Akhir Dari Permulaan♡

13 3 0
                                    

****
Aku duduk menghadap cermin. Melihat bayanganku sendiri disana. Tanpa terasa air mata jatuh bergulir membasahi pipiku yang memerah.

Sedih??
Bukan!! Ini bukan tangisan kesedihan. Namun ini adalah air mata kebahagiaan.

Dalam diamku. Dalam kesendirianku di kamar ini. Ruangan ini adalah saksi bisu setiap perjuanganku. Jatuh bangunnya aku. Menyerahnya diriku. Hingga aku terisak dalam diamku. Semua perjalanku. Setiap takdirku sampai detik ini. Aku tak sanggup untuk berkata apa pun lagi. Selain rasa syukur. Puji syukur. Alhamdulillah.

Setiap bulir air mata yang kuhapus, selalu diikuti air mata berikutnya. Aku sangat sulit mengendalikan perasaanku. Rasanya semua rasa tumpah ruah saat ini. Bercampur. Beradu menjadi satu.

Hari ini. Adalah hari yang tak pernah aku bayangkan. Sekalipun sangat aku inginkan. Dulu yang aku fikir hanya akan menjadi mimpiku belaka. Kini benar-benar ada diujung mata.

Tok tok tok

Terdengar suara pintu kamarku diketuk dari luar. Membuyarkan fikiranku saat pintu terbuka. Nampak dua orang perempuan memakai pakaian syar'i bercadar menghampiriku.

"Assalamu'alaikum , nak".
Sapa salah seorang dari mereka yang langsung mengelus kepalaku.

"Wa'alaikumussalam, mi". Jawabku lalu mengambil salah satu tangannya lalu menciumnya.

Sementara salah seorangnya lagi kembali menutup pintu.

Perempuan itu beralih mengelus punggungku. Aku berhambur kepelukannya. Memeluknya. Menangis dalam pelukannya. Tangisan yang sudah tak sanggup lagi aku bendung.

"Sudah-sudah jangan nangis lagi. Nanti make_up nya berantakan". Katanya terus menenangkanku.

"Ya sudah sini biar aku rapiin lagi mi make_up nya".

"Tarik nafas dulu. Lalu hembuskan!".

Kuikuti perintahnya.

"Sudah lebih tenang?"

Aku hanya mengangguk kepala mewakili jawabanku.

Aku melirik sekilas kearah samping, sambil tersenyum memperhatikan seorang wanita yang duduk menungguiku di sisi ranjang.

"MasyaAllah.. adik iparku cantik sekali. Pantas saja adikku tak sabar untuk menghalalkanmu dek. Benar kan mi?".

Pipiku memerah mendengar penuturannya. Dia mbak Maira. Dia yang tengah membenahi make_up ku saat ini.

Dan perempuan yang satunya lagi umi Halimah. Ibunya mbak Maira. Dan sekarang beliau adalah ibu mertuaku. Karena semua anaknya memanggilnya umi, maka aku pun ikut memanggilnya umi.

"Iya... masyaAllah...cantik sekali". Umi ikut memujiku.

Aku semakin tersipu. Sebenarnya bukan aku yang cantik. Melainkan mbak Maira yang jago mendandaniku.

"Mai, cadarnya tidak lupa kan..."

"Alhamdulillah tidak mi..sudah Mai siapkan sesuai permintaan".

"Tolong bantu Mumtaz memakainya ya..."

"Iya mi...untuk adik ipar apa si yang nggak".

"Mi..mbak Mai, makasih ya sudah mau Mumtaz repotin.."
Kataku sembari menggenggam sebelah tangan mereka.

"Sama-sama sayang..kita kan keluarga. Sama sekali tidak merepotkan"

"Iya.. kamu tenang aja dek.. gak usah sungkan gitu". Imbuh mbak Maira.

Kutemukan CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang