Jalan beraspal dibawah panas terik matahari yang kami lalui. Pengalaman pertamaku duduk disamping seorang sopir ganteng. Perjalanan pertamaku bersamanya. Bersama mas Aqlan.
Senandung lagu-lagu religi menjadi pihak ketiga menemani kebahagiaan kami. Mas Aqlan fokus menyetir mobil. Aku memperhatikan kanan kiri jalan yang kami lewati. Sesekali bernyanyi mengikuti syair yang tengah berdendang.
"Kalo adek ngantuk tidur saja. Nanti mas bangunin".
Kata mas Aqlan dengan tatapan yang masih fokus ke depan. Sementara tangan kirinya mengelus kepalaku. Ternyata mas Aqlan diam-diam memperhatikan saat aku beberapa kali menguap.
Aku menggeleng. Aku memang tidak terbiasa tidur saat perjalanan siang hari. Aku lebih suka memperhatian pemandangan.
"Dek, boleh mas minta tolong ambilin air putih di tas mas di belakang?".
"Iya mas. Adek ambilin yaw..."
Kuputar badanku kebelakang sedikit agar bisa mengambil air yang mas Aqlan butuhkan.
Kubuka tutup botolnya. Dan berfikir sejenak. Lalu kuambil sedotan yang tak sengaja kulihat disudut tas mas Aqlan tadi. Lalu kudekatkan sedotan itu pada bibir mas Aqlan.
Mas Aqlan hendak mengambil botol yang kuarahkan padanya.
"Biar adek yang pegangin..biar mas bisa fokus nyetirnya".
"MasyaAllah..istrinya mas..begini ya enaknya punya istri".
Aku tersenyum. Sesekali sambil modusin suami yaw... bantuin pegangin minumnya padahal biar bisa liatin wajahnya dari deket.
"Jujur yaw.. mas ngerasa nyesel nikahin adek kemarin".
DEG. Rasanya ada sebuah pukulan keras tepat didadaku. Apa yang mas Aqlan katakan tadi???!!! Dia menyesal telah menikahiku kemarin???!!! Apa dia berniat membatalkan pernikahan kami??!!!
Senyum yang tadinya terbit diwajahku lenyap seketika. Kata menyesal seolah menjadi momok menakutkan untukku.
"Hey...kenapa tiba-tiba diam...??!".
Aku terdiam. Bagaimana aku menjelaskan ketakutanku padanya.
Tangan kiri mas Aqlan beralih menggenggam tangan kananku.
"Mas nyesel nikahin adek kemarin, harusnya mas nikahin adek lebih cepat dari ini. Seandainya orang-orang yang masih memilih jalan pacaran tahu nikah itu enaknya cuma 1%, sementara 99% enaknya bangetttt. Pasti itu ya dek KUA sampai antri panjang tiap harinya. Bahkan bisa jadi penghulunya sampai lembur".
Mas Aqlan bercerita sambil tertawa. Sementara aku...antara kesel sudah dibuat OT sama pingin ikutan tertawa. Rasanya aku harus belajar ekstra keras untuk menghilangkan kekhawatiranku. Percaya bahwa mas Aqlan tidak akan mengkhianatiku.
Jam sudah menunjukkan akan memasuki waktu sholat dhuhur. Mas Aqlan mencari masjid dan menepikan mobil disana. Sekaligus istirahat untuk makan siang.
Kami sholat berjamaah dengan penduduk lokal dan tak sedikit pula pengendara yang juga dalam perjalanan seperti kami.
Masjid yang besar nan megah bercat putih ini terletak disisi jalan raya. Lahan parkir yang luas memungkinkan para driver mobil bahkan rombongan dengan bus untuk berhenti disini. Tak hanya untuk sholat, disini juga banyak yang menggunakannya untuk beristirahat. Di sekitar masjid juga banyak pedagang yang menawarkan banyak aneka makanan. Dengan harga yang tak menguras kantong tentunya.
Dan yang paling mencuri perhatian. Masjid ini seperti duplikat masjid Nabawi. Kalo aku menyebutnya. Masjid Nabawi Indonesia.
MasyaAllah masyaAllah masyaAllah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kutemukan Cinta
General FictionSebuah perjalanan takdir yang membawaku sampai padamu. Menawarkan sebuah harapan yang tanpa kusadari membawa perubahan besar dalam kehidupanku. Kau hadir mewarnai hariku. Tanpa izin tanpa permisi kau mengisi setiap inci pikiranku.