✎ Chapter (27)

8 1 0
                                    

Dengan sisa kesadaran yang ada, dengan tergopoh Aziel berusaha mendekati tubuh Naura yang sudah terbujur kaku. Setelahnya lelaki itu langsung memeluk tubuh Naura dengan begitu erat, melihat botol obat yang tergeletak di samping Naura membuat dada nya kian sesak.

Ia menangis dengan begitu dalam, semakin merekat kan pelukan nya pada gadis itu, Aziel tak pernah menyangka, ketakutan tentang Naura yang selama ini selalu menghantui nya terjadi juga.

Rasa sesak begitu menyeruak dalam dadanya, ia menyesal tak menepati janji nya dulu, tentang dirinya yang selalu akan berada di sisi Naura, tentang janji pada dirinya sendiri bahwa ia akan selalu berusaha untuk kebahagiaan Naura, janji nya untuk tidak pernah meninggalkan Naura dan janji nya untuk memberi tahu pada Naura bahwa sejahat apapun dunia masih akan ada satu orang yang tersisa, yang akan mencintai nya dengan begitu tulus dan Aziel ingin Naura tahu bahwa dirinya pantas untuk menjadi orang terakhir itu.

Namun dengan adanya Gavin, rasanya semua mimpi itu tinggalah semu, Aziel tau Naura begitu mencintai Gavin, begitu pun sebaliknya, namun jika memang itu keadaan nya, mengapa hal seperti ini bisa kembali terjadi? dimana Gavin kini? Mengapa ia tak ada di samping Naura kala gadis itu merasakan kesusahan?.

Beribu pikiran kini menyerang kepala nya, hingga ia tersadar untuk memeriksa detak jantung Naura.

Jantung gadis itu masih berdetak, meski terasa lemah.

Tanpa berfikir panjang, dengan sigap Aziel langsung mengangkat tubuh Naura lalu membawanya keluar untuk pergi ke rumah sakit.

✰✰✰✰

Jam menunjukan pukul 4 dini hari, ketika Acell datang lengkap dengan baju tidur yang masih ia kenakan, rambut nya yang masih berantakan, dan kaos kaki yang melekat di kaki nya menunjukan bahwa gadis itu memang benar-benar baru terbangun dari alam mimpinya ketika ia menuju ke sini.

Setelah sampai di UGD tadi, untung saja Naura langsung bisa di tangani, Aziel pun tak lupa untuk memberi kabar pada Acell dan yang lain nya, kecuali Gavin, rasanya untuk memberi tahu keadaan Naura sekarang saja ia begitu tak sudi.

"Naura dimana Kak?" dengan mata sembab nya Acell datang menghampiri Aziel tanpa berbasa-basi.

Aziel menjawab dengan menghadapkan kepala nya ke ruangan yang berada tepat di depan mereka, memberi tahu Acell bahwa gadis malang itu kini berada di dalam sana.

Tanpa meminta persetujuan. Acell langsung berjalan, berniat untuk masuk ke dalam sana, namun Aziel menahan nya, lelaki itu meminta Acell untuk menunggu dan duduk di samping nya karna sampai saat ini pun kesadaran Naura belum kembali.

"Sebenernya apa yang udah terjadi Cell?" Aziel mencoba bertanya pada gadis itu.

"Gue gak peduli mau itu privasi atau apapun, gue mau tau tentang apa yang udah Naura alami akhir-akhir ini" lanjutnya lagi.

"Naura kenapa kak?" bukan nya menjawab, Acell malah kembali melemparkan sebuah pertanyaan.

"JAWAB PERTANYAAN GUE, AKHIR-AKHIR INI APA YANG UDAH TERJADI SAMA NAURA? APA YANG MEMBUAT DIA BEGITU PUTUS ASA SEKARANG?" tanpa sadar Aziel membentak gadis itu, keadaan lorong rumah sakit yang masih sepi membuat suara bariton nya kian menggelegar.

Acell yang merasa terkejut langsung memegangi dada nya kuat, ia tak menyangka bahwa Aziel akan marah seperti ini.

Menyadari Acell yang terkejut dengan sikap nya, membuat Aziel merasa bersalah, ia mencoba menarik nafas dengan begitu dalam, lalu mengusap bahu Acell pelan.

"Sorry Cell, gue cuma kebingungan aja sekarang, gue hancur Cell. Gue hancur liat Naura yang udah tergeletak begitu aja di kamarnya, gue saksinya Cell. Dia mencoba bunuh diri lagi" tak kuasa menahan tangis akhirnya air mata lelaki itu kembali mengalir lagi.

BEFORE I DIE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang