41. Please, don't leave me

1.5K 166 20
                                    

"Venice sudah tidur?" tanya Biu pada Bible yang baru saja selesai dengan panggilan telponnya. Malam ini, setelah perdebatan panjang lebar, akhirnya para Romsaithong berhasil meyakinkan Biu untuk mengizinkan mereka membawa pulang Venice. Tentu saja setelah melewati drama yang panjang. Tidak hanya drama Venice, tapi Kim yang memaksa akan menginap di rumah bersama Chay.

Biu tidak pernah mencampuri gaya berpacaran mereka, hanya saja terkadang Biu tidak rela kalau mereka terlalu intim. Adiknya itu sangat polos meskipun usianya sudah bukan anak-anak lagi. Tapi biar bagaimanapun, Biu selalu memberi kepercayaan penuh pada adiknya karena Biu tau Chay adalah anak yang cerdas. Dia selalu tau bagaimana cara untuk menjaga kepercayaan yang sudah ia berikan. 

"Sudah, sayang." 

"Pokoknya mereka harus menghubungiku kalau Venice rewel, aku akan menjemputnya." 

Bible menarik pinggang Biu hingga tidak ada jarak di antara tubuh mereka. 

"Venice adalah anak yang pintar, aku yakin dia tidak akan rewel. Dan kita punya Apo yang paling mengerti bahasa bayi. Dia akan baik-baik saja." 

Biu tersenyum tipis. Di usianya yang baru lima tahun, Venice memang termasuk sangat pintar, anak itu selalu punya banyak cara untuk membuat orang-orang menyukainya.

"Apakah Kim benar-benar menginap di sini?"

"Menurutmu? Memang sejak kapan keinginan Romsaithong bisa ditolak."

Bible tergelak mendengar ucapan sarkas dari Biu. Ditariknya tubuh kurus itu ke dalam pelukannya. Menghirup aroma vanilla khas sang suami yang sangat ia rindukan. Begitu juga Biu, dia benar-benar merindukan pelukan nyaman suaminya.

"Aku tidak menyangka hari seperti ini akan datang juga, kukira aku harus menunggu lebih lama lagi," ucap Bible sambil mengelus surai lembut Biu.

"Tidak ada hari yang kulewati tanpa memikirkanmu, Bai. Bahkan ketika aku hampir menyerah, aku selalu mengingatmu."

"Kumohon jangan tinggalkan aku apapun alasannya. Aku berjanji akan berubah jadi lebih baik lagi. Aku tidak akan menyakitimu lagi, Bii. Tapi kumohon, jangan tinggalkan aku."

Hati Biu menghangat mendengar permohonan Bible. Pertama kalinya Biu mendengar suaminya memohon seperti itu. Tidak pernah sedikitpun Biu berniat untuk menyakiti Bible sampai seperti ini. Menurutnya, memang tidak seharusnya dia ada di rumah itu. Romsaithong bukan tempatnya.

Biu melepaskan pelukan mereka, matanya menatap Bible tajam. Ditatap seperti itu, tentu saja si tampan kebingungan. Mereka sedang bermesra ria lalu sang pujaan hati tiba-tiba menatapnya tajam. 

"Apa?" tanya Bible polos.

"Kamu belum memberi penjelasan, kenapa perutmu bisa terluka seperti itu?"

Biu tau kalau pekerjaaan suaminya memang berbahaya. Tapi Bible itu sangat kuat, dia adalah pembunuh berdarah dingin. Bahkan di antara sepuluh pertarungan, tidak satupun dia akan terluka. Tapi kali ini, luka di perutnya terlihat sangat dalam dan lebih lebar. Bahkan tidak hanya itu, di tubuhnya banyak sekali bekas luka.

"Hanya ini caraku membuktikan kalau aku masih hidup. Tubuhku seperti mati rasa. Mau terluka seperti apapun, rasanya tidak bisa menggantikan rasa sakit di dalam sini." Bible menunjuk dada kiri Biu.

"Di dalam sini, setiap detakannya sangat sakit. Bahkan untuk bernapas saja rasanya sesak. Luka tusukan dan tembakan tidak bisa menyakitiku. Tapi di dalam sini, setiap detakannya membuatku ingin mati."

Biu langsung menghambur ke dalam pelukan Bible. Tangisnya pecah seketika.

"Kenapa? Harusnya kamu bahagia. Aku hanya membuatmu kesulitan, Bai. Aku tidak pantas dicintai."

Love in the Dark (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang