Di taman kampus yang tak jauh dari kafeteria, Keyla sedang mengerjakan tugas proposal yang belum selesai ia buat, ditemani Rara yang sedang memainkan ponselnya sambil sesekali menyeruput Lemon Tea.
Matahari yang menerobos ke sela-sela pohon membuat penglihatan Keyla terganggu. Tangan kirinya terulur ke atas untuk setidaknya menghalangi sinar matahari langsung ke matanya.
"Key, pindah aja yuk. Lagian disini sulau men." ucap Rara.
"Gakpapa, gue suka anginnya enak." ucap Keyla yang masih fokus ke macbook applenya.
"Yaudah deh. Gue ke toilet bentar." ucap Rara yang diiyakan Keyla.
Tangannya yang mulai pegal membuatnya menurunkan tangannya, dan sinar matahari kembali mengganggu penglihatannya. Keyla menyipitkan matanya sambil berusaha fokus ke macbook itu lagi.
Beberapa saat kemudian, ia merasakan sinar matahari tidak lagi terpancar ke matanya. Keyla yang sadar pun langsung membuka suara. "Cepet ganget ke toiletnya." Namun tidak ada balasan.
"Nanti lo pegel, udah.. sono." Keyla menepis pelan tangan itu sambil menatap Rara malas.
Dug..
Bukan Rara yang Keyla dapati, tapi laki-laki bertubuh tinggi yang selalu dengan tiba-tiba menghampirinya di tempat dan waktu yang tak bisa diperkirakan. Laki-laki itu menatapnya dengan tatapan bertanya, seolah menanyakan kenapa Keyla seperti terdiam seketika.
"Lo kenapa ada di saat-saat tak terduga sih, oy?" tanya Keyla.
"Cuma mau bantuin lo. Lo terganggu dengan sinar matahari kan, gue bantuin biar lo gak terganggu lagi." ucap Nathan sambil mengulurkan tangannya ketas lagi.
"Gue malah lebih terganggu dengan sikap lo." ucapan Keyla membuat Nathan menghentikan aksinya. Kemudian duduk disamping Keyla.
"Sini, biar gue bantuin." Nathan mengambil alih macbook dan buku tebal di depan Keyla.
"Lo pasti gak ngerti, awas." Keyla mengambil macbook dan bukunya lagi.
"Gue ngerti kok, nanti lo jelasin."
"Buang-buang waktu. Minggir."
Nathan pasrah lalu memandang Keyla dengan serius. "Tangan lo udah sembuh?" tanyanya.
"Gue lagi fokus." ucap Keyla.
"Ntar temenin gue ke perpus yuk." ucap Nathan lagi, Keyla membuang nafasnya kasar. "Tinjauan pustaka gue kurang." tambah Nathan.
"Diem deh." Keyla mulai kesal.
"Gue lagi gak punya temen nih." bujuk Nathan.
Keyla menatapnya malas bercampur kesal, "Okey, okey. Lo bisa diem sekarang?"
"Iya."
•••
Keyla menjatuhkan tubuhnya ke atas kasur queen size. Matanya menatap kosong ke arah langit-langit kamar, sedangkan otaknya memutar ulang kejadian di taman kampus tadi. Kejadian saat Nathan menghalangi sinar matahari di matanya.
Jantungnya sedikit berdebar.
Saat tersadar, Keyla langsung terduduk sambil menggeleng kepalanya cepat.
"Apa sih, mending selesain tugas proposal." ucapnya pada diri sendiri. Lalu bangkit mengambil notebook apple dan buku tebal di atas meja belajarnya.
Keyla meletakkan notebook dan buku moneternya diatas kasur seraya menjatuhkan tubuhnya kesana.
Mulai menghidupkan notebook, membuka buku moneter yang sudah ia beri tanda pembatas di buku itu. Mulai konsentrasi.
KAMU SEDANG MEMBACA
TRAUMA
FanfictionDia cantik, bagaikan dedaunan musim gugur yang berjatuhan. Tapi, dia gadis yang paling hancur seperti bagaimana daun itu terpisah dari rantingnya. Seseorang yang selalu tertawa di balik luka. Seseorang yang selalu memberi kebahagiaan untuk orang lai...