Trauma-1 : Penyelamat

935 27 0
                                    

Gadis itu terbaring di atas brangkar rumah sakit. Matanya terpejam dan wajahnya pucat. Selang infus di tangannya membuatnya terlihat lemah.

Seorang wanita dengan pakaian OKA khas dokter tengah menatap nanar gadis di hadapannya. Matanya berkaca-kaca, masih belum siap untuk merasa kehilangan lagi. Walaupun penyakit putrinya tidak parah, tapi ini kali pertamanya gadis itu dibawa lari ke rumah sakit.

"Bangun, Key. Tolong jangan tinggalin Mama. Tinggal kamu anak Mama sama Papa."

Beberapa saat kemudian seorang pria dengan pakaian kantor yang sudah tidak rapi lagi, datang menghampiri brangkar Keyla dengan panik. "Ma, gimana Keyla?" tanyanya, lalu mengusap kepala Keyla lembut.

"Udah ditanganin, jantungnya masih melemah, tapi Keyla akan baik-baik aja, Pa." jawab Elena.

"Syukurlah." Johan bernafas legah sambil mengelus-elus rambut putrinya itu.

Elena menatap pemuda yang sedaritadi berdiri di belakangnya. Pemuda yang beberapa menit lalu menyelamatkan nyawa putrinya.

"Makasih banyak, nak. Kamu udah nyelamatin anak saya." ucap Elena, dibalas anggukan oleh pemuda itu.

"Sama-sama, Tante." jawabnya.

"Ngomong-ngomong, siapa nama kamu?" tanya Elena.

"Nama saya Nathan."

"Baiklah, nanti saya transfer uang untuk kamu karena sudah membawa anak saya ke rumah sakit. Kalo bukan kamu, saya yakin anak saya tidak akan selamat." ucap Elena sambil menatap sayu kearah Keyla yang masih menutup matanya diatas brangkar.

Karena jika dipikirkan lagi, sewaktu Keyla dibawa ke UGD, denyut nadinya lemah karena cukup lama kehabisan oksigen didalam mobil.

"Tidak usah, Tante. Saya kebetulan lewat dan melihat monil anak Tante terparkir dengan mesin menyala di jalanan sepi, saya yang penasaran langsung mengecek dan mendapati anak Tante tak sadarkan diri. Makanya langsung saya bawa kesini, dan meninggalkan mobilnya disana. Ini kuncinya." Nathan memberikan kunci mobil Keyla kepada Elena.

"Sekali lagi, makasih banyak nak Nathan." ucap Elena, disusul oleh Johan uang berterimakasih kepada Nathan.

"Iya sama-sama Om, Tante. Kalo begitu saya pamit pulang." ucap Nathan sedikit membungkuk.

"Baiklah, hati-hati dijalan nak." ucap Elena seraya menatap kepergian Nathan.

"Mama.." suara lirih itu langsung membuat Johan dan Elena menoleh dengan cepat.

"Keylaaa." ujar Elena, lalu meraba-raba tangan dan kaki Keyla. "Mana uang sakit, Key?" tanya Elena cemas.

"Gak sakit kok, Ma. Papa.." Keyla tersenyum kearah Johan, membuat Johan mengelus-elus kepalanya.

"Kamu jangan gitu lagi ya, Papa jadi khawatir." ucap Johan.

"Iya, Mama juga. Udah dikasih tau kalo mau nangis keluarin suaranya, teriak juga kalo perlu. Jangan ditahan, Key." ucap Elena.

Keyla mengangguk. "Maaf udah bikin kalian khawatir." ucap Keyla. "Keyla udah baikan, ayok kita pulang." Keyla hendak bangkit dari brangkar.

"Tapi air infus kamu belum habis. Dihabisin dulu ya. Mama ambilin resep obat dulu." ucap Elena setelah mengecek infus Keyla. Kemudian pergi ke apotek rumah sakit.

Johan membantu Keyla untuk duduk.

"Pa, maafin Keyla ya. Pasti Papa ninggalin pekerjaan penting:" ucap Keyla lirih. Biasanya orang tuanya tidak bisa meninggalkan pekerjaan masing-masing. Tapi kini mereka rela datang dan meninggalkan pekerjaan mereka.

TRAUMA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang