Suara hembusan angin terdengar sangat damai. Hawa dingin membuat Keyla merapatkan cardigan abu-abunya yang sedaritadi menghangatkan tubuhnya.
Keyla memegang cangkir yang bersisi susu coklat hangat, lalu menyesapnya secara perlahan. Memandang langit pada malam hari ditemani secangkir susu coklat membuat suasana hatinya sedikit lebih baik.
Seperti sudah menjadi tempat tertenang bagi Keyla ditempat ini, balkon kamarnya. Sesekali ia menyesap susu coklat sambil tersenyum tipis, tenang sekali.
Namun, samar-samar terdengar suara keributan dari arah lantai bawah, tepatnya di ruang tamu. Mendengar itu, Keyla kembali masuk ke kamarnya, membiarkan pintu balkon terbuka dengan gorden putih transparan yang beterbangan. Ia meletakkan cangkir susu yang sudah habis keatas meja belajar.
Keyla membuka pintu kamar lalu berjalan menuruni tangga satu persatu.
"Apa yang kau lakukan, lepaskan koper itu!" ucap Johan sambil menahan Elena yang berjalan kearah pintu rumah.
Sementara Keyla perlahan dapat melihat Mama dan Papanya yang saling tarik menarik koper, Papanya yang masih mengenakan jas kantor, dan Mamanya masih memakai setelan rapi. Keyla mengernyitkan keningnya bingung, apa yang dilakukan kedua orang tuanya di malam hari seperti ini.
Tidak pernah terlihat di rumah, sekali terlihat sudah membuat keributan.
Keyla masih memperhatikan kedua orang tuanya dari ujung tangga, entah apa yang dibicarakan Mamanya, ia tidak mengerti.
"Aku tidak bohong! Aku beli kemarin dan itu aromanya memang begitu!" ucap Johan.
"Kau kira aku bodoh? Sana pergi dengan perempuan itu, aku tak sudih tinggal serumah denganmu lagi!" ucap Elena lalu mendorong Johan beserta koper yang ia bawa dari kamar.
"Apa maksud Mama?" suara Keyla sontak membuat Johan dan Elena menatap kearahnya.
"Key," ucap Elena, lalu berjalan menghampiri Keyla. "Papa kamu jahat, jadi Mama mengusirnya. Mama punya penghasilan sendiri, jadi kita akan baik-baik aja." ucap Elena asal, membuat Keyla menatapnya tak percaya.
"Apa maksud Mama?" tanya Keyla lagi, kini Johan menghampirinya.
"Key, ayo ikut dengan Papa." ucap Johan seraya memegang tangan Keyla. Sementara Keyla melirik Mama dan Papanya dengan wajah yang tak bisa diartikan.
Melihat itu, Elena mendorong Johan menjauh. "Dasar tak tau malu, dengan apa yang kamu perbuat kamu malah mengajak Keyla pergi? Laki-laki brengsek!" bentak Elena didepan Keyla yang sontak mundur dua langkah.
"Kau yang aneh menyimpulkan aroma parfume ku seperti parfume wanita." ucap Johan menatap Elana.
"Itu bukan 'seperti' tapi memang parfume wanita, Johan! Kau benar-benar main dibelakangku!" teriak Elena.
"Mama, Papa.." gumam Keyla, tak percaya dengan ucapan Mamanya barusan.
"Sudahlah, aku tidak ingin berdebat!" ucap Johan, lalu tatapannya mengarah kepada Keyla. Belum sempat ia berucap, Keyla sudah kembali naik ke kamarnya.
Sementara Bi Ani yang menatap mereka masih menunduk tak ingin mendengar serta ikut campur, namun Bi Ani sangat mengkhawatirkan mental Keyla.
Ini terlalu cepat bagi Keyla. Ia seperti tidak pernah membayangkan hal ini akan terjadi. Entah benar atau tidak Papanya berselingkuh, Papanya yang berbohong atau malah Mamanya yang terlalu cepat menyimpulkan.
Keyla membuka lemari pakaian, dan mengambil bungkus rokok yang ada di laci paling atas. Ia lalu berjalan ke balkon setelah mengambil korek didalam tas yang tergantung.
KAMU SEDANG MEMBACA
TRAUMA
FanfictionDia cantik, bagaikan dedaunan musim gugur yang berjatuhan. Tapi, dia gadis yang paling hancur seperti bagaimana daun itu terpisah dari rantingnya. Seseorang yang selalu tertawa di balik luka. Seseorang yang selalu memberi kebahagiaan untuk orang lai...