bag 02. Mimpi.

654 82 0
                                    


*****

3 month letter ..,

"Bagaimana suster?" Nyonya Xiao tersenyum melihat putranya turun dari treadmill. Sambil memberikan handuk kecil padanya untuk menyeka keringat nya.

"Sejauh ini, perkembangan nya cukup bagus. Bagaimana Tuan Muda? Apa ada perbedaan?" Xiao Zhan menjawab sambil tersenyum ramah.

"Lebih baik dari sebelumnya. Ku pikir napasku lebih ringan dari sebelumnya."  perawat balas tersenyum.

"Menjaga kesehatan jangan lupa meminum obat, dan ..."

"Check up secara berkala ..." ucap perawat itu secara bersamaan dengan Xiao Zhan. Sang perawat tertawa.

"Jie, aku sudah tau dan akan mengingatnya, aku sudah mendengar hal itu puluhan kali hari ini." Xiao Zhan bersungut kesal, lalu mengambil gelas berisi air putih.

"Kau sudah selesai?"

"Ge!" Xiao Zhan berlari dan memeluk Kuan, begitu pria itu menunjukkan wajahnya.

"Hati-hati, jangan berlari." Xiao Zhan tersenyum sangat manis.

"Tenang saja, Ge. Aku sudah sembuh sekarang!"

"Aku senang mendengarnya." Kuan mengacak rambut Xiao Zhan saat pria manis itu melepas pelukannya.

"Ada apa, Ge. Tidak biasanya kau datang di saat ini." Kuan jarang datang ke rumah Xiao Zhan, karena Kuan sudah memiliki rumah sendiri, dia adalah seorang tentara angkatan Udara, dia jarang ada di rumah, sesekali datang menemui Xiao Zhan hanya untuk membuat adiknya itu senang. Kuan berjalan menuju ruang tengah di ikuti Xiao Zhan di belakangnya.

"Aku ingin berpamitan." Xiao Zhan langsung berubah sedih.

"Apa kau akan pergi lagi?"

"Ada urusan mendesak yang tidak bisa aku abaikan."

"Apa itu tentang bencana alam itu?" Kuan menghela napasnya, ternyata adiknya tau.

"Ya, sebentar lagi salju turun, di sana banyak sekali orang yang membutuhkan bantuan."

"Kenapa kau harus pergi, Ge. Kau kan atasannya, suruh saja bawahanmu untuk pergi ke sana." Kuan terkekeh pelan.

"Mana bisa seperti itu, justru karena aku adalah atasan, aku harus memberi contoh pada bawahanku. Bukankah begitu?" Xiao Zhan mengangguk mengerti.

"Ya kau benar."

"Jadi, jaga dirimu baik-baik. Aku tidak bisa datang dalam waktu dekat, keadaan di sana tidak baik, jadi akan membutuhkan waktu lama untuk menyelesaikannya."

"Apa satu minggu cukup?" Kuan menggeleng.

"Tidak, setidaknya tiga bulan. Itupun jika tidak ada longsor dan gempa susulan."

"Aku tidak ingin kau terluka, Ge. Ku mohon kembalilah dengan selamat." Kuan berdiri tegak dan memberikan hormat pada adiknya.

"Laksanakan!" ucapknya tegas. Xiao Zhan menitikan air matanya, lalu segera memeluk Kuan dengan erat.

"Kau harus kembali dengan selamat, jangan ada luka sedikitpun."

"Aku hanya datang sebagai bala bantuan bukan ingin pergi berperang!" Kuan menggeleng pelan, adiknya itu berlebihan.

"Tetap saja, kau harus kembali tanpa luka. Jika ada satu goresan saja di tubuhmu, aku akan menghukummu! Kau paham!" Kuan mengangguk dan berkata dengan suara dalam miliknya.

"Tenang saja, aku betjanji akan kembali secepat mungkin. Kau juga harus menjaga dirimu."

"Mn, pasti!"

*****

   Xiao Zhan berbaring dengan nyaman, dia bersiap tidur karena waktu sudah hampir tengah malam. Saat baru saja memejamkan mata, Xiao Zhan tiba-tiba terbangun di sebuah pantai kosong, tak ada siapapun selain dirinya. Tempat itu begitu trnang, tanpa ada suara sedikitpun, bahkan suara ombak saja tidak ada.

"Halo, apa ada orang?" teriaknya. Tak ada tanggapan, "siapapun, apa ada orang?" Xiao Zhan berjalan perlahan untuk melihat sekitar, tapi tempat itu benar-benar sepi dan hanya ada dirinya sendiri.

"Dia ..." Xiao Zhan berhenti melangkah dan menoleh kebelakang, baru saja dia mendengar seseorang berbicara. Xiao Zhan kembali mrlihat sekeliling dan terkejut saat melihat seornag gadis berdiri tersenyum ke arahnya.

"Nona, siapa kau, apa aku mengenalmu?" gadis itu hanya tersenyum dan menghilang lagi. Xiao Zhan memanggil-memanggil dengan berteriak tapi tetap tidak ada tanggapan.

"Jaga dia ..." Xiao Zhan terkejut saat gadis itu sudah memeluknya dari belakang dan berbisik dengan suara pelan. "Jaga dia ..."

"Hah!" Xiao Zhan membuka mata, ternyata itu mimpi? Tapi pria yang dia lihat sebelum dia terbangun itu ... Siapa?

*****

Salju Yang PanasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang