Sekuat apapun keyakinan yang sejak dulu selalu ada dalam hatiku. Kini aku tau bahwa Semua itu hanyalah hayalan semu.
Bahkan perihal janji yang pernah kita panjatkan berdua. Jika memang semesta tidak bekerja untuk mengijjnkan kita bersama maka berpisah akan menjadi akhir dari segalanya.
***
Setelah pertemuan terakhir itu.
Semesta bekerja sebagaimana semestinya. Tentang aku dan kamu yang kini sudah tidak lama bersama. Tak ada lagi temu apalagi sapa.
Hanya menjadi dua orang asing yang selalu saling mencuri pandangan. Bahkan di tengah keramaian, mata ini masih selalu berputar mencari sosok mu. Begitupun dengan dua bola matamu yang kerap kali ku temukan sedang terarah padaku.
Ternyata. Membohongi perasaan sendiri memang semenyakit-kan itu.
Namun ada satu tanya ku pada Tuhan. Tentang mengapa yakin masih melekat kuat di hati yang sudah di ikhlaskan untuk usai.
***
Gadis itu mengangkatkan kepala nya lurus ke depan. Dengan bola mata-nya yang melirik acak ke arah beberapa kendaraan dan manusia yang berlalu lalang di hadapan nya.
Awan hitam yang datang tanpa di undang kini mulai menghampiri langit di atasnya.
"Sebentar lagi akan hujan" monolog nya dalam hati.
Ia menggigit bibir bawahnya pelan. Mulai khawatir karna go-jek yang di pesan nya belum juga datang.
Tak perlu menunggu waktu lama.
Hingga akhirnya rintikan air itu turun dengan begitu deras, Membasahi seluruh tanah bumi di sekitarnya.Naura memundurkan sedikit dirinya ke belakang. Mencoba menyelamatkan sepatu hitam nya yang mulai basah karna terkena cipratan air hujan.
"Ting".
Dengan cepat, kembali ia keluarkan ponsel yang semula sudah berada dalam saku-nya. Benar saja, pemberitahuan dari gojek.
Meminta maaf pada gadis itu agar bisa meng-cancel pesanan nya. Terkena macet dan hujan yang begitu deras menjadi sebab utamanya.
Kembali, gadis itu menghela nafas panjang.
Ia melirik ke arah sekitar, keadaan sekolah yang mulai sepi, di halte pun kini hanya menyisakan gadis itu seorang diri.
"Mungkin tunggu sampai reda saja" monolog nya lagi.
Naura kembali mendudukan badan-nya di kursi, hingga beberapa menit kemudian sebuah mobil yang benar-benar ia ketahui pemiliknya berhenti tepat di depan halte itu.
Hingga memuncul-kan sosok lelaki tinggi dengan jaket di kepala nya yang langsung berlari ke luar dari dalam sana.
"Pulang bareng, mau?" Sapa nya to the Point.
Naura terdiam sejenak. Menatap heran ke arah lelaki yang kini berdiri tepat di hadapan nya.
"Lagi dan lagi, kenapa selalu manusia ini yang datang ketika sedang, sangat di butuhkan".
Batin gadis itu."Kak Ziel ngapain ada di sini?" Bukan-nya meng-iyakan atas ajakan itu, Naura justru malah melemparkan pertanyaan padanya.
"Tadinya mau jemput Jemima. Cuma ternyata udah balik duluan, bareng Jaden" jawabnya cepat.
Naura menganggukan kepalanya pelan tanda mengerti. Walaupun terlihat getir, namun kini senyuman kecil itu terukir di wajah cantiknya.
Bukan, itu jelas bukan senyuman kebahagiaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
BEFORE I DIE
ChickLitKetika kamu merasakan sakit, terkadang yang kamu fikirkan adalah bagaimana caranya menghindar ataupun pergi, bahkan terkadang rasanya kamu hampir ingin mati, tapi sesungguhnya yang kamu butuhkan adalah sebuah ketenangan, maka pergilah ke suatu tempa...