Holmes Chapel, Cheshire. Kepalaku masih terasa amat sakit. Aku tidak tahu persis bagaimana aku bisa berakhir di tempat tidur yang ada di kamarku. Aku masih memikirkan dimana Frisca berada sekarang. Yang aku tidak mengerti, mengapa kedua orang tua Frisca bisa menghadiri acara Modest! Management. Mereka memang penanam saham terbesar di Modest! Management, tetapi ini bukan acara private Modest! Management. Lagipula, jika memang para penanam saham diundang oleh management, mengapa disepanjang malam aku tidak melihat The Kardashians? Padahal mereka juga salah satu penanam saham terbesar untuk Modest! Management.
Terangnya sinar matahari yang mencoba menerobos masuk ke dalam kamarku semakin membuatku enggan untuk bangkit dari tempat tidur. Kepalaku masih terasa pusing. Terlebih lagi, kenyataan bahwa pagi ini aku terbangun tidak didalam pelukan wanita yang aku cintai. Aku tak bisa mendengar degup jantungnya dan nafasnya yang menderu menyemangatiku di setiap pagi. Aku masih mencoba mensinkronasika fikiranku dan mengambil iPhone milikku yang tergeletak di samping tempat tidur. Samar-samar aku mendengar suara dari arah lantai bawah yang aku rasa itu adalah suara Mum.
"..........it's okay Mrs. Styles really. Aku berharap ia baik-baik saja."
"Thankyou Taylor sudah membawa Harry pulang semalam. I bet he is having a hard day last night."
Taylor?
Jadi yang membawaku pulang ke rumah semalam ternyata Taylor, batinku.
Aku mencoba mengubungi Frisca berkali-kali tetap tidak ada jawaban. Aku terus mengiriminya DM di twitter dan juga ratusan text messages, namun belum ada jawaban sama sekali.
Aku memutuskan untuk beranjak dari tempat tidurku dan berjalan menuju lantai bawah. Benar saja, aku menemukan Taylor sedang duduk di sofa dan menikmati teh bersama Mum. Its seems like i already miss my Frisca.
Mom memutar balikkan tubuhnya dan tersenyum menatapku. Taylor pun melakukan hal yang sama.
"Bagaimana tidurmu semalam Haz?"
"Good thanks." Kataku seraya berjalan menuju kearah dapur.
"Harry, kembali kemari. Kau tak boleh seperti itu, Taylor yang membawamu semalam pulang."
"I know and thanks." Kataku menghiraukannya.
Aku melangkahkan kakiku untuk mengambil cereal dan juga susu lalu memakanya di meja makan. Handphoneku masih tergeletak disampingku, berharap aku mendapatkan kabar dari Frisca. Terdengar suara pintu tertutup, baguslah jika Taylor sudah pergi dari rumahku. Aku sedang tidak ingin diganggu oleh siapapun.
Aku masih menatap ke layar handphoneku, masih menatap fotoku bersama Frisca ketika kami berada di dufan waktu itu. Seketika nada dering terdengar dari arah handphoneku, terlihat nama David tertera di layar handphoneku. Aku pun segeran menekan tombol answer dan menerka-nerka apa yang ingin dibicarakan salah satu assistant manager Uncle Si yang sudah terbiasa mengatur jadwal kami.
"Harry! Oh god thanks, akhirnya aku bisa menghubungimu."
"Whats up uncle?"
"Are you alright?"
"Actually no. Ayo cepat kepada konklusinya saja. Apa yang ingin uncle bicarakan?"
"Kau harus segera menjauhi Frisca."
"What? NO. Its a big NO. Aku saja tak tahu dimana dia sekarang. Aku hanya ingin bicara padanya. And you, kau tak bisa menentang perasaan cinta yang sudah tumbuh diantara kami berdua!"
"Screw your loves! Haz, orang tua Frisca adalah penanam modal terbesar di Syco, kita tak bisa berbuat apa-apa selain mengikuti kemauan mereka."
"Dan aku juga akan terus memperjuangkan cinta kami berdua."
Dengan itu aku menutup sambungan telepon. Berharap sebuah keajaiban bisa membantuku menyelesaikan masalah ini. Aku akan terus berusaha. Akan terus memperjuangkan. Aku tak akan merelakan Frisca begitu saja. Tidak.
I will get you back.
Aku mencintaimu.
Copyright ©2015, All Rights Reserved.
***
Hi everyone. I'm sorry, i've been busy lately because all the uni's things. Thankyou for all your supports. Hope you guys like it :)
PLEASE LEAVE ANY COMMENTS ABOUT YOUR FANGIRL MOMMENT ON THIS CHAPTER. ITS REALLY MEANS A LOT ;)
And please even you are SILENT READERS,
At least vote my works :)THANKYOU!
Love,
Horanstarbux
YOU ARE READING
Directioner Book 1 [COMPLETE]
FanfictionIni bukan tentang aku dan kamu. Ini bukan tentang kita. Ini tentang Directioners dan One Direction. Ini tentang fans dan idolanya. Ini bukan tentang cinta tak terbalaskan. Ini tentang penantian. Ini tentang dedikasi. Ini tentang kesetiaan. Bagaimana...