"Kita usahain bahagia itu bareng-bareng ya"
Gadis itu terduduk lesu di balkon kamarnya, melihat ke arah halaman rumah nya yang kini sudah mulai ramai di penuhi dengan para tamu undangan.
Suara musik terdengar menggelegar begitu keras, mengisi penuh ruang pendengaran nya, setelahnya Naura memutuskan untuk masuk ke dalam, membaringkan tubuh kecil nya di lantai yang dingin.
Sejenak ia menutup matanya perlahan, berharap sebuah degupan kencang di dadanya kini dapat di hentikan, namun percuma saja, ternyata itu tidak membantu sama sekali.
Ia mencoba menarik nafas dalam-dalam, berusaha menenangkan dirinya sendiri dan memberikan apresiasi, ia sendiri tak mengerti apa yang tengah di alami nya kini, tiba-tiba saja rasa sakit yang dulu pernah ia rasakan seakan kembali menyeruak dalam, hatinya terasa begitu cemas dan gelisah.
Sebelum akhirnya pintu kamar gadis itu terbuka, Naura yang menyadari ada seseorang yang masuk langsung membuka kan matanya lebar, di sana berdiri Gavin dengan sebuah boneka rajut berwarna putih muda di tangan nya.
Tanpa berucap sepatah kata pun, kaki lelaki itu melangkah masuk, menghampiri Naura lalu ikut membaringkan tubuh kekar nya tepat di sisi gadis itu.
Ia ikut memejamkan matanya, lalu tangan nya bergerak menggapai jemari mungil Naura.
"Selamat ulang tahun ke 18 Naura, kita usahain bahagia itu bareng-bareng ya".
Masih dengan mata yang terpejam lelaki itu berkata dalam lirihnya.
Naura terdiam seakan tak memiliki jawaban, ia memperhatikan wajah rupawan itu dari samping, wajah yang selalu terlihat tenang dalam menghadapi nya, wajah yang selalu terlihat bahagia saat bersama dengan nya, juga wajah yang selalu menjadi rumah untuk pulang dirinya.
"Gavin" bukan nya menjawab atas ucapan tadi, gadis itu malah menyebut nama lelaki itu pelan.
Gavin membuka mata nya perlahan, lalu memiring kan badan nya agar bisa menghadap ke arah Naura dengan sempurna.
"Jangan pernah lepasin pegangan gue ya" pinta gadis itu, tangan nya yang masih saling bertaut ia arahkan ke dada nya yang kini berdegup kencang.
Gavin jelas bisa merasakan detak jantung Naura yang kini sudah tak karuan, seakan mengerti lelaki itu kini mengangkat tubuh Naura untuk ikut duduk dengan nya, lalu setelahnya ia memeluk Naura dengan begitu erat.
"Selagi gue ada di dunia, lo gak bakal menghadapi semua ketakutan itu sendirian Naura" ucapnya, tangan kekar itu kini mengelus kepala Naura dengan begitu lembut.
Air mata Naura yang mulai mengalir kini telah membasahi kemeja corak yang lelaki itu kenakan.
"Lo rumah buat gue Vin" lirih Naura di sela tangis nya.
"Lo segalanya Naura" balas Gavin.
Tangan lelaki itu kini terangkat mengusap lembut air mata yang membasahi pipi gadisnya, lalu detik selanjutnya ia memberikan kado ulang tahun itu pada Naura.
Sebuah boneka rajut berwarna putih dengan bentuk love berwarna pink di bagian dada nya, Naura langsung menerima nya dengan senyuman yang begitu merekah.
"Made in Gavin Adrian Wijaya" pamer lelaki itu sombong, Naura menerima boneka itu kecil itu dengan senyum yang mengembang.
"Ini lo buat sendiri?" Tanya Naura merasa sedikit tidak percaya, Gavin menganggukan kepala nya yakin sebagai sebuah jawaban.
"Lo serius bisa bikin yang beginian?" Seakan masih tak percaya dengan pengakuan kekasihnya. gadis itu masih saja terus melayangkan sebuah pertanyaan.
"Iya Naura, gue bikin ini sambil liat tutorial nya di YouTube" jelas Gavin meyakinkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
BEFORE I DIE
ChickLitKetika kamu merasakan sakit, terkadang yang kamu fikirkan adalah bagaimana caranya menghindar ataupun pergi, bahkan terkadang rasanya kamu hampir ingin mati, tapi sesungguhnya yang kamu butuhkan adalah sebuah ketenangan, maka pergilah ke suatu tempa...