Trauma-2 : Pertemuan

423 22 0
                                    

        Sinar matahari mulai menggelitik wajah Keyla, rasa hangat menjalas ke permukaan wajahnya. Ia perlahan membuka matanya dan dilihatnya punggung lebar seseorang yang sedang membuka gorden jendela antara balkon dengan kamarnya.

"Bang Rafa.." ucap Keyla lirih saat mengenali orang itu.

"Udah bangun?" Rafa mendekati Keyla, lalu menempelkan punggung tangannya ke dahi gadis itu. "Udah turun suhunya." gumamnya.

Rafa adalah kakak sepupu Keyla yang umurnya berjarak 3 tahun diatas Keyla, tempat tinggalnya tidak jauh dari sini. Ia sering main ke rumah Keyla, setidaknya hanya untuk menemani Keyla disaat kesepian, dan pergi lagi disaat malam hari untuk bekerja. Jika penasaran, pekerjaannya di sebuah club malam yang cukup terkenal di kota itu.

"Gue demam?" tanya Keyla heran.

"Bahkan lo gak tau?" tanya Rafa lebih heran.

Keyla menggeleng dengan wajah polosnya. "Gue ingat tadi malam gue duduk di balkon, kok demam sih?"

"Kata Mama, lo pingsan lagi dengan mata yang sembab, kayak habis nangis mungkin. ucap Rafa.

"Mama langsung telfon gue pas lagi kerja. Katanya ada pasien darurat dan gak bisa ngejagain lo, sementara Papa lagi lembur." jelas Rafa.

Keyla mendengarkan sambil mengangguk kecil. "Gue dikasih obat lo, nanti diminum." Rafa beranjak mengambil segelas air putih dan brownies.

"Nih, makan dulu browniesnya, trus minum obatnya."

Setelah menuruti perintah Rafa, Keyla melirik jam di dinding yang sudah menunjukkan pukul 10.33 AM.

"Gue ke kampus." ucap Keyla membuat Rafa menatapnya panik.

"Lo masih belum vit, oy. Absen aja dulu." ucap Rafa, sedangkan Keyla sudah bangkit seraya berjalan ke kamar mandi.

"Gak mau absen terus."

"Keras kepala.

Seperti itulah Keyla, kalau dirasanya belum sakit parah, ia akan berusaha untuk beraktifitas.

Beberapa menit kemudian, Keyla sudah rapi dengan pakaiannya.

Beberapa menit kemudian, Keyla sudah rapi dengan pakaiannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ia menuruni anak tangga perlahan, mencari keberadaan Rafa. Bay enak sudah masuk ke indera penciuman Keyla, itu berasal dari dapur.

"Key, sarapan dulu nih. Udah gue masakin sup." Rafa membawa sup di tangannya ke atas meja makan.

Keyla mengekori Rafa dan langsung duduk dihadapannya. Mereka berdua pun makan bersama diiringi pertanyaan-pertanyaan yang tak habis-habisnya.

Beberap saat kemudian, makanan di atas meja pun dihabiskan oleh keduanya. Keyla langsung bangkit dari tempat duduknya, disusul Bu Ani yang hendak membersihkan meja makan.

"Gue pamit." ucapnya lalu mengambil tas dan handphonenya di kursi.

"Hati-hati."

•••

        Perpustakaan kampus cukup ramai siang ini, Keyla sedaritadi bingung buku apa yang akan ia gunakan untuk membuat tugas proposal dari pak Enokh, dosen Keuangan. Sementara Rara menunggu di kafeteria dan lebih memilih untuk plagiat.

"Bank Indonesia kayaknya ide bagus." gumam Keyla sembari menjangkau sebuah buku yang cukup tinggi.

"Duh, susah.." gumamnya saat hendak mengambil buku di rak yang cukup tinggi.

PLETAK!

"Aww! Sakit, anjir." gerutunya sambil mengelus kepala saat buku tersebut malah jatuh ke kepalanya.

Dengan kesal ia mengambil buku yang jatuh, namun seseorang sudah lebih dulu membantunya. Orang itu mengulurkan buku tersebut.

"Makasih.." Keyla lalu mendongak, dan mendapati wajah yang cukup tidak asing. Dahinya mengernyit memikirkan sesuatu, dan yang terlintas di benaknya yaitu,

"Dia yang kemarin merhatiin gue mulu.." ucapnya dalam hati.

"Ternyata bukan hanya pendek, tapi mulutnya cerewet." ucap laki-laki tinggi di hadapannya.

"Lo kenal gue?" tanya Keyla, orang itu hanya diam, lalu pergi.

Keyla dengan kesal menatap punggungnya, "Oy, gue tanya, oy!"

Orang itu membalikkan badan, "Diam, ini perpustakaan bukan pasar." celetuknya lalu pergi meninggalkan Keyla yang kesal sendiri.

Setelah mendapatkan buku yang ia inginkan, Keyla menyusul Rara di kafeteria kampus.

"Kenapa wajah lo asem gitu?" tanya Rara heran, sambil memakan sesuatu.

"Gue ketemu arah jam 2 itu lagi." jawab Keyla sembari mengaduk-aduk makanannya.

"Terus dia bilang apa?"

"Gue pendek dan cerewet."

"Lah emang iya." ucap Rara lalu tertawa.

Keyla menatap Rara tambah kesal. "Apa sih lo."

"Terus katanya dia kenal sama lo?" tanya Rara lagi, sambil melahap makanannya.

"Gak jawab." balas Keyla dengan wajah cemberut.

"Lagi omongin gue?" sahut seseorang dengan nampan di tangannya bersama 2 orang temannya. Keyla dan Rara sontak menoleh ke sumber suara.

Ketiga laki-laki itu langsung duduk di meja yang sama dengan Keyla dan Rara.

"Siapa sih lo? Sok kenal." tanya Keyla cukup penasaran walaupun sebenarnya tidak peduli.

"Gimana lo bisa kenal gue, waktu itu aja lo gak sadarkan diri." jawab orang itu memberikan clue.

"Oh jadi lo yang nyelamatin gue waktu itu?" Keyla baru mengingatnya, setelah kejadian itu Mamanya memberitahu bahwa seseorang membawanya ke rumah sakit.

"Nah.." orang itu lanjut memakan makanannya.

"Siapa, Key?" tanya Rara yang masih penasaran.

"Dia yang nyelamatin gue waktu pingsan di pinggir jalan, namanya gue gak tau." jawab Keyla dengan suara pelan.

"Kenalin, gue Nathan. Dan ini sohib gue, Brio sama Geo." ucap Nathan, lalu memperkenalkan teman-temannya.

"Eh mobil gue." Keyla menunjuk laki-laki yang bernama Brio. Semuanya terkekeh.

"Nama gue Mario. Nathan sialan!" sahut Mario. Sementara Nathan tak menghiraukannya, malah makan cepat.

"Btw, selamat makan." ucap Nathan kepada Keyla dan Rara yang belum menghabiskan makanan mereka. Nathan dan dua temannya berdiri dengan nampan yang sudah kosong di tangan mereka.

"Anjir, cepet banget abisinnya." ujar Rara tak habis pikir. Sementara Keyla mulai melanjutkan makanannya.

.
.
Bersambung..

TRAUMA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang