Part 11

650 94 25
                                    

Hari ini krist membawa singto ke rumah sakit tempatnya berkerja, dia ingin singto melakukan terapi.

"Sing, apa kamu mendengarkan daddy?" Ucap krist, saat ini krist memang tengah mengajak singto berbicara namun singto terus bermain mobil-mobilan di atas meja.

Krist mengambil mobil yang di pegang singto hingga membuat singto menatap ke arah krist.

"Kembalikan mobil sing, dad!!" Ucap singto marah.

"Tidak, turun dari atas meja dan dengarkan daddy bicara" ucap krist.

"Hikkss... D-daddy jahat!! Sing tak ingin turun!!" Teriak singto.

"Sing, bukankah sing sudah dewasa? Tubuh sing besar, ayo bicara dengan daddy, duduk di kursi dengan benar" ucap krist.

"Tak mau!!!"

"Hanya sebentar"

"Tidak!"

"Baiklah, daddy pergi" ucap krist sembari beranjak dari kursinya dan berjalan keluar dari ruangannya meninggalkan singto sendiri.

Terdengar suara tangisan singto menggelegar di dalam ruangan krist namun krist mengabaikan itu.

Singto tak boleh terlalu di manja olehnya, dia tak boleh terlalu sering membiarkan singto bersikap layaknya anak kecil.

Krist ingin singto bersikap layaknya pria dewasa, jika krist membiarkan singto melakukan hal kekanak-kanakan sesuka hatinya kapan singto akan sembuh? Dia akan terus hidup seperti itu.

Krist yakin, jika di biasakan dan di ajari dengan benar singto bisa sembuh. Apa lagi itu hanya trauma bukan penyakit sejak lahir.

Hampir 2 jam krist berada di kantin, sekarang dia berjalan kembali keruangannya dengan membawa susu untuk singto.

Krist membuka pintu ruangannya dan melihat singto menangis dengan duduk di lantai bawah meja.

"Sing" ucap krist.

"Hikkss... Hikksss... Daddy jahat!" Gumam singto.

Krist menghampiri singto dan berjongkok menyamakan posisi tubuh mereka.

"Pergi!!! Sing benci daddy!!! Pergi!!! Tak ada yang sayang sing!!! Sing benci daddy!!! Pergi!!!" Teriak singto.

Singto tantrum dengan memukul tubuh krist dan krist berusaha menenangkan itu.

"Sing, dengarkan daddy dulu. Jangan seperti ini" ucap krist.

"PERGI!!! HIKSS... SING BENCI DADDY!!!"

Krist langsung memeluk tubuh singto agar berhenti mengamuk, krist menggendong singto dan membawanya ke sofa, ia duduk di sofa dengan singto yang berada di pangkuannya, singto masih menangis histeris dan masih berusaha memukul krist sedangkan krist berusaha memegang tangan singto agar tak memukulnya.

"Hey, bukankah sing ingin berkencan dengan daddy? Berkencan hanya bisa di lakukan oleh orang dewasa, jika sing seperti ini kita tak akan bisa berkencan" ucap krist.

"Daddy ingin sing bersikap layaknya pria dewasa, sing boleh bermain tapi di waktu-waktu tertentu, jika daddy mengajak sing berbicara sing harus menghentikan permainan sing dan fokus mendengarkan daddy, karna pria dewasa jika di ajak bicara dia akan fokus mendengarkan bukan bermain" ucap krist.

"Dan pria dewasa tak menangis seperti ini" ucap krist lembut.

Krist menghapus air mata singto dan mengusap matanya yang membengkak.

Krist mencium kedua mata singto dan tersenyum ke arah singto.

"Jangan seperti ini lagi, daddy sangat menyayangi sing, daddy bahkan mencintai sing, daddy hanya ingin sing sembuh" ucap krist.

Guardian angel ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang