57. Kejutan

986 126 11
                                    

"Bagaimana keadaan Macau?" tanya Korn saat Apo baru turun dari lantai dua. 

"Dia baik-baik saja, bahunya hanya tergores peluru," jawab Apo yang langsung duduk di samping Biu. Satu jam berlalu sejak penembakan di depan rumah, Venice sudah tenang tapi anak itu masih tidak mau lepas dari pelukan Biu. 

"Build, tenanglah. Kalau kau tidak tenang, Venice pun tidak akan bisa tenang," tegur Korn. Biu hampir menangis memikirkan Bible yang pergi sejak tadi tapi belum muncul juga. Bahkan sekarang Mile yang menyusulnya pun tak kunjung kembali. 

"Semua akan baik-baik saja, Bii. Baiben sudah biasa melakukan hal seperti ini." Ucapan Apo sama sekali tidak bisa menenangkan kegundahan Biu.

"Sudah hampir tengah malam, kalian istirahat lah," suruh Korn dan Biu langsung menggeleng kencang. 

"Aku akan menunggu Bible." 

"Biu, istirahat lah dulu. Kasihan Venice, dia juga butuh istirahat."

Melihat wajah lelah sang anak, Biu pun memutuskan untuk mengalah. Tubuh Biu menegang saat pintu dibuka dengan kencang oleh Mile. Wajahnya terlihat lelah dan basah oleh keringat.

"P'Mile, ada apa?" tanya Apo yang langsung berdiri dan menghampiri Mile. Pria itu langsung merengkuh pinggang Apo posesif.

"Build, kau tau danau yang ada di tengah hutan? Pergilah kesana dengan Venice, hanya tempat itu yang aman".

"Hah? Ma, maksud anda apa?"

Korn lalu bangkit berdiri dan menghampiri Mile.

"Tenanglah, Mile. Jelaskan apa yang terjadi," titah Korn.

"Carson. Mereka menerobos masuk ke area rumah utama. Tim Alpha sedang dalam perjalanan kembali. Beberapa tim yang ada di luar juga sedang dalam perjalanan. Build dan Venice harus pergi mengamankan diri."

Biu menggeleng kencang. Dia tidak ingin pergi dari tempat ini. Tidak tanpa Bible. Bagaimana mungkin dia pergi mengamankan diri tapi suaminya tidak ada bersamanya.

"Build, dengarkan ayah. Bible pasti akan menyusulmu. Yang terutama adalah keselamatan Venice. Pergilah ke danau itu dan tunggu Bible di sana."

Biu hampir menangis, dia tidak mau egois dan memikirkan keselamatan mereka berdua saja. Tapi Korn benar, yang terutama adalah keselamatan Venice. Biu merasakan tubuh Venice yang gemetar dalam gendongannya.

"Kami akan baik-baik saja, Bii. Aku berjanji akan segera menyusulmu," ucap Apo sambil menepuk bahu Biu. Pemuda manis itu mempererat gendongannya pada Venice.

"Cepat pergi!" suruh Korn. Biu mengangguk lemah. Dia segera berlari ke arah belakang rumah. Beruntung saat itu bulan sedang terang-terangnya, Biu bisa melihat jalan dengan jelas. Netra Biu sempat melihat paviliun sejenak, rumah yang penuh kenangan, tapi rumah itu terlihat sangat gelap sekarang. Tanda kalau memang sudah tidak pernah ditempati lagi. 

"Papa, Ven takut," keluh Venice sambil memeluk erat bahu Biu. 

"It's ok, sayang. Kamu aman sama papa." 

Biu melanjutkan langkahnya yang terasa berat itu. Berjalan di dalam hutan yang medannya tidak rata sambil menggendong anak berusia lima tahun dengan ukuran tubuhnya yang dibilang kurus memang cukup menyulitkannya. Beberapa kali Biu harus berhenti untuk sekedar mengambil napas lalu lanjut berjalan lagi. 

"Papa, Ven turun saja yaaa, papa capek," ucap Venice. Biu yang sudah kelelahan lalu memilih untuk duduk di batang pohon yang tumbang. Didudukkannya Ven kecil di sebelahnya. Napas Biu terdengar ngos-gosan, bahkan lebih nyaring dari suara binatang malam. Biu mengamati Venice yang sedang mengedar pandangannya ke seluruh hutan. Meskipun sedang purnama, tapi karena posisi mereka sudah cukup jauh ke dalam hutan, akses cahaya yang masuk pun makin sedikit karena tertutup pepohonan. 

Love in the Dark (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang