Imamku

22 3 0
                                    

Tak ada pembicaraan diantara kami. Tapi mata kami mewakili segenap rasa dalam hati.

Kamar ini menjadi hening. Diterangi lampu yang menyala terang aku dapat melihat setiap detail inci wajahnya. Wajah suamiku. Yang dulu aku hanya berani menatapnya sembunyi-senyumbunyi. Alhamdulillah kini Allah telah menjadikan tatapan ini menjadi indah dalam pakaian ibadah.

Di kamar yang tidak luas ini, tertata rapi disudut ruangan, tumpukan kado hadiah pernikahan kami.
Ada sebuah meja rias sederhana. Dan satu tempat tidur.

Setelah sekian lama ranjang itu kupakai seorang diri, kini ada yang akan menemaniku menempatinya. Ini adalah awal dari perjalanan panjang mahligai rumah tangga kami.

Tok tok tok

Suara ketukan pintu kembali terdengar. Aku mengalihkan pandanganku ke arah pintu. Sejenak meminta izin padanya untuk membukakannya.

"Tan...ini Ai". Kata pemilik suara dari luar kamar.

"Bentar yaw mas...aku buka pintu dulu. Itu Ai. Keponakanku".

Dia mengangguk.

Aku berjalan menuju pintu dan membukanya.

"Maaf tan.. ganggu. Ini ada titipan dari mbak Maira. Katanya kepunyaan om tertinggal di mobil".

"Oh iya. Makasih ya".

"Iya tan sama-sama. Aku balik dulu".

"Iya".

Aku kembali menghampiri suamiku yang masih duduk disisi ranjang.

"Ini katanya punya mas. Mbak Maira yang menitipkannya pada Ai".

Aku menyerahkan tas yang kugenggam padanya.

"Iya punya mas. Mbak Maira pasti buru-buru balik".

"Emang gak nginep sini mas?".

"Gak. Besok pagi mbak Maira harus mengantarkan anak pertamanya kembali ke pondok".

"Kalo abi sama umi nginep kan?".

"Abi sama umi tadi juga udah pamit sama mas, mau langsung balik. Ada rapat pengurus pondok yang tidak bisa ditinggalkan".

"Berarti mas sendiri dong?".

"Tadinya seh iya...tapi sekarang sudah gak. Kan ada adek yang nemenin mas...".

Aku jadi malu-malu kucing. Aneh memang rasanya. Aku bisa ngerasa sedekat ini padanya. Padahal sebelumnya kita tak saling bicara. Apalagi bertegur sapa. Ini rasanya dia bukan seperti orang asing lagi bagiku. Apa karena dia pernah mengisi hatiku lama? Entahlah.

"Oh iya mas, mas mau mandi dulu?".

"Baiklah aku mandi dulu. Mana handuknya?".

"Ini mas".

Satu lagi di kamarku juga ada kamar mandinya. Jadi tidak perlu keluar kamar bila malam-malam ingin ke toilet.

Menunggu suamiku mandi, aku membersihkan make_up diwajahku. Juga mengganti gaun pernikahan ini dengan pakaian biasa. Dan juga hijab instan.

Lima belas menit kemudian. Suamiku keluar dengan rambut basahnya. Pakaian sudah lengkap. Sempurna.

Lalu dia menginterupsiku untuk segera mandi.

Hari ini memang melelahkan. Namun juga sangat membahagiakan.

Acara akad kami dilaksanakan pada hari Jum'at selepas sholat azar. Mengikuti sunnah Rosullullah.

Kutemukan CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang