Muroja'ah

15 2 0
                                    

"Ndug, kenalin ini Najwa dan yang ini Luluk."

"Assalamu'alaikum. Kenalin aku Mumtaz. Semoga kita bisa akrab ya."

"InsyaAllah". Sahut umi.

"Tapi kamu jangan kaget ya dek..kalo kelakuan mereka bar-bar."

"Mbak Maira."

Najwa dan Luluk memelototi mbak Maira. Sementara umi hanya tersenyum memandangku. Aku pun ikut tersenyum dibuatnya.

Aku penasaran juga se... emang seberapa barbar mereka? Karena kalau dilihat dari kaca mataku saat ini.. mereka nampak anggun. Gak ada sama sekali tanda-tanda barbarnya.

"Aku Najwa, mbak. Umi sedikitnya sudah cerita tentang mbak Mumtaz pada kami. Sepertinya kita bakalan jadi besti deh mbak."

"Iya bener Na. Lebih klop sama mbak Mumtaz daripada sama mbak Maira."

"Oh gitu ya sekarang. Mentang-mentang punya kakak ipar baru mbaknya dibuang. Awas aja klo mbak masak kalian gak tak kasi bagian."

"Yah...kog gitu seh.."

"Ya udah kita semua besti. Iya kan umi."

Kataku menengahi mereka

Setelah sedikit gurauan, pada akhirnya mbak Mairalah yang mengantarku ke kamar mas Aqlan.

Atas izin umi aku diperbolehkan sholat di kamar. Aku juga harus bersih-bersih setelah perjalanan seharian. Bau matahari bau keringat rasanya membuatku tak nyaman berada disekeliling orang lain.

Begitu memasuki kamar mas Aqlan aku langsung bersiap mandi dengan handuk yang sudah disiapkan diatas tempat tidur. Entah siapa yang sudah menyiapkannya. Tapi aku sangat berterima kasih padanya.

Seusai mandi langsung sholat. Menyelesaikan rutinitas harian setelah sholat. Berdo'a. Berdzikir. Sholawat. Juga tilawah sambil menunggu mas Aqlan kembali dari masjid.

Tak membutuhkan waktu lama. Pintu kamar diketuk pelan diiringi suara salam. Aku tahu siapa pemilik suara itu.

"Assalamu'alaikum."

Tanpa menunggu aku membukakan pintu, sang empunya suara sudah membukanya lebih dulu.

"Wa'alaikummussalam."

Aku segera berdiri begitu mas Aqlan memasuki kamar setelah daun pintu tertutup rapat.

Aku menyamput uluran tangannya lalu menciumnya.

"Lanjutkan ngajinya biar mas simak."

"Iya, bi."

Aku kembali duduk ditempat semula. Diikuti mas Aqlan duduk didepanku.

Tiba-tiba saja aku merasa tidak baik-baik saja. Jantungku dag dig dig. Kencang sekali. Mau membuka mulut rasanya lidah menjadi kelu.

"Ayo mulai! Surah apa?."

Aku diam. Menunduk. Pandanganku hanya mampu menatap lantai dibawahku.

"Sayang...".

Ucap mas Aqlan lembut.

Astaghfirullahhal'adzim.

Jantungku. Apa kabarnya sekarang???

Mas Aqlan hanya menyuruhku ngaji didepannya saja aku sudah sangat gugup. Sekarang malah mas Aqlan memanggilku sayang....

Gimana caranya menormalkan detak jantungku coba?.

"Ayo sayang....apa ada yang ingin kamu sampaikan dulu sebelum mulai?."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 22, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kutemukan CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang