Di sisi lain seorang gadis bernama Michellea itu terlihat sedang terduduk sendiri di salah satu gerai Starbuck yang berada di kota Bandung. Tangan nya asyik memainkan ponsel yang kini berada di genggaman nya, dengan segelas Caramel Macchiato dingin yang sejak tadi sudah ada di hadapan nya namun belum gadis itu sentuh sama sekali.
Kembali ia melirik ke arah jam tangan yang melangkar indah di tangan putihnya, setengah jam berlalu sejak tadi saat seorang lelaki menjanjikan untuk bertemu dengan nya di sini.
Namun sampai saat ini pun batang hidung lelaki itu belum terlihat muncul menampakan wujudnya.
Acell menghela nafas pelan, lalu mulai menyeruput minuman dingin nya yang kini sudah terasa sedikit hambar akibat ia diamkan terlalu lama.
Pusing memainkan ponsel nya akhirnya gadis itu memilih untuk melihat keadaan sekitar, sebenarnya dirinya mau tak mau menerima tawaran Jaden yang ingin bertemu, lagi pula untuk apa, tak perlu ada yang di bicarakan seandainya kini Jaden meminta bertemu dengan alasan perasaan yang dia rasakan.
"Ini perasaan gue, jadi ini urusan gue".
Rintik hujan kini mulai turun membasahi kota Bandung, Acell yang terduduk tepat di pinggir kaca besar di gerai tersebut bisa dengan jelas melihat percikan percikan kecil air yang mulai jatuh menyentuh tanah.
Lalu matanya menangkap sosok yang ia kenal di ujung jalan sana, terlihat lelaki itu sedang berdiri dengan satu payung di tangannya yang menaungi dirinya juga seorang wanita cantik di sisinya.
Tak lama setelah itu sebuah Taxi berhenti tepat di hadapan mereka, dengan perlahan Jaden menuyun Jemima untuk masuk ke dalam sana. Lalu melambaikan tangan nya sesaat setelah Taxi itu pergi dengan membawanya Jemima di dalam nya.
Acell melihat Jaden mengembalikan payung tersebut kepada salah satu anak kecil yang berjejer di sana, lalu memberikan uang lembaran dua puluh ribu padanya, kini lelaki itu mulai menyeberang menuju ke arah dimana ia berada.
"Maaf Cell, nunggu lama ya" ujar Jaden, sesaat setelah lelaki itu sampai tepat di hadapannya. Jaden segera duduk, jaket yang ia pakai terlihat basah akibat terkena cipratan hujan tadi.
Gadis itu tersenyum kecut " gak lama kok, baru setengah jam" balasnya semu.
Jaden menghela nafas pelan "Maaf ya Cel, tadi tiba-tiba di suruh nganterin Mama dulu ke supermarket" sesal Jaden.
Lagi dan lagi perkataan lelaki itu hanya bisa membuat Acell tertawa dalam diam.
"Kenapa mesti bohong kak?" Batin nya dalam hati.
Namun yang terjadi gadis itu hanya bisa menganggukan kepalanya sebagai sebuah jawaban, memilih untuk diam atas sebuah kebohongan yang ia dapatkan.
"Ada yang mau gue omongin sama lo Cell" ucap Jaden. Lelaki itu terus saja menundukkan wajah nya seperti menghindari dari saling tatap dengan mata wanita yang berada di hadapan nya kini.
"Ada apa?" Tanya Acell datar.
"Gue mau minta maaf" kini lelaki itu menatap Acell dengan pasti. "Maaf karna udah buat lo kecewa" lanjut nya lagi.
Meski sakit yang di rasakan Acell kini, namun gadis itu memilih untuk terlihat tegar dan mencoba berusaha tertawa seakan-akan yang baru saja Jaden ucapkan adalah lelucon belaka baginya.
"Jangan mengasihani gue Kak" balas Acell. Alih-alih balik menatap lelaki itu, kini Acell lebih memilih untuk memainkan tisu yang berada di hadapan nya.
"Gue gak tau kalo selama ini lo suka sama gue" ucap Jaden lagi, dengan sesak Acell mencoba menarik nafas dalam, menghirup udara dingin yang kini terasa begitu panas bagi dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BEFORE I DIE
चिक-लिटKetika kamu merasakan sakit, terkadang yang kamu fikirkan adalah bagaimana caranya menghindar ataupun pergi, bahkan terkadang rasanya kamu hampir ingin mati, tapi sesungguhnya yang kamu butuhkan adalah sebuah ketenangan, maka pergilah ke suatu tempa...