✎ Chapter (24)

19 2 0
                                    

Gadis itu masih setia berdiri di penghujung lapangan, menunggu kekasih nya selesai bermain basket dengan teman-teman nya yang lain, terlihat buliran keringat yang mulai turun membasahi kedua pelipisnya.

Naura mengusap dahi nya pelan, jujur saja ia kini merasa sedikit pusing karna panas matahari yang terasa begitu menyengat di hari ini, namun ia bertekad untuk akan terus berdiri di sini sampai Gavin mau menghampiri nya, Naura jelas butuh sebuah penjelasan atas apa yang sebenarnya telah terjadi.

Hingga permainan telah usai dengan sempurna, Naura langsung berlari menghampiri lelaki itu.

"Kantin yu". Tepat ketika Naura telah berada di hadapannya, Gavin mengajak Jaden serta Darell untuk pergi meninggalkan lapangan.

"Ngapain?" Tanya Jaden.

"Beli minum" jawab Gavin dingin, seakan mencoba mengabaikan Naura dengan tangan nya yang sudah sejak tadi menyodorkan sebotol Aqua pada lelaki itu.

Jaden dan Darell pun terlihat kebingungan dengan sikap Gavin kini, tak biasanya Gavin marah seperti itu pada kekasihnya, secara dia adalah makhluk paling bucin yang pernah ada di muka bumi ini.

"Ini aku bawain minum Vin" Naura mencoba kembali berbicara, meskipun dada nya kini terasa begitu sakit, ia terlalu takut dengan sikap yang Gavin tunjukan kini, ia begitu takut Gavin akan meninggal kan nya lagi.

"Gak nyuruh" lagi-lagi dengan dingin Gavin kembali menjawab, bahkan lelaki itu berbicara tanpa melirik ke arah Naura sedikit pun.

"Cabut duluan ya" seakan-akan Naura memang tak ada di dunia ini Gavin terlihat berpamitan pada Darell dan Jaden.

Naura mengangkat alis nya ke arah Jaden dan Darell seakan bertanya ada apa dengan kekasih nya itu.

Namun Darell dan Jaden juga ikut kebingungan, karna sejak tadi pagi Gavin memang biasa saja, seperti nya lelaki itu hanya marah pada Naura.

Tak mendapatkan jawaban akhirnya Naura mencoba menyusul Gavin ke parkiran, di sana ia melihat Gavin yang sudah siap masuk ke dalam mobil, dengan berlari Naura menghampiri ke arah mobil itu lalu masuk ke dalam nya meskipun tanpa persetujuan dari Gavin.

"Gue gak bisa nganterin lo pulang" ucap Gavin dingin, lelaki itu melempar tas ransel ke kursi belakang mobil nya dengan sembarang arah.

"Kamu kenapa?" dengan to the Point Naura bertanya, dirinya kini jelas benar-benar membutuhkan alasan yang jelas tentang mengapa kini Gavin bersikap begitu padanya.

"Turun" bukan nya menjawab, lagi-lagi Gavin hanya menyuruh gadis itu untuk pergi.

"Vin, gak lucu deh" ucap Naura kesal.

"Lo liat muka gue, kaya lagi becanda ga?" Gavin menarik dagu gadis itu hingga Naura kini dengan jelas bisa melihat mimik muka marah yang  tercetak jelas di wajah lelaki itu.

Tangan Naura terangkat guna meraih lengan kekar Gavin "kamu kenapa Vin?" dengan lembut gadis itu masih mencoba untuk kembali bertanya.

Namun Gavin malah menepis lengan mungil itu dengan kuat, hingga tangan Naura terpental dan mengenai dasbor mobil dengan keras, Naura meringis kesakitan, memegangi tangan nya yang kini terasa sedikit ngilu.

"Gue bilang turun Naura" dengan tegas, kembali Lelaki itu  menyuruh Naura untuk keluar dari mobil nya.

Naura yang tak kuasa menahan bendungan air mata nya yang kini sudah siap keluar memilih untuk turun dari sana dan langsung berlari ke arah toilet wanita. Gadis itu menangis dengan sejadi-jadinya di sana, ia memegangi dada nya yang kini terasa begitu sesak.

Naura kebingungan, sebenarnya apa yang telah terjadi pada Gavin hingga ia bisa menjadi semarah itu pada dirinya.

Tiba-tiba sebuah notifikasi menyala dari ponsel nya, menandakan bahwa ada sebuah pesan yang telah masuk ke dalam sana.

BEFORE I DIE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang