59. Happy Anniversary

923 108 4
                                    

Begitu sampai di rumah utama, Biu langsung mengurung diri di dalam kamar dengan membawa Venice bersamanya. Pemuda itu sangat ketakutan sekarang, bahkan dia tidak membiarkan siapapun menyentuh Venice, termasuk Bible. Suara ketukan pintu membuat pelukan Biu pada Venice semakin erat.

"Biu, sayang. Ini sudah hampir malam. Keluar lah. Kalian belum makan apa-apa dari tadi siang."

"Papa, itu Daddy," ucap Venice sambil menepuk lembut kedua pipi Biu.

"Papa tau, sayang."

Biu tau kalau sejak tadi suaminya itu memanggilnya. Tapi Biu sama sekali tidak berniat untuk membukakan pintu. Dia tidak ingin siapapun membawa Venice darinya.

"Biu! Venice belum makan apa-apa sejak sarapan tadi. Kamu tidak bisa menyiksanya seperti itu."

Biu masih memilih bungkam. Pikirannya benar-benar kalut. Dilihatnya Venice kecil masih duduk manis di pangkuannya. Sejak tadi anak itu hanya diam sambil sesekali bersenandung. Sama seperti Bible, Venice suka sekali bersenandung, dan mereka memiliki suara yang merdu.

"Venice lapar, nak?" tanya Biu dan si kecil itu mengangguk.

"Venice mau makan malam, papa."

Biu menghela napas panjang, setelah mencium puncak kepala si kecil, Biu pun beranjak berdiri. Meskipun langkahnya terasa berat, Biu tetap membukakan pintu untuk Bible. Dia bisa melihat raut kelegaan di wajah tampan suaminya.  Bible lalu meraih pinggang ramping Biu dan mencium puncak kepalanya. 

"I love you, sayang." 

Hati Biu menghangat mendapat perlakuan manis sang suami, bahkan Bible tidak terlihat marah sedikitpun padahal dirinya habis mengurung diri seharian. 

"Venice, sayang. Turun duluan ke bawah ya, Daddy mau bicara sama papa."  Venice kecil mengangguk paham dan bergegas berlari keluar dari kamar. Saat memastikan suara langkah kaki kecil itu sudah menjauh, Bible lalu mendorong bahu Biu, mengisyaratkan pemuda manis itu untuk masuk ke dalam kamar. Biu hanya diam melihat suaminya mengunci pintu kamar. 

"Kamu mau aku melakukan apa untukmu?" tanya Bible lembut. Mendengar suara lembut sang suami, mata Biu memanas. Matanya menatap Bible sayu. 

"Bisakah kau memelukku, Bai?" tanya Biu parau. Tanpa perlu diminta dua kali, Bible langsung menarik tubuh kurus Biu ke dalam pelukannya. Merasakan pelukan Bible yang hangat, tangis Biu pun pecah seketika. Pemuda itu menangis terisak, dibenamkannya wajah manisnya di dada bidang sang suami, Biu merasakan sapuan lembut dipunggungnya, menunggui Biu sampai tangisannya mereda. Cukup lama Biu menangis, sampai akhirnya dia mulai tenang saat Bible menuntunnya untuk duduk di pinggir tempat tidur. 

"Mau kuambilkan sesuatu?" tanya Bible dan Biu menggeleng pelan. Biu merasakan suaminya itu mengelus surai lembutnya, menyisiri tiap helainya menggunakan jari-jari panjangnya. 

"Namanya Aak, dia kakaknya Rin, tapi hubungan mereka dari awal memang tidak akur. Sejak ayahnya Rin meninggal, Aak pergi meninggalkan rumah, dan sejak itu Rin hidup sendirian. Sampai Carson datang dan menculiknya. Saat Rin hamil besar, aku sempat menemui Aak, karena hanya dia satu-satunya keluarga yang dimiliki Rin. Tapi Aak menolak kami mentah-mentah. Bahkan dia mengusir kami dengan kasar. Rin hancur saat itu, dia benar-benar merasa dibuang." 

"Dan kamu menawarkan diri untuk mengambil tanggung jawab Aak kan." 

Biu mengangguk lesu. Biu tidak pernah menyesali pilihannya untuk mengambil alih peran Carson dan Aak saat itu. Yang dia sesali adalah, Biu tidak bisa menjaga Rin sampai akhirnya wanita itu tidak selamat saat melahirkan Venice. Membuat Biu harus melewati masa sulit untuk membesarkan Venice. Dia sama sekali tidak punya pengalaman untuk membesarkan seorang bayi. Setiap hari Biu harus hidup dalam ketakutan. Takut Venice tidak bisa bertahan hidup, takut anak itu sakit, takut anak itu tidak tumbuh dengan baik.

Love in the Dark (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang