkau Yang Maha Mengetahui. Engkau yang lebih tahu mana yang terbaik untukku. Ridhoi langkahku. Ridhoi caraku mencintainya ya Allah. Aamiin".

****

Kutemukan CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang