Alarm pertama pada ponselku berbunyi. Kubuka mataku. Sedikit sekali. Kutengok layar monitor yang menyala. Menunjukkan pukul 03:30 WIB.
Aku kembali melanjutkan tidurku setelah mematikan alarm tersebut. Lima belas kemudian, alarm kembali berbunyi. Seperti yang kulakukan sebelumnya. Hanya mematikannya lalu kembali keposisi semula. Berlangsung seperti itu sampai alarm ketiga berbunyi.
Suara lantunan nada sholawat berbunyi yang menandakan waktu pukul 04:00.
Kebiasaanku sedari dulu adalah selalu memasang alarm lebih dari 3 kali. Pada waktu yang mengharuskanku untuk bangun, aku memberi nada yang berbeda dengan nada alarm yang lain. Semua memakai nada dalam bahasa arab.
Alarm pertama, akan mencoba membangunkanku pukul 03:30. Lagu yang terdengar, Talib al 'ilm". Lalu pukul 03:45, dengan nada yang sama. Pukul 04:00. Akan terdengar lagu Hubbun nabi wa al ali dini. Pukul 04:10, akan terlantun tarkhim subuh.
Aku memang tidak mengetahui arti keseluruhan dari lirik lagu-lagu tersebut. Tapi aku menyukai lagu-lagu berbahasa arab. Maka dari itu hampir 95 % lagu-lagu yang tersimpan diponselku berbahasa arab.
Kubuka mata perlahan. Diam sejenak. Mengumpulkan nyawa sebelum bangun. Setelah rasa kantuk mulai berkurang, aku duduk sembari membaca do'a bangun tidur.
Lalu beranjak bangun. Berjalan menuju kamar mandi. Buang air dilanjut dengan mengambil wudhu.
Lalu melaksanakan sholat tahajud. Jika waktu subuh masih cukup lama, aku akan menggunakannya untuk mandi terlebih dahulu. Tak lupa pula diakhiri dengan berwudhu lagi. Berusaha untuk selalu menjaga wudhu sebisa mungkin. Baru setelahnya tilawah menunggu adzan subuh.
Allahu akbar Allahu akbar
"Alhamdulillah". Ucapku setelah mendengar suara adzan.
Kuakhiri tilawahku. Dan Alhamdulillah nambah dua setengah halaman.
Kuikuti kalimat adzan yang muadzin lantunankan.
Kuusap wajahku dengan kedua telapak tanganku setelah berdo'a. Do'a ketika adzan telah selasai dikumandangakan.
Dan yang aku tahu, salah satu waktu ijabah untuk berdo'a adalah antara adzan dan iqomah.
Alhamdulillah aku masih mempunyai wudhu. Segera aku rapikan mukena yang aku pakai lalu bersiap untuk sholat.
Aku melaksanakan sholat qobliyah subuh dua rokaat terlebih dahulu. Baru setelahnya sholat subuh.
Keutaman sholat qobliyah subuh itu lebih baik dari pada dunia dan seisinya. Setelat apapun aku bangun pagi, aku akan selalu berusaha untuk tidak pernah meninggalkan sholat tersebut.
"Assalamu'alaikumwarohmatullahiwabarokatuh ,
Assalamu'alaikumwarohmatullahiwabarokatuh".Astaghfirullahhal'adzim Astaghfirullahhal'adzim
Astaghfirullahhal'adzimKubaca istighfar tiga kali. Memohon ampun kepada Allah SWT atas segala dosa. Atas segala ketidak khusyuk_an dalam pelaksanaan sholatku.
Berdzikir. Membaca tasbih, tahmid, takbir. Ketiganya digenapkan 100 kali. Lalu kutambahkan bacaan tahlil sebanyak 33 kali.
Dan yang tidak kalah penting menurutku adalah bacaan sholawat.Semua amal yang kita lakukan belum tentu akan diterima. Namun ketika kita bersholawat untuk Nabi, sudah pasti itu akan diterima.
Lalu aku berdo'a. Memohon kebaikan untuk kehidupan dunia dan akhiratku. Untuk keluarga, masyarakat juga masa depanku. Memohon keridhoan Allah SWT untuk setiap langakahku.
Dengan fikiran yang masih jernih, mengawali hari dengan alhamdulillah. Semoga hari ini Allah memberiku kekuatan melalui setiap takdir yang tertulis untukku.
Tiada daya dan upaya selain pertolonganMuJangan kira rutinitas pagiku cukup sampai disini ya..
Masih ada deretan panjang rutinitas. Itu sudah tertulis rapi di kepalaku jadi aku tak perlu repot menyalinnya pada lembaran kertas. Memang ya.. kalo sudah kebiasaan, pasti akan mudah diingat. Walaupun tidak ada yang mengingatkan.Lalu membaca ayat kursi satu kali. Surah Al Ikhlas, Al Falaq, An Nas masing-masing 3 kali. Dilanjut surah Al waqi'ah juga surah Ar Rahman.
Ibnu Hibban dan Ath-Thabrani meriwayatkan dari Abu Umamah, Rasulullah SAW bersabda: "Barangsiapa membaca ayat kursi setiap selesai shalat wajib, maka tidak ada yang bisa menghalanginya untuk masuk surga kecuali kematian." (HR An Nasa'i).
Nah.. setelah setelah itu baru beraktifitas yang lain.
Kulipat mukena yang telah selesai kugunakan dan meletakkanya diatas meja sebelah tempat tidur.
Merapikan selimut juga tempat tidur. Menatanya seenak mungkin untuk dipandang.
Lalu aku keluar kamar. Membuka tirai jendela. Membuka pintu ruang tamu. Aku beranjak keluar rumah. Sebuah sapu sudah berada di genggamanku.
Aku tersenyum.
"Selamat pagi Syifa' Zaimah Mumtazah..selamat beraktivitas. Semoga harimu indah. Semoga kebahagiaan mengikuti langkahmu. Dan semoga tulang rusuk ini segera menemukan pemiliknya. Aamiin".
Kataku dalam hati. Menyemangati diri sendiri. Maklumlah jofisa.
Syifa' Zaimah Mumtazah. Yah..itulah namaku. Panggilan akrabku Mumtaz, nama panggilan pilihan orang tuaku.
Pagi yang masih sunyi. Sepi. Udara masih sangat segar. Kuhirup nafas dalam-dalam. Aku dapat merasakan kemurniannya masuk dalam jiwaku. Dedauan masih basah karena tetesan embun. Suara ayam berkokok sesekali terdengar memecah kesunyian.
Tak pernah aku menyesal terlahir menjadi gadis desa. Aku menyukai hidup disini. Lingkungan ini. Bahkan jika Allah izinkan, aku masih ingin tetap ditempat ini bersama keluarga kecilku nanti.
Menyapu. Aku sudah siap untuk membersihkan halaman rumahku. Yang masih berupa tanah. Tidak luas. Paling hanya membutuhkan waktu sepuluh menit untuk menyelesaikannya.
Itu adalah tugasku. Jadi tak sedikitpun menjadi beban untukku.--------
Aku harus segera berganti pakaian. Aku harus sudah dandan, tapi make up natural saja. Karena aku mempunyai tanggung jawab lain. Yaitu pekerjaanku.Dan aku harus memastikan. Aku harus masih mempunyai wudhu. Kalau sudah batal wudhunya, ya harus wudhu lagi. Karena apa?? Aku akan melaksakan sholat dhuha terlebih dahulu.
Sesuatu yang berulang terkadang memang membosankan. Namun ketika meyangkut kebaikan, maka harus dipaksakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kutemukan Cinta
General FictionSebuah perjalanan takdir yang membawaku sampai padamu. Menawarkan sebuah harapan yang tanpa kusadari membawa perubahan besar dalam kehidupanku. Kau hadir mewarnai hariku. Tanpa izin tanpa permisi kau mengisi setiap inci pikiranku.