Dan kali ini dialah yang datang. Laki-laki yang sudah menghalalkanku untuknya. Dibelakangnya ada beberapa orang yang membuntutinya. Menemaninya mengantarkannya sampai didepan kamarku.
"Assalamu'alaikum". Salamnya sebelum melangkahkan kaki memasuki kamarku.
Kami serempak menjawab.
"Wa'alaikumussalam".
Perlahan dia mendekat kearahku. Suara siulan mengiringi langkahnya dan seluruh kegugupan lengkap dengan rasa malu yang menyerangku.
Udara di kamar ini terasa sesak. Aku ingin pingsan sekarang juga.
Sampailah ia berdiri tepat dihadapanku.
Dag dig dug. Dag dig dug. Suara jantungku seperti genderam mau perang. Meloncat loncat ingin keluar dari tempatnya. Apa dia mendengarnya? Apa dia merasakan hal sama pula? Atau aku cuma sendiri yang merasakannya? Semoga tidak!! Itu tidak adil kalau hanya aku sepihak yang merasakannya. Semoga dia juga merasakan hal sama sepertiku.
"Salim, nak sama suamimu".
Sentuhan lembut umi dilenganku membawaku ke alam sadarku.
Dengan keragu-raguan kuraih tangannya. Kucium punggung tangannya.
Lalu salah satu tangannya diletakkan diatas kepalaku.
"Assalamu'alaikum, istriku".
Kata pembukanya sebelum dia merapalkan sebuah do'a.
"Wa'alaikumussalam, suamiku".
Jawabku sepelan mungkin agar tidak ada yang mendengarnya selain aku dan suamiku. Kalau sampai ada yang mendengar... mau ditaruh dimana mukaku.. malu...ya Allah...
Dia lalu mencium keningku. Entah berapa detik. Atau seper sekian detik. Aku tak bisa berfikir. Ini sentuhan fisik pertama kami.
Dibalik cadarku pipiku memerah. Senyumku terukir. Begitu indah nikmat yang Allah berikan.
Suit suit suit
Lanjutin nanti lagi
Ehem ehem inget banyak jombloer disini
Teriakan dari temen-temannya yang menunggu di depan pintu.
Dia menjauhkan bibirnya dari keningku.
Grogi. Salting. Ternyata dia juga merasakan hal yang sama. Kulihat dia menarik nafas panjang setelahnya.
"Ya sudah sekarang kalian kedepan. Dan selesaikan surat-surat pernikahan kalian. Setelah itu terserah kalian".
"Baik, umi".
Kami hendak berjalan meninggalkan kamar. Dia berjalan di depanku.
"Nak...".
Panggilan umi membuatnya menoleh ke belakang.
"Gandenglah tangannya. Dia sekarang istrimu. Sudah sah untuk kamu bersentuhan dengannya".
"Astaghfirullahhal'adzim. Maaf umi. Saya lupa".
Dia menghadapku dan menarik tanganku lembut. Meletakkannya di lengannya. Menggandengku dengan gagah.
Cie cie yang udah sah ni ye..
Gandeng terus bro jangan sampai ketinggalan
Kami berjalan beriringan. Senyumnya tak memudar mengiringi langkah kami.
Sampai ditempat akad kami menyelesaikan berkas-berkas pernikahan kami. Bertukar cincin. Dan tak boleh ketinggalan adalah sesi foto dan makan-makan.
Selesai akad memang dilangsungkan acara walimahan di tempatku. Dan tidak mengundang banyak tamu. Hanya keluarga, saudara, teman dekat dan tetangga.
Acaranya pun sederhana. Seperti pernikahan pada umumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kutemukan Cinta
General FictionSebuah perjalanan takdir yang membawaku sampai padamu. Menawarkan sebuah harapan yang tanpa kusadari membawa perubahan besar dalam kehidupanku. Kau hadir mewarnai hariku. Tanpa izin tanpa permisi kau mengisi setiap inci pikiranku.