[GUESS WHO IS THAT ON MULTIMEDIA?]
Sunny day. Udara di London jauh dari ekspektasiku. Panas matahari sangat menyengat, tak jauh berbeda dengan Jakarta, i think. Aku memasuki mobil Land Rover Hitam milik Harry dan duduk di passanger seat. Aku menatap ke arah jendela menikmati pemandangan sepanjang jalan menuju London.
Harry mengajakku untuk bertemu dengan keempat sahabat idiotnya, siapa lagi kalau bukan Zayn, Niall, Liam dan Louis. Harry mengatakan, jika Zayn sudah merindukan lelucon-leluconku, Niall sudah merindukan masakanku, Liam merindukan suara tertawaku dan Louis merindukan- oh i don't know, Harry mengatakan tadi Louis tidak merindukanku. Dia malah tidak mau aku berada didekat mereka, kau pasti bertanya mengapa. Dia tidak ingin memiliki saingan Sassy Master. Tidak logis sebenarnya alasan Louis, ya namanya juga Louis. Menurutnya apa yang dia bicarakan selalu benar. Aku salut pada Eleanor yang cukup bertahan dengan sifatnya yang terkadang freak. Bahkan lebih dari itu.
"Apa yang sedang kau fikirkan?" Tanya Harry tiba-tiba seraya mengusap pelan punggung tanganku.
"Keempat sahabatmu yang idiot." Kataku seraya tersenyum.
Gelak tawa Harry seketika lepas dan menggema di telingaku.
"Kau merindukan mereka?"
"Sangat. Bahkan melebihi rinduku padamu." Jawabku enteng.
"Oh benarkah?" Tanyanya dengan tatapan sarkastik. Persetan dengan tatapan menyebalkannya. Aku tau dia menggodaku.
"Stahp it Haz. Fokus dengan jalanan yang ada didepan matamu."
"Didepan mataku itu, kamu."
"Harry bukan saatnya untuk gombal."
"Sungguh, aku tidak sedang menggombal."
"Hentikan. Atau aku turun sekarang juga."
"Silahkan saja. Memangnya kau tau jalan pulang?"
Damn it, Styles! Untung aku mencintaimu.
Aku tidak menggubris pembicaraannya, aku hanya bisa melipatkan kedua tanganku didada dan menatap lurus ke arah jalan.
"Kau tau, kau sangat manis jika seperti itu."
Tidak. Kau harus menghiraukannya Fris. Damn it, tapi aku tidak bisa berlama-lama marah kepadanya, batinku.
"Oh ayolah, aku tau kau sedang menyembunyikan senyuman manismu itu." Katanya sambil tetap menatap jalan.
Secara tiba-tiba, Harry memberhentikan mobilnya di tepi jalan. Aku hanya bisa menatapnya dengan tatapan what-the-hell-you-are-doing.
Harry menatapku dalam, memegang kedua tanganku, mengaitkan jemaru-jemari kami, ia mengecup punggung tanganku secara bergantian, lalu memegang daguku. Kau bisa bayangkan betapa luluhnya hatiku secara sesaat.
"Look at me."
Dengan perlahan aku menatap mata indahnya. Terlarut dalam keindahan matanya yang tiada tara. Ia mengusap perlahan pipiku, lalu mengusap lembut bibirku, ia menangku wajahku dan mengecup puncak kepalaku.
Aku tersenyum dengan perlakuannya. Aku tak pernah merasa seistimewa ini diperlakukan oleh seorang lelaki. Ya, aku memang tidak bisa berlama-lama menyembunyikan senyumanku, dia sungguh spesial. And he is mine.
"Tersenyumlah. Aku tak tahan jika kau terus-terusan marah kepadaku. Aku hanya bercanda babe, kau hanya terlalu membawa perasaanmu saja. Tapi kau tau, kau tetap terlihat cantik jika seperti itu. Tapi kau akan lebih cantik lagi jika-." Katanya tidak melanjutkan perkataannya yang membuatku semakin penasaran.
YOU ARE READING
Directioner Book 1 [COMPLETE]
FanfictionIni bukan tentang aku dan kamu. Ini bukan tentang kita. Ini tentang Directioners dan One Direction. Ini tentang fans dan idolanya. Ini bukan tentang cinta tak terbalaskan. Ini tentang penantian. Ini tentang dedikasi. Ini tentang kesetiaan. Bagaimana...