Trauma-11 : Bercerai

133 11 0
                                    

Setelah kemarin jalan-jalan dengan Nathan, kini ia kembali dihantui dengan pikiran-pikiran negatif. Ditambah lagi dirumahnya saat ini hanya ada dia dan Bu Ani yang sedang membersihkan halaman depan rumah.

Keyla berjalan ke halaman belakang melewati ruang keluarga, tatapannya terarah ke dinding ruang keluarga yang terdapat bingkai putih besar berisikan foto keluarga mereka, ada Mama, Papa, Kakaknya, dan dirinya. Keyla tersenyum kecut melihat itu.

Keyla terduduk di pinggiran kolam renang belakang rumahnya. Ia menyelamkan kedua kakinya kedalam dinginnya air kolam itu.

Beberapa saat kemudian, tubuhnya ikut menyebur kedalam air kolam.

1 menit..

3 menit..

5 menit..

Byur..

Seseorang berenang kedalam air dan langsung membawa Keyla ke daratan. Saat hendak memompa Keyla, gadis itu sudah membuka matanya. Ternyata ia memang dapat menahan nafasnya didalam air.

"Nathan.." gumamnya.

Nathan masih menatapnya dengan raut wajah khawatir. Sementara Keyla langsung duduk saat air di rambut Nathan menetes ke wajahnya.

"Key, lo bikin jantungan tau gak?!" bentak Nathan.

"Lo kenapa disini?" tanya Keyla bingung melihat Nathan yang tiba-tiba ada dirumahnya.

"Tadi gue nelfon lo berkali-kali, gak dijawab, akhirnya ketuk pintu dan langsung dibukakan sama Bu Ani." jelas Nathan. "Tadinya mau ajak lo jalan, eh taunya lo ada disitu." Nathan menunjuk air kolam.

Keyla beranjak berdiri, diikuti Nathan. "Bentar gue ambilin handuk." ucap Keyla berjalan kedalam rumah.

Setelah beberapa saat, Keyla kembali dengan handuk ditangannya. "Keringin badan lo, nanti pake baju bang Rafa." ucap Keyla lagi sambil mengulurkan handuk, Nathan mengangguk.

Mereka sudah berada di ruang tamu dengan Nathan yang terus memandang Keyla yang sedaritadi bolak balik entah mencari apa. Beberapa menit akhirnya ia menemukan barang yang dicarinya yang ternyata berada di kamar Rafa.

"Nath, sini gue keringin rambut lo." ucap Keyla sambil memegang hairdryer tanpa kabel miliknya.

"Rambut lo dulu sini." ucap Nathan saat melihat rambut Keyla jauh lebih basah daripadanya.

"Enggak, lo dulu." Keyla langsung duduk disamping Nathan, lalu membalikkan badan laki-laki itu.

Akhirnya Nathan mengalah.

"Key," panggilnya saat Keyla sudah memegang rambutnya.

"Hm?" guma Keyla sambil fokus ke kepala Nathan.

"Lo kenapa nenggelamin diri lo?" tanya Nathan sedikit hati-hati.

"Enggak, gue cuma mandi kolam doang."

"Tapi gue gak liat begitu."

"Terserah penglihatan lo."

Nathan sontak berbalik menghadap kearah Keyla. "Key, gue serius. Lo bikin gue khawatir dengan sikap lo. Kemarin gue ajak ke dufan yang biasanya lo ketawa tapi ini enggak, lo diem aja natap wahana-wahana kesukaan lo."

Keyla masih memegang hairdyer yang terkena ke wajah Nathan tanpa dipedulikan laki-laki itu, lalu dimatikannya. Keyla masih diam memandang Nathan yang mengomel.

Saat melihat wajah Keyla yang banyak pikiran, Nathan memutuskan untuk tersenyum lalu mengambil alih hairdryer dari tangan Keyla.

"Sini, gue keringin." Nathan berdiri dibelakang Keyla. Sementara gadis itu diam mematuhi.

•••

Setelah pulang kampus, Keyla mampir ke pemakaman Kakaknya menggunakan mobilnya yang kini kuncinya sudah ada ditangannya.

"Ka, kayaknya Mama sama Papa bakal pisah." gumam Keyla langsung setelah ia berjongkok sambil mengelus batu nisan didepannya.

Kemarin, Keyla tak sengaja melihat Mamanya yang sedang mengobrol dengan seorang pengacara di ruang tamu, ia bahkan dapat mendengar percakapan mereka yang membicarakan perceraian.

"Nanti gue sendirian." ucap Keyla sambil tersenyum tipis.

"Boleh gak sih gue ikut ke tempat lo?"

"Gue mau bareng Kakak aja. Gak mau di dunia fana ini."

Keyla mendongak saat air matanya akan menetes. "Gue mati aja, ya?"

"Gak boleh ngomong gitu." sahut seseorang. Keyla menoleh dan mendapati Nathan sudah berada disana dengan payung ditangannya. Hari ini tidak hujan, hanya saja terlalu panas ditengah hari.

"Lo kenapa disini?" tanya Keyla seraya berdiri.

"Key," panggil Nathan. "Pegang." Nathan mengulurkan payung kearah Keyla yang langsung diambil alih oleh gadis itu.

Nathan lalu mengeluarkan sesuatu dari kantong celananya. "Key, nikah yuk?" ujarnya yang sontak membuat Keyla kaget setengah mati.

"Hah?!"

Nathan sudah membuka kotak yang berisi cincin ke hadapan Keyla. "Iya, kita nikah. Mau ya?"

"Nath, ini kuburan loh." ucap Keyla sambil melirik kiri dan kanan, Nathan ikut melirik kiri dan kanannya.

"Iya, tapi gue ngelamar lo didepan Kakak lo." ucap Nathan sambil menatap nisan disamping mereka.

Keyla menatapnya tak percaya, namun ada rasa bahagia didalam hatinya. Sementara Nathan yang melihat Keyla masih bingung, langsung berjongkok didepannya.

"Key, siniin tangan lo." Nathan mengambil tangan Keyla lalu bersiap memasangkan cincin disana.

"Nath, orang tua gue mau pisah, dan gue bingung mau sama siapa." ujar Keyla, lalu menangis. Membuat Nathan langsung berdiri tanpa memasangkan cincin itu ditangan Keyla setelah mendengar isak tangis gadis itu, ia menarik Keyla kedalam pelukannya sambil mengelus pundak gadis itu.

"Key, Mama sama Papa lo gak mungkin ninggalin lo juga. Mereka hanya memisahkan diri mereka terhadap satu sama lain, tapi bukan berarti ninggalin lo." ucap Nathan.

"Hiks.. tapi gue gak mau mereka pisah."

"Lo masih punya gue, Key." ucap Nathan.

Keyla melepas pelukannya, Nathan menghapus air matanya.

"Gue tau itu berat banget buat lo, gue mau nanggung bareng-bareng sama lo." ucap Nathan lagi.

Keyla juga memikirkan hal yang tidak biasa, ia tidak terlalu merasa kehilangan kedua orang tuanya. Semenjak kepergian sang Kakak, ia memang sudah jarang sekali merasa kehadiran orang tua, menurutnya ia sudah tidak memiliki orang tua sejak lama.

Keyla mengagguk, lalu mengambil cincin yang tadi dipegang Nathan. Ia memasangkannya pada jari manisnya sendiri.

"Iya, Nath. Lo lebih ngerti gue dibanding orang tua gue sendiri." ucap Keyla yang sudah kepahitan.

"Tapi lo jangan benci orang tua lo, Key." ucap Nathan.

.

.

Sebentar lagi TAMAT.

Maafkan jika cerita ini kurang menarik. Sangat meminta maaf.

TRAUMA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang