52. Untung Sayang

1K 151 13
                                    

Suasana masih hening, semuanya masih terkejut dengan apa yang baru saja terjadi. Termasuk Mile, Bible melirik ke tempat ayahnya duduk, semua orang disitu pun terdiam.

"I, itu anakku kan?" tanya Biu pelan.

"Kalau kamu lupa, anak kecil di rumah ini cuma Venice."

Bible lalu melepaskan pelukannya dari Biu, matanya menatap Venice nanar.

"Venice menang, jangan sakiti Daddy dan papa," ucap Venice dengan suara bergetar, dan benar saja, di saat yang sama, tangis anak itu pun pecah. Bible mendesah frustasi melihat ulah anak kecil itu. Dengan tubuh lelah dan lemah, Bible memaksa dirinya untuk berdiri dan mengambil Venice ke dalam gendongannya.

"Kamu baru saja menolong orang tuamu, lalu kenapa menangis, hm." Bible menyeka air mata Venice dengan telapak tangannya. Hal yang biasa bagi Bible, tapi tidak untuk semua orang yang ada di dalam ruangan itu. Mereka tertegun melihat sikap manis Bible barusan.

"Sudahlah, Mile. Kamu sudah mendapatkan jawabanmu." Korn berjalan menghampiri kedua anak mafianya. Mile masih diam, matanya menatap Venice datar. Bible mengulurkan tangannya pada Biu, membantu pemuda manis itu untuk berdiri.

"Pertarungan sudah selesai, Bible pemenangnya. Restui mereka, Mile. Adikmu sudah dewasa, dia sudah bisa menentukan jalan hidupnya sendiri. Dan kalian, ayah tau kalian sudah berkeluarga, tapi bukan berarti  harus meninggalkan keluarga kalian yang sebenarnya. Ayah mengizinkan kalian untuk memilih jalan hidup kalian, apapun itu. Termasuk keluar dari rumah ini. Tapi tidak untuk melepaskan diri dari keluarga utama. Berhenti menjadi mafia bukan berarti bahaya akan berhenti menghampiri kalian.  Bawalah Arm dan Pol, setidaknya dengan begitu ayah bisa sedikit lebih tenang."

Hati Bible menghangat mendengar perkataan ayahnya, senyum mengembang di wajah tampannya. Korn lalu mendekat, tangan besarnya menyeka air mata Venice.

"Kamu anak yang berani, tumbuhlah jadi anak baik dan jagalah orang tuamu."

Venice kecil yang masih sibuk menangis pun hanya mengangguk patuh. Dirinya yang terisak justru membuat kedua orang tuanya gemas. Biu mencubit pelan pipi gembilnya.

"Kemana perginya anak pemberani yang barusan menolong Daddy dan papa, hm? Kenapa sekarang Venice malah menangis?" tanya Biu sambil tertawa kecil.

"Huweeee, Venice takut," ucapnya sambil memeluk leher Bible yang membuat semua orang di ruangan itu tergelak. Apo berjalan mendekati Mile, matanya berkilat tajam.

"Hay, honey," sapa Mile.

"Tidak ada honey honey. Aku tidak mau bicara dengan p'Mile. Nanti malam aku akan tidur dengan Macau."

"Aku?" tunjuk Macau pada dirinya sendiri.

"Apa? Hey! Tapi ini kan tidak ada sangkut pautnya dengan kita. Apo Nattawin Romsaithong, tunggu aku!"

"Aku kan sudah bilang, aku tidak suka ada kekerasan dalam keluarga. Sudahlah, aku tidak mau bicara dengan phi."

"Hey, tunggu aku."

Korn menghela napas panjang.

"Macau, malammu tidak akan tenang," ucap Korn.

"Tidak, aku mau masuk kamar dulu, ayah. Aku akan mengurung diri malam ini."

Macau bergegas meninggalkan ruangan, Bible paham kalau adiknya bilang begitu, maka dia benar-benar akan mengurung diri untuk hari ini.

"Kalian berdua, pergi obati luka kalian. Venice, mau ikut kakek?"

"Ng? Kemana?"

"Kau akan senang, ayo ikut."

Venice meronta meminta diturunkan dari gendongan Bible dan bergegas berlari menghampiri Korn. Bible tersenyum lembut mendengar ayahnya berkata 'kakek' untuk dirinya sendiri. Sejenak mereka saling bertatapan lalu sama-sama tertawan.

Love in the Dark (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang