19. Pernikahan

2.1K 193 20
                                    

Biu tidak bisa menahan rona merah di wajahnya saat mematut pantulan dirinya di depan cermin besar. Balutan tuxedo berwarna hitam dengan dalaman kemeja warna putih. Rambut selehernya yang dibiarkan terurai dan ditata rapi di belakang telinga serta polesan make up seadanya membuat penampilannya nampak sangat tampan hari ini. Biu memang bukan tipe orang yang suka memoles wajahnya dengan make up,  namun dia selalu tampil rapi. Rambutnya yang agak panjang pun tidak pernah dibiarkannya berantakan. Dia tidak pernah keluar rumah dalam kondisi wajah pucat.

Meskipun laki-laki, dia selalu memakai krim-krim perawatan wajah agar kulit wajahnya tidak kusam. Hanya itu, untuk pakaian Biu memang tidak terlalu memikirkannya. Selain bekerja, selebihnya dia hanya akan memakai kaos oblong dan celana jeans. Tapi kini, dia benar-benar takjub melihat penampilannya sendiri. Ini pertama kali dirinya memakai jas formal dan pertama kali memakainya justru di hari pernikahannya. 

Biu tidak pernah menyangka akan menikah di usianya yang masih dua puluh tahun. Bahkan tidak pernah sekalipun dia berpikir untuk menikah. Yang dia pikirkan hanya satu, mencari uang yang banyak dan membahagiakan adiknya, Chay. Biu hanya ingin mengabdikan hidupnya untuk sang adik. 

"Phi Biu .... " 

Biu berbalik, dilihatnya Chay memasuki ruangan sambil membawa sebuah buket bunga lily putih. Mata Biu berbinar senang melihat buket bunga cantik itu. 

"Ternyata benar kata paman Bible, phi pasti akan menyukai bunga ini," kekehnya yang membuat wajah manis Biu bersemu. Meskipun laki-laki, Biu sangat menyukai bunga. Makanya dia tidak pernah menolak ketika Apo mengajaknya ke taman belakang karena dengan senang hati Biu akan membantu Apo untuk merawat bunga-bunga itu.

Perhatian Biu teralihkan pada sang adik. Kemeja putih tulang berbalutkan jas abu-abu perak, rambut bergelombangnya ditata rapi dan wajahnya dirias tipis. Membuatnya benar-benar sangat menawan, belum lagi mata bulatnya yang selalu tampak berbinar itu membuat Chay terlihat sangat sempurna. 

"Pantas saja phi Kim benar-benar tergila-gila padamu. Adikku ini sangat tampan dan manis. Mata bulatmu juga indah. Phi bersyukur karena ibu mewariskan mata indahnya padamu. Phi sangat menyukainya. Melihat matamu yang selalu bersinar itu membuat hati phi selalu merasa tenang." 

Wajah Chay yang manis langsung bersemu merah.

"Phi Kim itu baik, dia selalu memberikan apapun yang Chay inginkan. Kemarin phi Kim meminta Chay untuk menjadi kekasihnya."

"Lalu apa jawaban adik phi yang manis ini?" tanya Biu sambil merapikan anak rambut yang menutupi kening Chay.

"Kalau Chay menerimanya, apakah Phi akan marah?"

Biu tersenyum, kedua tangannya membingkai wajah manis Chay. Sesungguhnya berat baginya merelakan Chay untuk orang lain. Dia yang merawat adiknya itu dari kecil, tapi sekarang tiba-tiba datang orang asing yang akan mengambil adik kecilnya. Tapi Biu tau kalau hal seperti ini cepat atau lambat pasti akan terjadi dan dia tidak ada hak melarang Chay untuk mencari kebahagiaannya. 

"Dengarkan phi, ini hidupmu, kamu bebas memilih apapun yang kamu lakukan. Tapi ingat, phi Kim masih dalam masa percobaan. Kalau phi satu kali saja tau dia menyakitimu, phi akan menghajarnya habis-habisan." 

"Tenang saja, aku tidak akan menyakiti anak manis ini." Chay dan Biu menoleh ke arah Kim yang baru saja datang bersama Bible. Sejenak Biu sempat terpana melihat penampilan pria yang sebentar lagi akan menjadi suaminya itu. Biu sudah biasa melihat Bible berpakaian formal, tapi hari ini pria itu jauh lebih tampan dari biasanya. 

"Chay, sayangku. Ayo kita pergi bersiap-siap, biarkan dua calon pengantin ini menghabiskan masa lajangnya berdua." 

Chay melambaikan tangannya dengan gemas pada Biu lalu bergegas meninggalkan ruangan bersama Kim. Suasana hening seketika, kepala Biu menunduk, merasa terintimidasi dengan tatapan Bible yang intens itu. 

Love in the Dark (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang